Woman On Top 18

1.4K 218 17
                                    

Radeva berhenti melangkah saat mendengar namanya dipanggil oleh seorang perempuan yang cukup familiar. Dia menoleh, dan helaan napasnya langsung lepas begitu melihat siapa pelakunya. Dia berdiam menunggu Prita yang berlari-lari kecil menghampirinya.
Begitu sampai, gadis itu menyerahkan tumbler yang tadi dicari-cari Radeva.

“Aku lihat ketinggalan di ruang rapat, ini punya Pak Radeva kan?”

Radeva menerimanya. “Terima kasih.”

Prita mengatur napasnya yang agak ngos-ngosan beberapa saat, lalu berdiri tegap dan menghadap Radeva dengan senyuman kecil.

“Soal papaku, tolong maafkan dia karena sudah membawa urusan pribadi ke urusan kerja. Aku bakalan coba ngomong sama dia nanti.”

Sebelum membalasnya, Radeva menyempatkan diri melihat ke dalam restoran. Dia bisa melihat Pramita, tetapi nggak begitu jelas ekspresinya seperti apa. Namun, jika Pramita melihatnya pasti wanita itu sedang sebal setengah mati sekarang.

“Terima kasih, Prita.”

“Sama satu lagi.”

Radeva masih tetap pada posisinya sementara dilihatnya Prita yang berkali-kali menarik napas dan tampak gugup.

“Aku nggak mau minta bantuan papa untuk dapat kerjaan di sini, jadi kalau Pak Radeva bersedia mempertimbangkan kinerjaku selama ini, aku berharap bisa masuk tim untuk proyek baru nanti.”

Radeva mengangguk kuat. “Saya akan mempertimbangkannya.”

Prita tersenyum. Perempuan itu kadang-kadang menunduk dan kadang-kadang menatap Radeva. Kakinya agak nggak bisa diam membuat Radeva gelisah sendiri karena obrolan ini nggak segera diakhiri.

“Pak Radeva.”

Radeva berdeham pelan, menunggu dengan sedikit enggak sabar. Namun, Prita malah bergumam seolah memikirkan sesuatu yang besar. Akhirnya Radeva angkat bicara duluan.

“Ada yang perlu kamu sampaikan lagi?”

“Nggak ada, nggak ada.”

“Saya ada janji di dalam, kalau begitu saya duluan, Prita.”

“Ah, iya. Maaf mengganggu waktunya.”

Radeva hanya mengangguk kecil, lalu melanjutkan langkah memasuki restoran. Saat membuka pintu, dia langsung menemukan Pramita yang manyun dan memberinya tatapan nyalang. Radeva malah agak tertawa melihatnya.

“Kenapa kamu ketawa? Begitu senangnya berduaan sama Prita sampai bikin kamu sebahagia hari ini?” tanya Pra begitu Radeva duduk di sebelahnya.

“Namanya Prita, memang cantik sih,” timpal Bang Defandra, yang berakhir cengengesan karena Pra langsung memberinya tatapan permusuhan.

“Apa yang kalian bicarakan sampai kamu sebahagia ini?” cecar Pra lagi.
Radeva meletakkan jas dan tasnya di kursi sebelahnya, lalu menarik piring steak pesanannya yang tingkat kematangannya sudah berubah.

“Aku boleh makan dulu?” tanyanya jenaka. Meskipun cemberut, Pra ikut menarik piringnya sendiri dan mulai memotong-motong daging untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Kenapa dia sampai rela mati cuma buat ketemu kamu?” tanya Pramita lagi.

“Nganterin tumblerku. Tadi aku cari-cari nggak ketemu, ternyata dia yang nemuin.”

“Cuma itu? Yakin? Nggak ada yang lain?”

“Sama bicara soal next project, dia minta dipertimbangkan buat masuk tim lagi.”

“Aku nggak merestui dia masuk tim.”

Radeva menelan steak di mulutnya lebih dahulu, baru tertawa pelan.

Woman On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang