"Waaah!"
Pramita memandangi laptopnya yang menampilkan grup WhatsApp angkatan kuliahnya dengan takjub.
"Sebanyak ini yang taruhan," gumamnya sambil masih fokus memandangi satu persatu pesan yang dikirim ke grup itu.
Dia baru saja mengabarkan bahwa akan menikah dengan Radeva kepada teman-teman kuliahnya. Kemudian mereka menjadi ribut mendadak di grup angkatan itu, bukan untuk memberi selamat kepadanya dan Radeva melainkan menagih janji taruhan yang mereka lakukan di zaman kuliah dulu.
Kalau tahu seheboh ini, Pra pasti minta kompensasi taruhan kepada temannya yang menang. Namun dia masih nggak menyangka bahwa sebagian besar orang yang mengenalnya dan Radeva berpikir mereka akan menikah. Ini kah yang disebut doa dari banyak orang bisa dikabulkan? Ah, sepertinya memang sudah takdirnya menikah dengan Radeva. Bahkan alam pun merestui hubungan mereka.
Pra tertawa sendiri membaca perdebatan di sana. Dia nggak menyangka akan seheboh ini. Sebagian mengatakan bahwa bukan hal mengejutkan dia dan Radeva menikah, sebagian lagi terkejut setengah mampus karena mempercayai Pramita yang mengatakan mereka sebatas teman. Sedikit perempuan di jurusannya lagi menyayangkan 'gebetan bersama kita akhirnya menjadi suami orang' dengan emot menangis bertumpuk-tumpuk. Dan sebagian laki-laki yang Pra ingat dulu lumayan dekat dengan Radeva adalah pelaku taruhan itu.
"Apakah hubungan ini direstui banyak orang atau malah dibenci banyak orang, Radeva," gumamnya kepada diri sendiri. Dia mengetikkan balasan singkat di grup angkatan itu setelah sebelumnya nggak mengatakan apa pun, mengatakan kepada mereka untuk datang di acara pernikahannya.
Pra meregangkan tubuhnya. Ahhh, hanya terhitung hari lagi statusnya akan berubah. Bukan lagi seorang lajang yang bebas untuk dirinya sendiri. Meskipun Radeva menekankan bahwa nggak ada yang boleh berubah dengan dirinya sebelum dan setelah menikah, tetap saja Pra menyadari statusnya sudah nggak sama lagi.
Dia membuka kembali foto yang dikirim Eveline. Fotonya dan Radeva dalam busana pengantin yang diambil di butik. Kelihatan serasi dan sama-sama mendalami peran.
Keningnya berkerut membaca nama Radeva tiba-tiba saja muncul di layar melakukan panggilan suara. Tanpa berpikir panjang dia geser tombol hijau ke atas dan memasang earphone.
"Pra."
Pramita langsung fokus dengan musik di sekitar Radeva, dia seperti mengenali tempat ini. Apa yang dilakukan pria itu pukul delapan lewat di tempat seperti itu?
"Jemput aku."
"Kamu di mana?"
Benar saja dugaan Pra, Radeva menyebutkan club terkenal yang nggak begitu jauh dari kantornya. Pra buru-buru berdiri, mengambil cardigan dan memakai celana panjangnya.
"Kamu sama siapa?" tanyanya sebelum mematikan ponsel.
"Manggala."
"Aku bilang jangan dekat-dekat!" Suaranya pasti terdengar sampai luar karena mamanya yang ada di kamar terdengar membuka pintu. "Tunggu di sana, aku jemput."
"Cepet, naik taksi. Di sini banyak perempuan."
"Kamu berharap di situ banyak anjingnya?" Pra mendengus kesal. "Jangan berani-berani sentuh siapa pun atau aku habisi kamu. Mengerti?"
"hmmm."
Pra mendengus keras setelah mematikan ponsel. Dia mengabaikan ibunya yang ingin bertanya, sebab Radeva bisa benar-benar dibuka celananya oleh perempuan yang haus sperma. Bahkan dia sudah kesal memikirkan lelaki itu akan ngobrol soal hal nggak penting dengan perempuan lain, apa lagi sambil diraba-raba oleh perempuan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman On Top
Literatura FemininaPramita pernah nembak Radeva karena alasan sepele, tetapi Radeva menolak karena alasan itu terlalu sepele. Lalu, tiba-tiba Radeva nembak Pra.