12

2.9K 300 10
                                    

BRAK!

Seorang wanita berambut putih membanting pintu kelas, nafasnya terengah-engah.

"Kenapa Mia?" Mako menatap Mia penasaran, mengapa anak ini terlihat buru-buru.

"Aku ada info penting!" Mia mendatangi meja caine dan Rion, semua yang melihat itu lantas mengikuti.

"Kenapa?" Tanya caine

"Pak Joni...udah.." Mia menggantung ucapannya

"Pak Joni..."

"Lama banget elah" riji mendengus sebal

"Ssstt... Pak Joni udahh... Meninggal.."

"Hah!" Semuanya melongo tak percaya

"Kok bisa? Kronologinya gimana?" Itsmo menatap Mia penasaran.

"Belum diketahui, karena ngga ada bukti sama sekali. Tapi kondisi jasadnya mengenaskan banget"

"Badannya penuh sayatan dan tusukan. Dan mayatnya di seret dari jalan sampai halaman belakang rumahnya, terbukti dari jejak darah di tanah"

"Yang lebih parah lagi kepalanya pecah lebih tepatnya hancur"

"Ngeri banget" Elya bergidik ngeri, sembari mengusap-usap tangannya.

"Emangnya ngga ada saksi atau cctv gitu?" Sahut gin

"Ngga ada, cctv nya juga di retas"

"Perasaan pak Joni orangnya lempeng-lempeng aja" ucap Mako

Key mengangguk setuju, "iya, dia juga kan baik ya"

"Baik apanya" caine mengahuti ucapan key. Memutar matanya malas, "kemarin baru aja dia cekek gw"

"Lah! Kenapa Cok?!"

"Gara-gara masalah si syeva"

"Ohhh, jadi dugaan Lo bener dong?" Selia melipat kedua tangannya diatas meja.

"Iya, nih liat leher gw" caine menunjuk leher nya yang masih agak memerah.

"Anjing, ga jadi baik kalo gitu" ucap gin

"Iya Cok, mati aja ga apa-apa" sambung echi

"Oh iya!" Mia mengangkat telunjuknya, "diperutnya ada tulisan berupa sayatan pisau, tulisannya 'it's my job'. Dan itu satu-satunya jejak yang di tinggalkan pelaku"

"Apa maksud tulisannya?" Caine menatap Mia penasaran

"Ga ada yang tahu, bahkan pihak berwajib sekalipun"

"Tapi syukur deh, gw jadi ga perlu ngotorin tangan gw buat bunuh dia" caine menyandar tubuhnya dipundak Rion.

"Bahkan omongan gw pas bilang bisa bikin dia ga bernafas lagi kenyataan"

"Manjur berarti omongan Lo" sui mendudukkan dirinya di lantai

Perbincangan kali ini berlanjut, karena guru-guru melayat ke kediaman pak Joni. Caine memejamkan matanya dengan masih menyenderkan kepalanya dipundak Rion.

Namun setelah beberapa saat matanya kembali terbuka lebar, menegakkan badannya menghadap Rion.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Rion menatap caine bingung, pasalnya pria manis itu menatap curiga ke arahnya.

Netra kuningnya menatap tajam, "ga mungkin, orang sebaik Lo dan penampilan jelek Lo... Ga mungkin" kepalanya menggeleng cepat.

Rion memegang kepala caine, "jangan seperti itu, nanti kepalamu sakit" Rion kembali membawa kepala caine untuk menyender di pundaknya.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang