16. Mengapa Dia?

4.5K 67 4
                                    

Sepanjang jalan dari rumah hingga kantor diisi dengan keheningan, tidak ada yang mau memulai obrolan baik Nick ataupun Vincent sama-sama diam seribu bahasa.
Nick lebih dulu keluar mobil disusul Loanna dibelakangnya.

"Jalang kecil,"

Suara Vincent memanggil Loanna namun gadis itu tidak menoleh. Loanna merasa dirinya bukan jalang sehingga ia tetap melangkah.

"Kau sudah tahu kan agenda Nick pagi ini?"

"Sudah."

"Good!" Vincent memberikan setumpuk berkas untuk dipelajari Loanna.
"Kau yang akan presentasi bukan Nick,"

Vincent melenggang pergi setelah memberikan tumpukan berkas, sedang Loanna hanya bisa mendesah pelan menatap horor pada berkas ditangan.

"Fuck you Vincent!"

Tiba diruangan, Loanna mempelajari apa yang akan dipresentasikan nanti. Ia fokus pada pekerjaan tidak mempedulikan Nick yang tiba-tiba ada didepannya.

"Kau tidak lupa kan acara nanti malam?"

"Tidak tuan,"

"Jangan mengenakan pakaian yang menonjol."

"Baik."

Nick lalu pergi menuju lift, tersisa Loanna disana seorang diri. Ide pun muncul, ia harus bergegas masuk keruangan Nick dan mengecek email yang dikirim oleh orang tidak dikenal. Loanna berjalan pelan memasuki ruangan Nick, ia harus memastikan tidak ada cctv ataupun alat penyadap didalam sana.

Aman! Loanna sudah mengecek semuanya dan tidak ada kamera tersembunyi. Loanna harus bergegas sebelum Nick datang.

"Fuck!" maki Loanna melihat layar laptop yang tidak bisa dibuka.

Loanna sudah menggunakan angka seperti yang pernah ia gunakan untuk membuka laptop Nick di Santiago tapi sialnya koda rahasia itu tidak lagi digunakan. Mungkin Nick telah menggunakan kode lain atau mungkin ada kode rahasia yang tidak Loanna ketahui.

"Ash!" Loanna terus mengacak rambut merasa frustasi karena waktu terus berjalan tetapi tidak menemukan kode rahasianya.

"Ayo Anna berfikir!"

Tiba-tiba interkom berbunyi yang membuatnya hampir menumpahkan gelas disamping. Loanna sudah berdiri didepan interkom ia ragu untuk menjawabnya, tak berselang lama pintu terbuka dari luar dan Nick muncul secara tiba tiba.

"Sedang apa kau disini hmm?"

"Oh god! Apa yang harus aku katakan!" wajah Loanna pucat pasi melihat Nick berjalan kearahnya.

Tubuhnya membeku keringat dingin mulai membasahi tangan.

"Interkom anda terus berbunyi, siapa tahu itu penting."

Nick hanya memutar kedua matanya, ia langsung menerima panggilan itu.

"Ya,"

"Tuan, Mr. Marlin ingin bicara dengan anda."

Nick melirik kearah Loanna meminta agar gadis itu keluar dari ruangannya.

"Katakan padanya aku sibuk," Nick berucap setelah Loanna keluar ruangan.

"Tapi tuan, ini menyangkut email kemarin."

"Aku akan mengatasi semuanya. Tugas mu mengulur waktu hingga lusa."

"Baiklah."

Sambungan terputus, Nick memijat pelipis merasa pusing mulai menjalar keotak. Kiriman email kemarin cukup membuat fikirannya kacau apalagi saat ini Nick tidak berada di El Salvador sehingga kemungkinan nyawanya terancam akan sulit.

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang