Woman On Top 27

1.9K 245 22
                                    

Radeva sendiri nggak memahami apa yang dia lakukan. Kenapa dia membayar hotel hanya untuk menemani lelaki bajingan yang sedang mabuk. Kenapa dia mengkhawatirkan lelaki itu akan betul-betul gantung diri atau memotong nadinya atau melubangi tubuhnya. Kenapa pagi-pagi dia sudah mencari minuman obat pengar seorang lelaki yang sebelumnya ingin dia hajar habis-habisan.

Dia hanya menghela napas dan melihat lagi Manggala yang masih terlelap dibalut selimut putih. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, dan Manggala kelihatan nggak akan bangun cepat.

Dia melihat lagi kertas di meja yang dia minta kepada staff hotel tadi. Dia pastikan tulisannya bisa dibaca oleh Manggala.

Jangan mati sebelum menebus semua kesalahanmu.

Manggala, kelihatannya betul-betul cukup cerdas untuk menentukan langkah hidupnya sendiri. Maka Radeva mengambil semua barangnya di kamar itu dan meninggalkan lelaki yang masih terpejam itu sendirian. Dia butuh menenangkan pikirannya sendiri, dan memutuskan apakah akan menjadi lebih dekat dengan Manggala atau tetap memberi jarak yang cukup.

Dia butuh seseorang yang menjadi obatnya. Dia butuh Pramita. Dan sudah berapa lama dia nggak melihat perempuan itu?

Radeva buru-buru merogoh ponselnya dan mencari nomor Pramita. Ada pesan yang belum dia baca sejak kemarin siang, dan agaknya Pra akan sedikit ngomel karena ini. Setelah mendengar nada sambung, akhirnya dia bisa mendengarkan suara Pramita yang cerewet dan bawel tapi membuatnya selalu merindukannya.

Benar saja dugaannya, wanita itu langsung bertanya dengan nada bicaranya yang cerewet.

"Ke mana aja kamu pergi, Devvv? Kenapa dari kemarin nggak aktif? Kamu juga nggak pulang loh! Kamu bukannya nginep di hotel setelah booking cewek di aplikasi kan?"

Hanya dengan mendengarnya saja, Radeva tertawa panjang. Dia berbelok ke kiri memasuki area jalanan yang lebih sempit.

"Sebentar lagi aku sampai. Ayo sarapan bubur di tempat biasanya."

"Wait, kamu udah di mana?"

"Sampai di gerbang perum."

Terdengar suara gaduh dari dalam ponsel Radeva. Bisa dia pastikan gadis itu sedang panik sekarang.

"Aku belum cuci muka! Aku masih di kasur! Kenapa nggak bilang dari tadi, sih! Ih, tungguin sepuluh menit!"

"Nggak usah dandan, Pra," katanya. Dia menurunkan kaca mobil dan menyapa satpam yang berjaga.

"Aduh, aku harus pakai baju apa?"

Setelah melajukan mobilnya lagi, Radeva menyahut pelan. "Pakai apa pun yang bikin kamu nyaman."

Kurang dari satu menit Radeva sudah berhenti di depan rumah Pramita yang tertutup. Mobil hitam milik calon ibu mertuanya terparkir di halaman, beberapa bunga terlihat segar baru saja disiram. Radeva mematikan sambungan telepon setelah mengatakan dia sudah tiba, dan dalam waktu dua menit Pramita sudah masuk mobilnya dengan tas hitam berisi make up.

"Wah, aku nggak bawa dompet tapi bawa lipstik dan pelembab wajah," kata gadis itu mengobrak-abrik isi tasnya. "Coba cium badanku, bau nggak?"

Radeva mendekatkan hidungnya dan menghirup aroma Pra sesuai permintaannya.

"Kamu pakai sabun apa? Bukan yang biasanya?"

"Dibeliin mama mertuaku," katanya cengengesan. "Aromanya nggak enak?"

Radeva menggeleng. "Enak."

Sambil memoles bibirnya dengan lipstik, Pra menyempatkan bertanya dengan suara yang kurang jelas. "Jadi dari mana kamu semalam? Nginep di hotel sama perempuan yang di-booking lewat aplikasi maksiat?"

Woman On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang