62. (21+) Gift lier

4K 102 9
                                    

"Berani sekali kau membohongiku, Anna!" ucap Nick mencengkeram ponsel dengan kuat.

Rahangnya mengeras, tangannya mengepal ingin sekali melampiaskan semuanya pada benda. Namun, apa daya di sana tidak ada benda apa pun yang bisa dihajar.

Part paling menyakitkan dalam hidup adalah ketika kita telah menaruh separuh hati pada seseorang, namun orang itu menjadi ujung tombak yang menyakitkan.

Nick merasa kecewa, sakit hati, marah dan terluka secara bersamaan. Dulu, saat ia disiksa oleh Ayahnya, tidak seperti ini rasanya. Semua kesakitan bisa ditahan bahkan dilampiaskan. Tapi sekarang, tidak bisa. Orang yang membuatnya kecewa adalah calon ibu dari anaknya. Bagaimana mungkin Nick menyakitinya sedangkan didalam rahim itu telah tumbuh calon penerus.

Hari semakin petang, langit biru telah berubah warna. Tetapi, Nick masih setia duduk ditepi pantai. Entah berapa jam yang ia habiskan untuk duduk merenung, hingga tanpa sadar Lewis ada dibelakangnya.

"Tuan, non Anna berhasil melewati masa kritisnya. Saat ini dia mencari anda."

Nick tidak menanggapi. Dia hanya menoleh tanpa mau menemuinya. Akhirnya, Lewis pergi. Mungkin saja Nick membutuhkan waktu untuk merenungi semua yang terjadi hari kemarin.

Diruang berbeda, Loanna sudah membuka mata setelah operasi pengambilan peluru itu. Ia duduk termenung menatap keluar jendela dengan tangan berbalut kain kasa. Selang infus sudah tidak ada, Loanna bebas melenggang tanpa cairan yang merepotkan.

Brak. Terdengar suara pintu terbuka dari luar. Loanna terjangkit kaget mendengarnya. Ia ikut menoleh melihat siapa orang yang melakukan itu.

"Nick," lirihnya menatap wajah berantakan itu. Ada senyum mengembang melihat Nick sudah pulih.

Tangan Nick menutup pintu lalu menekan kunci.
Langkah kaki perlahan mendekati kursi, tatapannya sayu, kedua tangan mengepal dan rahang yang mengeras seolah ingin menerkamnya saat ini juga.

Loanna menyadari sikap Nick yang menakutkan, ia berdiri memundurkan langkah. Niatnya untuk memeluk sirna. Nick berhasil meraih dagunya. Dicengkeramnya kuat agar tatapan mereka beradu.

"Nick, sakit." ucap Loanna dengan suara gemetar.

Nick tidak peduli, tangannya semakin kuat mencengkeram dagu hingga membuat Loanna berjinjit. Ditatapnya kedua mata cokelat pekat yang menunjukan sisi ketakutan, semakin Nick menatapnya semakin sesak pula dadanya.

"Andai aku tahu lebih awal, mungkin aku tidak akan menanamkan benih dalam rahimmu." ucap Nick dalam hati.

"Ada apa dengan dirimu Nick? Mengapa kau menatapku seperti itu?" ucap Loanna dalam hati.

Keduanya saling berperang dengan pikiran masing-masing. Berusaha mencari celah dimana letak kesalahan.

"Aku harus berpura-pura tidak tahu hingga jalang ini berhasil melakukan tugasnya." batin Nick lagi.

Ya, Nick sudah memikirkan berbagai macam cara untuk melenyapkan Loanna. Namun ia tidak bisa melakukan itu karena rasa sayang yang mulai tumbuh. Akhirnya Nick menemukan satu ide.

Ia harus berpura-pura tidak tahu tentang apa yang Loanna rencanakan, hingga ia bisa menaklukannya dan rencana Loanna akan berbalik. Nick bisa menguasai istrinya lalu menjadikan dia umpan agar tidak ada yang bisa menangkapnya.

Saat ini ketakutan Nick hanya satu. Ia tertangkap dan tidak bisa menjalankan istana mafia. Sesuai impiannya dulu.

"Nick," ucap Loanna lagi.

Nick tersadar dari lamunan, ia mendekatkan wajah lalu mencium bibir. Kali ini ciuman pelan tanpa adanya paksaan. Lalu setelah Loanna membuka bibir, ia mencoba mengabsen isi didalam mulut. Lidahnya terus menari berperang saling berebut saliva.

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang