Jelas ini bukan guling, sebab guling pasti empuk dan enggak memiliki lekukan. Juga tidak mungkin boneka, sebab sejak kapan Radeva memiliki boneka?
Radeva semakin mengernyit saat merasakan hidungnya menyentuh helaian-helaian rambut yang wanginya sangat dia kenali. Ya, ini adalah wangi khas sahabatanya. Aroma buah segar dan sedikit manis.
Tunggu, Pra?
Radeva seketika membuka mata dan terperanjat kaget melihat Pramita ada di pelukannya. Refleknya sangat bagus, sehingga dia berhasil turun dari ranjang membuat teman perempuannya itu mengeluh dengan ekspresi kesal. Dia agak melotot, terlebih saat menyadari bahwa kausnya yang polos telah melingkupi tubuh perempuan itu.
Radeva, dalam keterkejutan yang membuatnya langsung kehilangan rasa ngantuk, merapatkan kaki dan berusaha mengingat apa yang terjadi.
"Kenapa kita tidur berdua?" tanyanya saat tak berhasil menarik ingatan.
"Kenapa?"
"Kenapa gimana? Kita nggak seharusnya tidur berdua—" Sesaat kemudian, dia menyadari apa yang terjadi. Ini adalah suite room yang dipilih Pra, dan di sudut sana ada koper yang berisi pakaian mereka, dan siang tadi...
Radeva merapatkan bibirnya saat mengingat semuanya. Dia ketiduran saat Pra sedang bersih-bersih, dan ketika terbangun di hari yang sudah gelap, dia mendapati Pra ada di sampingnya—memeluknya.
"Kamu udah ingat kenapa kita di sini berdua?" tanya Pra dengan dengusan kecil. "Di hari pertama kamu ninggal aku tidur."
Radeva enggak membantah sebab memang itulah yang terjadi. Dia hanya kembali ke ranjang, duduk di tepian, sambil menatap Pra yang meraih ponsel dan mengeluh menyadari hari sudah terlalu malam.
"Kita bahkan melewatkan makan malam." Perempuan itu memegangi perutnya. "Aku nggak akan sanggup malam pertama sebelum makan."
Radeva hanya mampu merapatkan bibirnya mendengar kata 'malam pertama' yang terdengar sangat mudah diucapkan oleh Pra. Padahal, baginya itu sedikit canggung dan bikin malu.
"Kamu nggak mau malam pertama?" Pra tiba-tiba saja menatapnya sangat serius, lalu mencecarnya. "Akh nungguin ini 25 tahun lebih loh, kamu mau biarin aku melewatkan malam pertama? Kamu nggak bercanda kan?"
"Siapa yang bilang," sahutnya dengan wajah yang terasa menghangat. "Kenapa kamu bicarakan itu di hari pertama—"
"Karena malam pertama adanya di hari pertama."
Bibir Radeva masih agak terbuka saat Pramita menyambar cepat. Dia berakhir menutup mulutnya dan hanya memandangi perempuan itu saksama. Wajahnya kini tanpa make up dan terlihat lebih nyaman untuk dilihat. Bukannya tidak suka, hanya saja mwlihat Pramita yang seperti ini seperti melihat Pra yang sesungguhnya.
"Jadi—"
Lagi-lagi, Pra memotong kalimatnya cepat. "Kita bahkan belum ciuman sama sekali hari ini."
Pra memang selalu blak-blakan dan hampir bisa dikatakan tak tahu malu di depannya. Namun, sebagai seorang pemula yang juga belum pernah skinship jauh dengan lawan jenis, Pra terlalu berani dan sedikit menantang. Lalu perempuan itu mengambil sikap duduk, dan merentangkan tangannya lebar.
"Selamat udah jadi suamiku, Radeva."
Radeva tertawa kecil. Dia beringsut dengan gerakan agak kaku, lalu merengkuh tubuh Pra yang kecil dan menyandarkan kepalanya di pundak perempuan itu.
"Welcome to the jungle, Pra."
"Harus seperti itu sambutanmu?"
Radeva mengangguk kuat. Dia yakin pernikahan ini akan lebih sulit daripada bayangannya, dan lebih indah daripada bayangannya juga. Dia akan senang memiliki Pra, tetapi Pra mungkin akan kesulitan memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman On Top
Literatura FemininaPramita pernah nembak Radeva karena alasan sepele, tetapi Radeva menolak karena alasan itu terlalu sepele. Lalu, tiba-tiba Radeva nembak Pra.