“Ada masalah serius apa?”
Bibirku maju dengan dengusan napas keras. Kalau Manggala adalah mantan biasa seperti yang lain, aku nggak akan memikirkannya sekeras ini. Akan tetapi karena dia Manggala, mantan yang cukup istimewa, aku terus memikirkannya, menimbang-nimbang apakah harus memberi tahu Radeva atau enggak. Ada plus minusnya sendiri.
Kalau Radeva tahu, dia bisa marah dan bisa juga enggak marah.
Kalau Radeva enggak tahu, lalu di suatu waktu dia tahu aku berhubungan dengan Manggala walaupun cuma soal pekerjaan, dia juga bakalan marah. Pasti marah! Kalau dia enggak tahu, nggak akan ada yang terjadi.
Ini hal berat yang harus aku pertimbangkan baik-baik.“Radeva, ingat nggak siapa aja mantanku?” tanyaku, setelah menghela napas kecil.
Dia langsung melirik dengan mata menyipit.
“Ada yang menghubungi kamu tiba-tiba?”
“Nggak ada.” Aku menarik napas, deg-degan rasanya. “Ada yang mau kerja sama kantorku.”
“Siapa?”
Jariku mengetuk-ngetuk paha tanpa sadar, lalu bibir bawahku tergigit. Kalau Radeva peka, dia akan langsung sadar bahwa ada hal yang aku sembunyikan dan ini sangat bikin gugup.
“Manggala, ingat? Cowok yang dari jurusan arsitek, setingkat di atas kita.”
Aku semakin kencang menggigit bibir saat Radeva hanya menatap lurus ke depan. Kalau mau menebak, sekarang dia sedang berpikir keras untuk menanggapinya. Namun ada bagian dalam dirinya yang agak emosi mendengar nama Manggala disebutkan.
“Ini urusan kerjaan? Harus kamu sekali yang tangani dia?”
“Sepertinya keadaannya begitu.”
Radeva diam lagi. Napasnya sedikit keras beberapa kali, lalu teratur lagi. Aku harap-harap cemas menantikan responnya lebih jauh.
“Lakukan, Pra. Selama itu nggak mengganggu kamu, lakukan aja.”
“Kamu nggak marah?”
“Kenapa marah?”
“Dulu…” Aku menggantung kalimat, enggan menyelesaikannya.
Radeva tersenyum kecil dengan tatapan mata teduhnya yang selalu menenangkan. “Kita sudah lebih dewasa.”
Helaan napas lega nggak bisa aku sembunyikan. Seketika ada ruang lebar di depanku, yang membuatku menjadi lebih bebas dan senang. Sesuatu yang sejak tadi mengganjal kini hilang berganti dengan kehangatan. Namun pikiranku terbawa ke momen di masa silam yang agak kelam. Manggala memecahkan kotak kenangan yang sebisa mungkin aku simpan rapat-rapat dan kumasukkan ke dalam daftar kenangan yang nggak boleh dibuka. Pikiranku berkelana jauh.
2019
“Dia emang agak protective. Siapa aja orang yang dekat sama aku diseleksi.”
“Kalau udah nggak tahan putuskan.”
Aku meniup rambut sehingga helaian warna hitam itu terbang ke atas kening. Manggala Stevano Samudra, pacarku yang ke sekian kali ini sedikit berbeda. Dia punya jiwa yang aku sukai sekaligus aku butuhkan. Jiwa seseorang yang ngemong.Mungkin karena aku nggak dekat sama ayah, sosok seperti dia jadi terasa lebih berharga. Kami sudah pacaran empat bulan, total enam bulan sejak mulai kenalan. Dia di jurusan Arsitektur. Prestasinya lumayan bisa dibanggakan.
Hal yang nggak aku sukai darinya adalah aturannya soal sama siapa saja aku harus berkawan. Sampai detik ini, sudah ada banyak kelompok yang dia cut off dari hidupku. Aturannya lumayan keras. Aku harus nurut kalau nggak mau putus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Woman On Top
Chick-LitPramita pernah nembak Radeva karena alasan sepele, tetapi Radeva menolak karena alasan itu terlalu sepele. Lalu, tiba-tiba Radeva nembak Pra.