23. Wedding day

4.2K 74 3
                                    

David berhasil mencegah tangan Marteen saat pria tua itu akan memasuki lift.

"Ada apa dengan diri mu?"

"David, aku akan cari investor lain."

"Kau yakin?"

Sebenarnya Marteen tidak begitu yakin , tetapi didepan David dia menunjukan keyakinannya.

"Aku bersusah payah mencarikan investor terbaik untuk mu tapi kau malah menolaknya, katakan apa yang membuat mu berubah pikiran."

"Tidak ada,"

Marteen sudah muak berada disana, ia langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan David. Padahal hubungan Marteen dan David sangatlah erat karena mereka saling membutuhkan satu sama lain. David Cart pemilik perusahaan investasi sedangkan Marteen Pierce ceo dari perusahaan obat-obatan serta pemilik rumah sakit elit di Manhattan dan New York. Selain itu kini mereka juga menjadi besan sehingga hubungan bisnis keduanya semakin erat.

Tanpa David dan Marteen sadari, Nick telah mendengarkan obrolan mereka. Pria itu ada dibalik tembok dan sengaja ingin melihat wajah terkejut dari Marteen. Setelah puas Nick kembali ke private room, tak lama David datang.

"Tuan Salvatore saya minta maaf atas kejadian ini."

Nick hanya memamerkan senyum dari sudut bibir, "Tidak masalah."

"Saya janji akan mencarikan client lain untuk anda."

"Ck! Tidak perlu, mereka lah yang membutuhkan kita."

David Cart terdiam, Nick benar untuk apa ia mencarikan client lain? Bukankah seharusnya mereka yang datang? Sebab mereka lah yang membutuhkan aliran dana dari perusahaan investasi bukan sebaliknya. Pikiran David sedang tidak seimbang sehingga dia kehilangan separuh dari dirinya.

"Terima kasih telah mengundang saya makan siang, tapi saya harus segera pergi."

"Baik, semoga lain kali kita bisa makan siang atau pun makan malam bersama."

"Hmm."

Nick keluar dari private room dan rencananya dia akan langsung terbang ke el Salvador.

***

Rumah sakit.

Justin yang baru selesai melakukan operasi pada pasien tiba-tiba dikejutkan dengan gebrakan pintu dari luar. Ayahnya datang dengan wajah merah padam dan nafas kembang kempis. Pria itu terlihat tidak baik-baik saja.

"Dadd,"

"Keruangan daddy sekarang,"

Hanya satu kalimat, Marteen langsung meninggalkan ruangan Justin. Padahal Justin baru saja sampai dan belum membersihkan tangannya. Pria itu melepas pakaian operasi dan menggantinya dengan jas dokter. Justin harus bersiap keruangan sang ayah jika tidak ingin pria itu memarahinya lagi.

Tok..tok..tok..

Tampak Marteen berdiri didepan jendela kaca membelakangi pintu dengan memasukan kedua tangan kedalam saku celana. Tatapan Marteen lurus kedepan.

"Kau masih ingat kejadian dua belas tahun lalu?" ucap Marteen mendengar langkah kaki mendekat.

Justin mengangguk meski ayahnya tidak melihat anggukan itu.

"Dia kembali dengan wajah yang sama dan nama yang berbeda."

Marteen menatap wajah Justin dengan intens, "Dan kau tahu apa yang dia lakukan terhadap daddy?"

Justin masih diam, dia juga membalas tatapan ayahnya.

"Dia kembali seolah ingin membalas dendam dengan menghancurkan perusahaan."

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang