61. Rahasia terbongkar

1.8K 86 14
                                    

Nation hospital.

Justin menemani Solena melakukan USG. Wanita itu masih belum sadarkan diri padahal sudah lebih dari tiga puluh menit.

"Jadi bagaimana kondisinya dok?" tanya Justin pada dokter kandungan.

"Kandungan istri anda sangat lemah, sehingga memicu pendarahan."

"Apa artinya harus dilakukan aborsi untuk menyelamatkan calon ibu?" ucap Justin.

"Ya benar, namun tindakan demikian harus mendapat persetujuan dari istri anda juga. Karena hal ini juga berpengaruh terhadap mentalnya."

Justin menghela nafas berat menatap layar monitor yang menyajikan kondisi rahim istrinya.

"Baiklah, kita tunggu hingga dia bangun. Oh iya kalau seandainya istri saya ingin mempertahankan bayinya, apa resiko yang akan dia alami?"

"Harus benar-benar menjaga kesehatan, jangan stres dan bedrest."

"Saya akan konsultasikan dengan istri."

Dokter lalu mengemasi peralatan, sedangkan Justin menunggu hingga istrinya bangun. Ia memegang tangan mengelusnya lembut.

Dalam hitungan menit, Solena membuka mata. Penglihatannya masih samar-samar karena efek pingsan yang terlalu lama.

"Kau sudah bangun?"

Solena memalingkan wajah, memilih menatap sekeliling dari pada pria tampan disampingnya.

"Solena, aku minta maaf. Seharusnya aku mencegahmu."

"Berapa kali kau mengatakan maaf, tapi kau selalu mengulanginya lagi."

"Kali ini saja, maafkan aku. Aku janji-" belum sempat Justin melanjutkan ucapannya, Solena sudah menyela.

"Janji? Ucapanmu hanya sebagai penenang disaat aku marah."

Justin menghela nafas berat, ia tidak pandai merayu wanita.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa kau tiba-tiba pingsan?"

"Kau tidak akan peduli, jadi untuk apa aku bercerita."

Entah dorongan darimana, Justin tiba-tiba mencium bibir istrinya. Meredam amarah yang sedang menggebu.

"Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku hari ini?"

Solena sangat senang, akhirnya Justin mengeluarkan kata yang membuat hatinya berbunga.

Tapi tunggu! Apakah Justin serius dengan ucapannya, atau hanya buaian untuk menenangkanku?

"Solena," ucap Justin dengan nada lirih.

"Aku ingin kau melupakan semua hal tentang Anna. Aku ingin menjadi satu-satunya wanita di hidupmu. Sanggup?"

Justin tidak langsung menyetujui, bagaimanapun dalam lubuk hatinya paling dalam, nama Loanna tetap ada. Namun, ia tidak bisa lari meninggalkan Solena setelah beberapa kejadian yang dialami.

"Ya, aku akan berusaha."

"Promise?"

"Hm." Justin tersenyum tipis demi membahagiakan sang istri.
Solena langsung memeluk tubuh Justin.

Dalam beberapa jam ini, Justin banyak berfikir. Jika ia tetap mengejar Loanna, ia akan kehilangan banyak hal. Rumah tangganya, calon anaknya, belum lagi kemarahan sang Ayah yang bisa menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Justin memang labil, dia takut mengambil keputusan besar. Tidak seperti Nick yang berani bertaruh nyawa demi kebebasan diri. Justin takut akan ada korban jika melawan kehendak ayahnya.  Untuk itu, ia memutuskan berusaha menerima takdir. Mencintai Solena seperti layaknya pasang suami istri pada umumnya.

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang