Uhuy, pagi-pagi dapat update-an. Semoga semangat menjalani hari ya ^^
"Apa yang terjadi?" tanya Pra saat Radeva tetap diam saja meskipun mereka sudah tiba di kantor cowok itu. "Aku punya banyak pertanyaan, tapi jawab dulu apa yang terjadi antara kamu dengan Manggala?"
"Nggak terjadi apa-apa."
Radeva memundurkan kursi di depan mejanya dan Pramita langsung menempatinya. Dia sendiri duduk di sebrang meja itu, menghadap Pramita dengan senyum-senyum kecil.
"Kenapa kalian malah mau kerja sama?"
"Dia arsitek. Kantorku sering juga bekerja sama dengan arsitek dari luar."
Pramita melipat tangannya di atas meja dan menatap Radeva dengan sangat serius.
"Rasanya nggak mungkin itu terjadi, Radeva. Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya."
Radeva mengedik. Dia menenggak air mineral di botol kecil sampai tandas. Dia belum sempat minum sejak tadi. Tenggorokannya terasa kering apa lagi setelah menghadapi putra pejabat pajak itu.
"Radeva!" Pramita menghardik sebal melihat lelaki itu mengabaikannya. "Jelaskan seperti apa hubungan kalian sekarang."
"Apa lagi? Kita calon rekan kerja, mungkin." Radeva masih tetap mengedik menjawabnya.
"Kenapa bisaaa?! Manggala sebelumnya kelihatan nggak berniat jadi rekan kerja."
"Mungkin setelah mendengar aku bicara, dia jadi berminat kerja sama dengan aku?"
"Gimana bisa?"
"Apa yang gimana bisa?"
Radeva seketika tertawa melihat Pra yang mengubah ekspresinya seratus delapan puluh derajat. Alisnya jadi mengerut saling mendekat dan bibirnya terkatup agak maju. Saat hendak bicara, alarm di ponselnya berbunyi dan di sana tertulis keterangan meeting. Dia segera berdiri, membawa laptopnya dan mengusap kepala Pramita beberapa kali.
"Kita ngobrol lagi nanti sore, aku harus kerja demi memenuhi kebutuhan istriku nanti."
Dia berdiri sejenak, menimbang-nimbang sesuatu dengan matang. Lalu setelah beberapa detik dan memastikan di luar orang-orang tetap sibuk bekerja, dia menunduk memberi kecupan kecil di kepala Pramita. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dan dia harus berdeham untuk merilekskan dirinya sendiir.
"Kabari aku kalau mau ke mana-mana," katanya singkat.
"Gimana aku bisa ngabarin kamu? Memangnya kamu udah buka pesanku sekarang?"
"Kirim lewat email kantorku," jawab Radeva, lalu meninggalkan ruangan itu bersama Pramita yang tampaknya hari ini sangat kesal dengannya.
Pramita mendengus melihat kepergian lelaki itu. Kalau bukan karena Manggala, dia pastikan sudah memberi lelaki itu wejangan panjang yang bikin sakit telinga.
Namun tetap saja dia nggak bisa menyingkirkan rasa penasaran soal bagaimana Radeva bisa membuat Manggala mengalah secepat itu. Dia nggak mungkin salah lihat. Ekspresi Manggala saat mengatakan kerja sama tadi menunjukkan bahwa Radeva lah yang memegang kendali di antara mereka.
Namun bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Setelah apa yang dilalui Pramita, kenapa Radeva baru melakukannya hari ini. Kenapa hari ini Radeva sangat menyebalkan?
Pramita mendengus sendiri. Dia terdiam melihat foto di atas meja kerja calon suaminya. Foto dirinya da Radeva di sebuah lorong musium di Jogja yang dipotret oleh Evelin. Satu-satunya foto yang menunjukkan bahwa mereka sangat dekat dan pantas orang-orang menganggap bahwa mereka mungkin saja pacaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Woman On Top
ChickLitPramita pernah nembak Radeva karena alasan sepele, tetapi Radeva menolak karena alasan itu terlalu sepele. Lalu, tiba-tiba Radeva nembak Pra.