15

2.8K 247 17
                                    

Udara sore hari dengan sunset menemani dua orang pria di pendopo halaman belakang rumah. Bunga-bunga di taman saling menari mengikuti arah angin.

Mereka duduk santai dengan pria yang lebih kecil merebahkan tubuhnya di paha yang lebih besar sebagai tumpuan kepalanya.

"Is that you?"

Pertanyaan itu membuat Rion menatap caine bingung, "maksud mu?" Balas Rion sembari menyisir rambut caine lembut.

"Gw kira Lo ngga bisa berantem"

"Aku tidak selemah itu"

"Terus kenapa Lo ngga bales dia dari awal?" Caine mendudukkan dirinya disamping Rion.

"Hanya ingin bermain-main"

"Lo bahkan pake lo-gw tadi"

"Apakah tidak cocok?"

"Cocok, lumayan keren lah tapi keren gw" jawab caine dengan lirih.

"Apa?" Rion menatap caine yang bergumam tidak jelas.

"Siapa Lo sebenarnya?"

"Kamu akan tahu nanti" Rion menarik tangannya caine agar mendekat padanya.

"Cikh!" Caine menepis tangan Rion yang hendak menariknya.

Rion menatap caine bingung, "kenapa?"

Caine tak menjawab, ia merebahkan dirinya. Tubuhnya terlentang sembari menutup matanya menggunakan lengan kanannya.

"Apakah aku membuat kesalahan?"

"Caine?" Rion menghela nafas panjang, "setidaknya beritahu apa kesalahanku"

"Gw udah bilang apa yang ngga gw suka dari awal"

Rion mengusap rambutnya frustasi, apalagi kali ini kesalahannya. Oh! Ia ingat.

"Ekhem!" Rion berdehem mengatur suaranya.

"K-kacamata ku?"

"Bagus kalo inget"

"Ohh sorry, bagaimana bisa aku tetap memakai kacamataku saat bertarung" Rion merebahkan dirinya disamping caine, melingkarkan tangannya di pinggang caine sembari mengelusnya pelan.

"Alasan, bilang aja Lo mau tebar pesona sampai harus rapihin rambut kebelakang segala" caine berusaha menyingkirkan tangan Rion di pinggangnya.

"Aku serius. jika aku tepar pesona, mungkin itu untuk mu. Lagi pula tidak ada yang menarik disana selain dirimu" balas Rion sembari mengeratkan pelukannya.

"Jadi kalo ada yang menarik selain gw Lo mau tebar pesona?"

Rion menganga. Oke, dia salah bicara, "tidak, bukan seperti itu. Ak-"

"Cukup"

Rion mengatupkan bibirnya erat, "maaf".

"Lepas"

"Tidak mau sebelum kau memaafkanku"

"Sesak bodoh! Lo mau gw mati" caine memukul kepala Rion yang membuat pria itu mengaduh.

"Sakit~" Rion memegang kepalanya dengan mulut melengkung ke bawah.

Caine terkekeh melihat ekspresi Rion, ia menarik Rion ke pelukannya sembari menghadap kesamping.

"Itu peringatan kecil"

Rion menenggelamkan wajahnya di dada caine, "ingin berjalan-jalan?"

"Kemana?"

"Karnaval? Aku melihat ada banyak wahana di sana"

"Boleh" caine menyetujui ajakan Rion malam nanti.

......

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang