54. Playing victim

2.2K 76 7
                                    

Nation hospital.

Solena tiba di rumah sakit milik mertuanya pukul dua belas siang. Ditangannya saat ini ada paper bag berisi makanan yang ia masak sendiri. Rencananya ia ingin mengajak suaminya makan siang bersama demi merayakan hubungan yang perlahan mulai membaik.

Pintu lift terbuka, Solena tidak sabar bertemu dengan Justin lalu mengajaknya makan dan bercerita. Ia sangat antusias menceritakan perkembangan bayi didalam kandungan yang perlahan mulai terlihat.

"Baby," ucap Solena tiba diruangan.

Sayangnya ruangan itu kosong, meja kerja yang biasa digunakan untuk meletakan lembaran dokumen terlihat masih rapi, lalu jas dokter kebanggaan yang biasa dipakai masih bertengger rapi pada hanger besar itu.

"Eum mungkin Justin masih diruang operasi." ucapnya mencoba berfikir positif.

Solena melangkah duduk dikursi hitam yang menjadi kebesarannya. Ada satu benda yang membuat fokusnya teralihkan yaitu kain bekas luka juga bercak darah yang tidak bisa disamarkan warnanya.

"Bekas darah siapa ini? Justin kah atau milik pasien?"

Solena mengamati kain berbentuk segiempat lalu membolak-balikan bentuknya.

Sedang fokus pada kain tersebut tiba-tiba pintu terbuka, Justin muncul dari balik pintu memegang lengannya lalu melepas beberapa kancing. Pria itu masih belum melihat Solena ada disana sehingga saat kemeja terlepas semua, Solena bisa melihat lengan berotot berbalut kain kasa.

"Baby, kenapa dengan lenganmu?"

Justin mendesah pelan arah matanya tertuju pada totebag diatas meja.

"Hanya luka kecil."

Solena mendekat meraih lengan berotot itu, "Luka kecil katamu? Bekas darah dikain itu juga pasti karena ini? Astaga Justin, hal besar seperti ini kenapa kau tidak menceritakan padaku?"

"Ngomong-ngomong ada apa kau kemari?" ucap Justin mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Solena menatap wajah suaminya, ia terus memperhatikan wajah lelah itu. "Aku ingin makan siang denganmu."

"Baiklah, ayo."

Lagi-lagi sikap Justin yang menyebalkan ini membuat Solena menarik nafas panjang. Padahal beberapa hari lalu hubungan mereka baik-baik saja tapi kini semua kembali seperti saat pertama mereka menikah. Bahkan pertanyaan saja tidak mendapat jawaban.

Sebenarnya banyak sekali yang ingin Solena ceritakan namun waktunya tidak pas. Justin tampak kelelahan dan juga sikapnya menjadi dingin sehingga ia urungkan saja.

Selesai menyiapkan makanan diatas meja, keduanya makan dalam keheningan hanya suara alat makan yang saling berdentingan.

Ehemm Solena berdehem, ia menarik nafas panjang sebelum memulai obrolan. Keduanya sama-sama telah menyelesaikan makanannya.

"Baby," ucap Solena penuh antusias.

"Eum Solena ini rumah sakit tidak enak jika orang lain mendengarnya, panggil aku Justin saja."

"Baiklah, aku kemari bukan hanya ingin makan siang denganmu tapi aku kemari ingin memberitahu tentang perkembangan anak kita."

Justin terdiam, ia fikir Solena akan mengatakan tentang pertemuan Justin dengan George tetapi ia salah. Adik iparnya itu masih rapat menyimpan rahasia pertemuan mereka.

"Kau ingin aku temani periksa kandungan lagi?"

Solena ragu untuk mengangguk namun tidak ada alasan lain lagi untuk bisa terus berdekatan dengannya.
"Memangnya kau tidak sibuk?"

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang