13

2.7K 272 3
                                    

Mereka menyantap makan malam dengan hikmat, "kami akan berangkat malam ini" ayah mengelap bibirnya menggunakan serbet.

"Harus malem ini banget? Kenapa ngga besok aja?" Caine menatap sang ayah dengan tatapan bertanya.

"Supaya siang sudah sampai sana" ayah menatap caine lembut.

"Agar kami ada waktu untuk istirahat, karena setelah acara selesai akan ada urusan lainnya yang harus di selesaikan" papa menyahut sembari tersenyum kecil.

"Caine takut kalian kenapa-kenapa" pria manis mengembungkan pipinya kesal.

"Kan kami pakai jet pribadi sayang" ibu menatap caine memberi pengertian.

"Tetep aja! Gimana kalo kalian kenapa-kenapa disa- amh" ucapan caine terpotong akibat suapan dari Rion. Ia menatap tajam Rion yang tersenyum tanpa dosa.

"Tidak boleh berbicara yang tidak baik" Rion mengangkat tangannya mengusap bibir caine dengan tisu.

"Tapi kan- iyaa.." caine mengatupkan bibirnya saat melihat tatapan tajam pria disampingnya.

"Nak Rion bisa tidur di kamar sebelah kamar caine"

Rion menganggukkan kepalanya mendengar penuturan ibu, "iya ibu"

"Tapi kalo mau tidur sama caine juga gapapa kok" ayah menyahut dengan tatapan menggoda, "asal jangan kebablasan aja"

"Apaan sih!" Caine menatap ayahnya marah yang malah terlihat lucu, pipinya mengembung dengan semburat merah.

"Yang di katakan ayah bener loh, asal jangan kebablasan aja. Soalnya takut ketagihan" papa menyahut dengan kekehan ringan.

"Iyon~" caine menenggelamkan wajahnya pada dada Rion, menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah. Memeluk pria di sampingnya yang juga membalas pelukannya.

"Kamu imut sekali" Rion mengelus pucuk kepala caine, dan turun mengelus pipi gembul caine lembut.

Sedangkan ibu-ibu disana tekikik lucu melihat interaksi dua pemuda di depan mereka.

....

Udara malam hari manyapu kulit sebabkan gidikan kecil, "kita berangkat dulu ya, untuk pakaian Rion sudah disiapkan sama bawahan ayah" ucap ayah sembari menatap kedua pemuda disana.

"Ayah, ibu, papa sama mama hati-hati ya. Caine ga mau kalian kenapa-kenapa" caine menatap sedih kearah dua pasutri itu, matanya berkaca-kaca dengan bibir melengkung ke bawah.

"Iyaa sayang, kamu juga jaga diri ya" ibu mengelus pucuk kepala caine sayang, Badan mungil itu ibu peluk dengan erat.

Sementara itu para ayah dan Rion saling berpelukan, "ayah percaya sama kamu" ayah menatap Rion dengan tegas, tangannya meraih pundak pemuda didepannya berikan tepukan halus.

"Jaga diri baik-baik" papa mencengkram pundak anaknya pelan.

"Kalian bisa pegang omongan ku" Rion membalas dengan yakin.

"Ya sudah kita harus berangkat sekarang"

"Mah ayo" papa menghampiri istrinya, tangannya menggandeng tangan mama menuju mobil.

"Kami pergi dulu ya" para orang tua melambaikan tangannya.

Rion dan caine menatap kepergian mobil itu dengan membalas lambaian tangan.

Rion menepuk pundak caine pelan," it's oke" tangannya bergerak memeluk pria yang lebih kecil. Caine membalas pelukan Rion, menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria jangkung didepannya.

"Ayo masuk" Rion menggendong caine ala koala, tangannya mengusap punggung caine yang menyandarkan kepala dipundaknya.

.....

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang