4. Broken Heart

7.8K 109 6
                                    

Rumah sakit..

Loanna baru saja mendapat pertolongan pertama, saat ini dipergelangan tangan sudah terpasang infus juga perban di kaki dan tangan. Justin sendiri lah yang menjahit luka tersebut. Pria itu duduk sambil terus menatap wajah yang damai dalam mata tertutup. Dielusnya anak rambut yang mulai menutup wajah serta kecupan singkat pada kening.

"Anna, maafkan aku," lirih Justin.

Tadi siang, Justin sengaja datang ke sekolah Loanna untuk memastikan kekasihnya baik-baik saja.

Justin juga mengikuti mobil yang ditumpangi Loanna hingga mereka sampai disalah satu pusat perbelanjaan. Entah barang apa saja yang dibelinya ada dua totebag berukuran besar. Saat itu Justin lengah menatap kekasihnya dari jauh karena ponsel yang berdering. Saat ia kembali memperhatikan kekasihnya tiba-tiba dia sudah tergeletak.

Sudah banyak orang yang berbondong-bondong melihatnya, untung lah Justin sigap menolong dan membawanya ke rumah sakit. Tak berselang lama ketukan pintu dari luar membuat Justin mengalihkan pegangan tangan. Orang tersebut adalah Petter sopir pribadi Loanna yang datang dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Nona kecil," lirih Petter berlari menghampiri anak majikannya.

"Dok, bagaimana keadaannya?"

Justin mengedipkan mata berdehem sejenak menyadarkan lamunan. Sopir pribadi Loanna terlihat begitu menyayangi layaknya seorang ayah pada putrinya.

"Hanya luka ringan, dalam beberapa hari akan sembuh."

"Terima kasih dok, kalau boleh tahu siapa yang membawanya kemari? Saya ingin mengucapkan terima kasih."

"Maaf saya kurang tahu, baiklah kalau begitu saya permisi."

"Iya dok, sekali lagi terima kasih."

Dengan langkah berat Justin meninggalkan ruangan. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Saat tangannya menyentuh hendle pintu, Marteen sudah ada didalam ruangannya. Pria setengah baya itu duduk memegang foto.

Kedua mata Justin menangkap foto tersebut, itu adalah foto dirinya yang tengah membopong Loanna saat kecelakaan tadi.

"Tinggalkan dia secepatnya atau dia akan mengalami lebih dari ini."

Marteen hanya mengucapkan satu kalimat setelah itu pergi. Sedikit kata tapi sukses membuat Justin melongo. Benar dugaannya, kecelakaan tadi adalah sebuah rekayasa. Dan dalang dibalik itu semua adalah ayahnya sendiri.

"Argh!"

Lagi-lagi benda-benda disekitarnya lah yang menjadi sasaran kemarahan. Ia mengambil ponsel yang mana menyajikan foto dirinya bersama Loanna yang diambil beberapa hari lalu. Tidak ada satu kata pun yang terucap, Justin tetap fokus mengamati foto mereka berdua.

***

Pov Loanna.

Dokter telah mengizinkan Loanna pulang setelah cairan infus habis, dibantu Petter ia turun dari mobilnya. Hari sudah mulai petang dan mobil sang ayah sudah terparkir rapi. Sejenak Loanna menatap mobil tersebut sebelum akhirnya kembali berjalan masuk kedalam.

"Apa yang terjadi?" suara bass milik Henry membuat seluruh bulu romanya berdiri.

Terdengar tenang dan mengerikan, "Hanya kecelakaan kecil."

Henry sedikit menarik lengan sang putri melihat bagian yang diperban.

"Apa betul begitu Petter?"

Petter mengangguk, "Saya minta maaf tuan, kejadian ini tidak saya saksikan secara langsung. Menurut saksi nona Loanna akan menyebrang tiba-tiba mobil melintas."

El Salvador (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang