6

2.9K 257 17
                                    

Suana rumah Caine terasa sunyi, hawa di sekitar juga terasa dingin padahal hujan sudah reda.

Kedua pemuda itu duduk tegak layaknya patung, kegiatan panas mereka terhenti karena bunyi pintu rumah yang terbuka. Keduanya lantas merapihkan pakaian mereka yang nampak kusut akibat kegiatan tadi.

Apalagi ayah Caine yang senantiasa menatap Rion seakan-akan ia mencuri sesuatu. Tidak nyaman sekali di tatap semenyeramkan itu.

Caine yang mengerti Rion tidak nyaman angkat suara.

"Ayah ke-"

"Siapa dia?" Ucap sang ayah yang memotong ucapan Caine.

"Teman ku" jawab Caine

"Siapa nama mu?" Tanya ayah kepada rion

"Rion Kenzo"

Caine menatap ayahnya yang tidak menunjukkan reaksi apapun.

"Oww it's the time?" Entah apa yang di maksud ayahnya, namun yang membuat Caine lebih bingung adalah respon Rion yang seakan tahu yang ayahnya katakan.

"Yeah, That's a promise"

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kalian saling kenal" Caine menatap kearah ayah dan Rion bergantian.

"Ngga, namanya juga laki-laki pasti tau apa maksud satu sama lain" jawab ayah santai

"Emang aku bukan laki-laki gitu!" Kesal Caine

"Ngga gitu, udah ah jangan ngambek" bujuk ayah sembari mengusap rambut Caine.

"Siapa yang ngambek coba!" Gumam Caine dengan mulut yang mengerut kesal.

Semua yang ada di situ terkekeh gemas, Rion bahkan takjub dengan Caine yang berbeda sekali ketika di sekolah.

"Sudah-sudah, nak Rion belum makan kan? Ayo makan malam bareng, tadi ibu sama ayah beli makanan dulu sebelum pulang" lerai sang ibu

"Eh tidak usah repot-repot Tante" tolak Rion halus

"Udah ngga papa" ucap ayah sambil menepuk pundak Rion.

"Iya om" jawab Rion pasrah

"Dede ayo, kenapa diem aja?" Tanya ibu yang menatap bingung arah anaknya yang yang masih berdiri di samping sofa.

"Gendong~" Caine mengerutkan bibirnya, matanya membulat lucu dengan tangan terulur meminta di gendong.

"Dede ngga malu sama Rion?" Tanya ayah

Caine tak mengindahkan ucapan sang ayah, ia semakin mengerutkan bibirnya.

"Yaudah kalo ayah ngga mau!" Caine merenggut kesal, ia membalik badannya menghadap Rion dengan tangan yang masih terulur.

Rion gelagapan, ia tak tahu harus melakukan apa. Ia melirik kearah ayah Caine, pria paruh baya itu nampak menganggukkan kepalanya memperbolehkan.

Caine tersenyum manis, ia agak kaget karena Rion yang menggendongnya koala, Caine pikir Rion akan menggendongnya di belakang.

Namun ia tidak masalah, Caine menenggelamkan wajahnya di dada Rion nyaman.

Rion menggendong Caine dengan satu tangan, Caine bahkan bingung bagaimana bisa seorang pria cupu bisa sekuat ini.

Aneh..

Saat sampai di meja makan Caine tidak mau turun sama sekali, alhasil ia kini duduk manis di pangkuan Rion.

"Maaf ya nak, caine emang manja" ujar ibu yang merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa tante" balas Rion

"Panggil ibu sama ayah aja, kan kamu temennya caine" ujar ibu sembari menyajikan makanan.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang