9. Interogasi

6.6K 97 5
                                    

Nick menghela nafas berat merenggangkan ototnya yang kaku. Hampir lima jam ia berkutat didepan laptop hingga membuat kedua matanya berkunang. Nick melepas kacamata menguceknya perlahan sebelum akhirnya menyandarkan punggung pada kepala kursi.

Hampir saja kaki jenjangnya itu menyentuh Loanna yang masih ada dibawah jika pintu tidak terbuka dari luar, seseorang masuk dengan senyum menggoda. Wanita itu adalah Barbara, berjalan berlenggok menuju kursi. Selamatlah Loanna sekarang, andai Barbara tidak datang sudah pasti Nick akan mengecek kebawah dan menghukum Loanna karena ketahuan masuk tanpa seizinnya.

"Nick, apa kau sibuk?"

"Barbara berbicara lah yang sopan!" tekan Nick.

"Kenapa? Disini hanya ada kita berdua." Barbara bergelayut manja duduk diatas pangkuan Nick tak lupa ia juga mengalungkan tangannya pada leher.

"Apa yang kau inginkan!"

"Hmm aku minta bayaran atas pekerjaan ku. Bukankah member sudah mencairkan uangnya kan?"

"Kau sudah menerimanya tiga bulan lalu, apa lagi yang kurang."

"Nick! Itu tiga bulan yang lalu dan kau hanya memberi ku satu persen atas pekerjaan dan tidak sebanding dengan penghasilan yang kau dapat!"

Nick mengalihkan tangan Barbara dari lehernya, "Dengar! Nasib mu lebih beruntung dari yang lain! Mereka tidak mendapat satu persen pun dari apa yang mereka kerjakan!"

"Itu karena kau curang Nick!" Barbara meninggikan volume suaranya.

"Keluar! Aku masih banyak pekerjaan!"

"Tidak!"

"Barbara!" Nick menekan ucapannya.

"Oke kalau kau tidak memberiku upah, tapi aku ingin ke Salvador menghabiskan waktu liburan dan berbelanja, kau harus siapkan pesawat!"

Nick tidak mempedulikan, dia mengalihkan tubuh Barbara dari pangkuannya.

"Auh!" gadis itu menjerit karena kepalanya mengenai meja.

"Nick! Sekarang aku tanya mengapa kita harus pindah ke pulau terpencil seperti ini hah! Kenapa kita tidak menetap di Salvador saja?"

Plak.. Nick menampar keras pipi merah merona itu, Nick juga mencengkeram dagu. "Dengar! Kau sudah banyak bicara hari ini! Keluar sebelum aku berbuat lebih kasar lagi!"

Barbara ketakutan karena Nick telah menunjukan taring kemarahan. Wanita itu bergegas keluar dengan jalan terpincang-pincang.

Saat Barbara akan keluar tiba-tiba Vincent sudah ada diambang pintu. Barbara tidak mempedulikan Vincent dia melajukan langkahnya begitu saja.

"Tuan, pelayan bernama Anna tidak ada."

"Tidak ada?"

"Saya telah mencarinya tetapi mereka mengatakan tidak melihatnya."

Nick yang sedang dikuasai amarah langsung keluar begitu mendengar Anna tidak ada diantara pelayan.

Brak.. Pintu tertutup Nick dan Vincent meninggalkan ruangan. Loanna keluar setelah memastikan keadaan disana mulai sunyi. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Ditangannya saat ini masih ada dokumen kerjasama, ditatapnya lekat-lekat kertas tersebut. Masih ada beberapa lembar yang belum dibaca jadi Loanna putuskan mengambilnya lalu menyimpan didalam dress.

Loanna mendengar semua obrolan Nick dan Barbara, seketika tubuhnya lemas. Ia baru menyadari jika keberadaannya sekarang bukan lagi di Salvador melainkan disebuah pulau terpencil yang entah dimana. Selama beberapa hari Loanna baru menyadarinya.

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang