Woman On Top 29

1.9K 234 18
                                    

Dia seperti Sirius yang memancarkan sinar paling terang dan paling berkilau di langit malam. Dia seperti Saturnus dengan cincinnya yang mengagumkan di Galaksi Bima Sakti. Dia seperti Aurora Borealis dan green forest di padang pasir.

"Apa dia seperti Kim Soo Hyun?"

Pra agak tersentak dan menoleh ke samping. Seorang gadis dengan pakaian rajut dan dandanan seperti wanita Korea ikut melihat ke arah dia melihat sebelumnya. Wajahnya kelihatan heran dan keningnya berkerut-kerut memandangi lelaki yang baru saja masuk ke area restoran.

Pra langsung berdecak keras. "Jaga matamu, mau aku cukil pakai sendok?" tanyanya sarkas sambil mengacungkan sendok di atas piring kuenya.

Gadis itu menatapnya dengan anggukan kepala kecil. "Dia nggak sepadan dengan Kim Soo Hyun, tapi cukup tampan untuk membuat orang yang jatuh cinta jadi gila."

"Ish, mulutmu nggak bisa dijaga. Siapa Kim Soo Hyun sampai bisa lebih tampan dari calon suamiku?"

"Kamu nggak tau Kim Soo Hyun?" Gadis itu mengacungkan jarinya kelihatan akan bicara beberapa hal, tetapi niatnya dibatalkan dengan cepat dan hanya mengeluarkan beberapa kata saja. "Kim Soo Hyun, dia calon suamiku."

Pra mengurungkan niatnya untuk membalas lagi sebab Radeva sudah tiba di dekatnya dan mengambil posisi duduk di sampingnya. Ah, baru dia sadari bahwa mereka berdua sama-sama nggak begitu suka berhadap-hadapan.

"Kenal?" tanya Radeva, melirik gadis di sebelah Pra dengan heran.

Pra berdeham-deham kecil sebelum menjawab. "Dia nggak penting, mari abaikan dia." Lalu dia menyerahkan kepada Radeva buku menunya. "Kamu mau pesan apa?"

"Apa rekomendasimu?"

"Rekomendasiku?" Pra terbatuk kecil memikirkan kata itu. Sebegitu cintanya kah Radeva kepadanya sampai makan pun harus sesuai rekomendasi darinya? Wah, ini agak berlebihan tapi dia senang bukan main.

"Begini, kamu boleh makan apa pun yang kamu mau. Jangan terlalu memikirkan aku."

Radeva, mau tak mau menatap gadis itu dengan kerutan kening. "Biasanya kamu selalu cari tau rekomendasi makanan setiap datang ke tempat baru," katanya sambil menggaruk pelipis.

"Ah, benar." Pra berakhir membuang napas dan menyesali pikirannya yang terlalu liar. "Bagaimana kalau ini, ini, dan minumnya ini." Dia menunjuk beberapa menu yang memang direkomendasikan oleh orang-orang dari media sosial, dan Radeva menyetujui itu dengan mudah.

"Gimana pekerjaanmu di sini? Lancar?" tanya Pra dengan nada yang dibuat sehalus mungkin. Dia sampai harus berdeham beberapa kali demi mendapatkan suara yang lembut.

"Hm, lancar," jawab Radeva.

"Rekan kerjamu juga baik?"

"Baik."

Pra memikirkan apa lagi yang bisa dia tanyakan selama dua detik.

"Nggak ada yang berbuat jahat?"

"Nggak ada."

"Nggak ada masalah apa pun?"

"Nggak ada masalah apa pun dengan pekerjaanku, tapi...." Radeva menopang dagunya dan menatap Pra penuh curiga. "Kenapa dengan kamu?"

"Aku? Memangnya aku kenapa?"

"Suaramu aneh dan nada bicaramu aneh. Kamu lagi mau sesuatu?"

Pra langsung gelagapan dan terbatuk beberapa kali lagi. "Suaraku memang begini dan nada bicaraku memang begini." Dia berdeham lagi dan lagi kemudian menambahkan dengan sedikit panik. "Memangnya kenapa?"

Woman On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang