44. (21+) New women

6.5K 88 7
                                    

Setelah Loanna pingsan pria itu membawanya kedalam mobil, ia juga sudah menyiapkan penculikan ini dengan sangat matang sehingga semua tertata dengan rapi. Mulai dari menyingkirkan kamera cctv, memarkirkan mobilnya tanpa bersebelahan dengan mobil lain yang bisa merekam aksinya melalui kamera dasboard.

Mobil pun melaju keluar dari basemen dengan kecepatan maksimum, membelah jalanan kota yang padat merayap saat malam hari. Entah kemana tujuan si pria membawa Loanna, pria itu mengenakan topi beserta kacamata hitam juga memakai pakaian yang lebih longgar agar saat ketahuan tidak ada yang bisa mengenali bentuk tubuh juga wajahnya.
Sungguh berpengalaman pria ini dalam bidang penculikan.

Setelah hampir tiga puluh menit pria itu membelokkan mobilnya kesebuah gudang kosong yang mana banyak ditumbuhi rumput hingga mata kaki. Mobil berhenti, pria itu mematikan mesin dan menunggu Loanna bangun.

Tak berselang lama, kedua mata Loanna mengerjap merasakan pusing akibat obat bius tadi. Matanya mendelik melihat sisi kanan dan kiri yang mana gelap gulita hanya terbantu sinar rembulan malam hari.

Mendengar jok mobil bergerak, pria itu menyalakan lampu secara otomatis kedua mata mereka bertabrakan saling menatap satu sama lain.

"Dadd,"

"Kau sudah bangun?"

Loanna mengucek matanya memastikan penglihatannya normal, karena saat insiden pingsan tadi Loanna tidak bisa melihat wajah pelaku hanya aroma parfum saja yang bisa terdeteksi.

"Dadd, kenapa kau melakukan ini? Menculik dan membawa ku ketempat seperti ini! Untuk apa?"

Pria yang tadi menculik Loanna adalah Henry, ayah kandungnya yang bekerja sebagai agen rahasia untuk intelegen negara. Dia bergerak sendiri memata-matai tempat yang diduga digunakan untuk membunuh Carlos Scott. Misi ini dijalankan Henry tanpa memberitahu yang lain.

Karena Henry ingin melihat sendiri bagaimana kondisi disana sekaligus memastikan putri kecilnya tetap aman berada di rumah mafia itu.

Henry telah melepas kacamata hitam juga topi maka dari itu Loanna bisa mengenali wajah sang ayah.

"Pantas saja kau menginginkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan misi ini. Ternyata kau menikmati hidup dalam istana mafia."

"Dadd! Aku tidak pernah mengatakan aku menikmatinya, aku hanya membutuhkan waktu lebih lama karena pekerjaan ini tidaklah mudah. Apalagi..."

"Apa? Kau akan mengatakan jatuh cinta pada Nick? Dengar Anna, sampai kapan pun daddy tidak akan pernah menyetujui hubungan kalian. Lagi pula keberadaan mu didalam rumah itu hanya untuk sebuah misi. Paham!"

Loanna mendesah panjang, memijat pelipisnya yang mulai merasakan pusing.

"Untuk apa daddy membawa ku kemari? Jika Nicholas tahu bukan hanya nyawa daddy yang terancam tapi team Lavinore akan tamat."

Henry menunjukan bukti-bukti kematian Carlos yang sudah ia rangkum dalam sebuah dokumen.

"Apa ini?"

"Carlos Scott team Lavinore yang ditunjuk menjadi member vip dalam bisnis Nick telah mati dibunuh."

Loanna tentu kaget mendengar berita itu, matanya mendelik dengan mulut menganga.

"Kapan itu terjadi?"

"Beberapa hari lalu."

Loanna teringat tentang pria seusia ayahnya yang ditembak Nick langsung didepan Loanna.

"Jadi pria mesum itu team Lavinore?" lirih Loanna.

Henry mengerutkan kening mendengar ucapan lirih sang putri. Namun meski pun terdengar samar-samar ia masih bisa mendengar.

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang