"Tolol itu nampar perempuan pakai tenaga."
Bang Defandra mendesis saat melihat rekaman video di ponsel Manggala. Aku yang sedang berbaring di kasur langsung meliriknya kesal. "Jangan ditonton, aku malu!"
"Lagian ngapain kamu pacaran sama orang tolol begitu, Pra? Mantanmu lumayan tapi kamu sama sekali nggak bisa bedain mana laki-laki yang baik mana yang jahat?"
"Aku nggak tau dia bisa begini," balasku. Bang Defandra mengeluarkan suara muaknya padaku. Dia memang lumayan kejam, tetapi hatinya sangat baik. Pintu kost terdengar dibuka, nggak lama Radeva muncul dengan sebaskom air es yang akan dipakai untuk ngompres pipiku.
"Gimana? Kita mau laporkan Manggala? Dia jiplak karya anak lain buat dipakai di kontes internasional. Rekeningnya pernah dilaporkan, kasus penipuan yang fantastis. Kalau kita bongkar sekaligus kejahatan orang tuanya, dia pasti ditangkap."
Lelaki yang sedang menghadap laptop itu langsung diserang dengan lemparan guling oleh Radeva. Agaknya kawanku—maaf karena sempat meninggalkanmu—ini sedang sangat marah dengan yang terjadi. Aku sampai nggak berani menatap matanya, apa lagi mengatakan sesuatu padanya. Aku juga nggak berani menangis lagi meskipun rasanya menyakitkan.
"Kalau udah punya bukti kenapa harus bikin Pramita begini lagi?!" Radeva mendesis, sangat kesal.
"Bukti kekerasan ini penting," sahut Bang Defandra. Tak lama dia menggumamkan kekesalan lagi karena menemukan foto tak senonoh di galeri privat ponsel Mangga. "Dia selingkuh atau ini mantannya?" tanyanya, menunjukkan foto perempuan dariku.
Kekesalanku jadi menguap melihat siapa perempuan di layar itu. "Kapan foto itu diambil?" tanyaku.
Bang Defandra mengeceknya sebentar, lalu berkata mengejek. "Dia selingkuh ternyata. Selingkuhannya diajak ke Bali dan kamu cuma diajak main-main di sini, Pra? Wah, kamu sangat rugi."
"Kenapa Bang Defan sangat jahat," gumamku dengan mata yang hampir menangis.
"Salahmu sendiri asal percaya laki-laki," balas Radeva telak.
Aku mengurungkan niat bersedih. Tadi aku kira ini mimpi, tetapi setelah Bang Defandra memaparkan seberapa buruk Manggala itu, aku jadi merasa kesal daripada sedih. Rasanya aku ingin membalas tamparan wajahnya tadi, dan menginjak mukanya sampai dia nggak lagi bernapas.
"Dia selalu gunakan foto dan video seks buat mengancam pasangannya. Anak-anak orang yang berkuasa memang bertingkah seperti hewan."
Aku kira Bang Defandra sudah muak dengan isi ponsel Manggala, sehingga dia melemparkan benda itu ke samping dan beralih menatapku. Seperti ada banyak hal yang ingin dia sampaikan, tetapi ditahan sehingga hanya ekspresi wajahnya yang tak habis pikir yang aku tangkap.
"Beruntung kami datang tepat waktu," katanya mengedik.
Namun Radeva nggak setuju dengannya. "Kita bisa menyelamatkan dia malah kamu buat dia mengalami ini," balasnya menggumam.
"Kita jadi punya bukti."
Aku yang meraba maksud percakapan ini memberanikan diri bertanya. "Kalian sengaja bikin aku begini?"
"Maaf ya, Pra. Tapi dengan begini aku pastikan Manggala babi itu nggak bakalan berani melakukan apa-apa ke kamu."
Seketika air mataku keluar. Bang Defandra yang jahat. Bagaimana bisa dia membiarkan aku hampir diperkosa sampai ditampar? Sekarang aku bingung antara harus marah atau berterima kasih padanya. Cowok itu malah melenggang keluar tanpa rasa bersalah. Tersisa aku dan Radeva, dalam suasana canggung yang belum pernah kita alami sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman On Top
Chick-LitPramita pernah nembak Radeva karena alasan sepele, tetapi Radeva menolak karena alasan itu terlalu sepele. Lalu, tiba-tiba Radeva nembak Pra.