Bab 3

883 93 0
                                    

Setelah memasuki kompleks perumahan mereka, Milk tiba-tiba menghentikan kayuhan sepedanya. Love yang kaget langsung menghampiri Milk dengan sigap. Terlihat Milk berkeringat dan sangat pucat. Love menyentuh kening Milk dengan hati-hati dan benar saja, tubuh gadis itu terasa sangat panas. Dengan cepat Love membantu Milk meminggirkan sepeda dan merangkul gadis itu karena badannya sudah terlihat sangat lemas.

"Pak Bakriii tolong dongg" teriak Love memanggil Satpam Kompleks yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Pak Bakri dengan sigap menghampiri dan membantu Love membawa Milk dengan motornya.

Tak butuh lama untuk sampai di rumah Milk, pak Bakri ikut membantu membopong Milk hingga masuk ke rumah.

"Di sofa sini dulu aja deh pak, makasih ya pak"

Love memperbaiki posisi tidur Milk. Pak Bakri yang melihat kondisi sudah bisa diatasi akhirnya pamit kembali ke Pos.

"Kak..." Love mengelus lengan Milk dengan hati-hati. Milk setengah sadar tapi tidak bicara sejak tadi sehingga Love sedikit takut terjadi apa-apa dengannya

"Kak Milk gak apa-apa?" Usaha keduanya untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja atau tidak namun masih belum ada jawaban. Love memperhatikan sekitar, rumahnya terlihat sepi. Karena memang orang tua Milk bekerja di Rumah Sakit dan jarang berada di Rumah.

Love memperhatikan wajah gadis yang beberapa hari ini membuat jantungnya berdegup kencang. Dia mengelus pipi gadis itu dengan sangat hati-hati, masih dia rasakan bahwa badan gadis itu masih panas.

Selang sejam berlalu Milk mulai membuka matanya perlahan, entah apa yang membuat dia merasa sangat lelah. Milk melihat Love duduk disebelah sofa tempat dia berbaring, ditatapnya wajah gadis itu.

"Love..." Panggil Milk lirih sambil menepuk lengan Love dengan hati-hati. Love yang mendengar panggilan Milk mulai membuka matanya perlahan dan kaget karena jarak wajah Milk dan wajahnya sangat dekat.

Mereka saling menatap satu sama lain. Milk memuji kecantikan Love berkali-kali dalam hatinya. Begitupun juga Love. Entah perasaan apa yang mendorong Milk untuk makin mendekatkan wajahnya ke Love. Semakin dekat jarak antara wajah mereka. Love hanya terdiam, matanya mulai dipejamkan.

Suara bel rumah Milk berbunyi, membuat Milk menjauhkan wajahnya. Keduanya seketika menjadi canggung. Love yang berusaha bersikap biasa saja berinisiatif untuk mengecek orang yang memencet bel. Seketika itu juga wajah Love terlihat kesal. Dia berjalan ke depan rumah dan membukakan gerbang untuk Gun.

"Kok ada kamu?" tanya Gun penasaran

"Iya, kak Milk sakit. Masuk aja, saya udah mau pulang" Jawab Love sedikit ketus dan meninggalkan Gun sendiri.

Sebenarnya Love masih mengkhawatirkan Milk tapi dia terlanjur kesal melihat Gun. Perasaannya campur aduk mengingat yang terjadi antara dia dan Milk di sofa tadi.

"Lo sakit Milk?" Tanya Gun langsung saat dia melihat Milk berbaring di Sofa

"Gak kok, kayaknya kecapekan aja. Aman" 

Sebenarnya Milk sendiripun bingung dengan badannya yang tiba-tiba menjadi sangat lemas. Sejak kejadian di Kantin pikirannya mulai terpusat ke Love. Dia memutar kembali ingatan saat Gun bertanya tentang Love. Dia pikir dia merasakan sesak karena merasa cemburu. Namun kejadian di Kantin membuat Milk merasa salah tingkah. Apakah dia cemburu karena Gun membicarakan orang lain atau karena dia cemburu karena Love disukai orang lain?

"Heh, mikirin apa sih?" Gun menepuk bahu Milk yang membuat lamunan Milk buyar.

"Gak ada makanan di rumah, mau pesen makan gak?" Tanya Milk mengalihkan pembicaraan

"Nih gue udah beli kimbab kesukaan lo. Lo beneran gak apa-apa?"

"Gak apa-apa Gun, makasih ya. Lo bolos bimbel?"

"Lo gak ada, gak asik" Asal Gun sambil merapikan rambut Milk yang mengganggu gadis itu mengunyah kimbab.

"Pulang aja deh Gun. Gue juga mau istirahat" Ucap Milk yang melihat Gun berkali-kali menguap menahan ngantuk.

"Nginep di sini aja ya? Kan lo sendirian" Goda Gun langsung mendapat cubitan dari Milk.

"Nginep di sini aja ya? Kan lo sendirian" Goda Gun langsung mendapat cubitan dari Milk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca pesan Gun, Milk kembali merasa sesak. Lagi-lagi dia bingung atas perasaannya itu. Dia memiliki perasaan sayang terhadap Gun, tapi hanya sebatas teman dekat. Namun ke Love? Dia tidak yakin karena mereka baru beberapa kali bertemu.

Dia mencoba melupakan dan kembali berusaha untuk memejamkan matanya.

Namun tak beberapa lama dia langsung mengambil HPnya. Dia sempat ragu namun akhirnya dia mengirimkan pesan. Berkali-kali dia mengecek balasan dari si penerima pesan.

 Berkali-kali dia mengecek balasan dari si penerima pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love yang mendapat ajakan Milk untuk pergi bersama langsung senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love yang mendapat ajakan Milk untuk pergi bersama langsung senang. Tanpa dia sadari bantal di kamarnya sudah berada di pojok kamar karena dia lempar. Senyumnya masih terlihat, bahkan pipinya mulai memerah. Dia berusaha memejamkan matanya dengan masih memikirkan pesan ajakan Milk.





BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang