Bab 13

714 56 0
                                    

Milk sebenarnya sangat takut Love akan melupakan dia, memikirkan saja sudah sakit bagaimana kalau sampai terjadi. Dia melihat kedekatan Love dan Namtan dari balik jendela kamarnya. Pikirannya sudah kemana-mana. Dia takut Love jatuh hati ke Namtan.

Milk kembali membaringkan badannya, dia merasa hari itu sangat melelahkan lebih melelahkan dari belajar seharian. Dia mencoba memejamkan matanya, ingatan tentang Love terputar yang membuat air matanya menetes entah untuk keberapa kalinya. Dia beranjak dari kasurnya dan langsung membuka buku-bukunya.

Pintu kamarnya terbuka. Milk langsung menoleh.

"Papa masuk ya?" ijinnya.

Milk langsung merapikan bajunya menutupi lehernya.

"Sakit apa? katanya hari ini ijin sekolahnya?" papa Milk berjalan mendekati anaknya dan duduk di kasur depan Milk.

"Udah mendingan kok."

"Gak ada yang pengen diceritain ke papa? kata mama kamu bolos bimbel sampek beberapa kali. Kamu pergi kemana? bosen ta?" tanya papa Milk.

"Maaf ya pa, Milk gak akan kayak gitu lagi."

"Gak perlu minta maaf, dijawab aja. Kamu kemana? kamu punya pacar? bukan Gun?"

"Papa gak masalah kamu pacaran, tapi kalau sampek mengarah ke hal gak baik kayak bolos gitu papa gak akan ijinin kamu pacaran. Berarti pacarmu itu gak baik, dia harusnya dukung--"

"Tapi Milk bolos karena keinginan Milk sendiri bukan karna dia pa, Milk juga pengen ngerasain libur belajar gak cuma weekend aja." Milk memotong karena dia tidak terima pacarnya dinilai buruk

"Satu sekolah? siapa pacarmu itu? suruh dia ke sini baru nanti kamu boleh berangkat sekolah sendiri dan ponselmu papa balikin." Papa Milk langsung beranjak keluar menahan emosi karena benar saja anaknya membolos karena berpacaran.

.
.

Pagi itu Love menunggu di garasinya, menunggu Milk berangkat. Namun setengah jam menunggu belum juga ada yang keluar dari rumah itu dan akhirnya Love memutuskan berangkat, dia berharap Milk sudah ada di sekolah.

Sesampainya di sekolah dia langsung menuju kelas Milk.
"Kak Ciize--"

"Milk? dia masih ijin, mamanya tadi telfon Gun katanya Milknya masih belum bisa jalan."

Love keluar dari kelas Milk dengan perasaan kecewa. Banyak sekali penyesalan di kepalanya. Seadainya dia tidak marah, seandainya dia tidak memaksa mencium Milk semuanya pasti akan baik sekarang.

.
.

Sudah seminggu berlalu dan Milk belum juga terlihat di sekolah. Love makin hari makin terlihat kusut. Namun untung ada Namtan dan View yang selalu menghibur.

"Ntar main yuk, pengen nyobain cafe baru." celetuk View.

"Estetik gak?" tanya Namtan.

"Harusnya lo nanya makanannya enak gak sih? lo gak punya temen ya? main sama kita mulu lo." ledek View.

Namtan menatap sinis dan menyentil dahi View.
"Kelas lo enak deket kamar mandi." asalnya.

Love hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua temannya itu.

"Love." panggil Gun.

Love beranjak keluar kelas dan menghampirinya.
"Kenapa?"

"Lo mau ikut gak ntar ke Milk? dia kayaknya kangen lo deh." Gun menawarkan.

Love mengernyitkan alisnya kebingungan.

"Gue udah tau lo sama Milk. Lo gak pernah ke rumahnya lagi kan? kenapa?"

BimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang