Semua peralatan dan kerepotan di rumahnya sudah beres saat Pramita bangun pagi harinya. Dia melihat mamanya yang sedang membersihkan meja ruang tamu sedangkan beberapa orang dari pihak catering dan dekorasi terlihat sudah siap pergi.
"Mereka datang pagi sekali," kata Pra.
Mamanya langsung menoleh dan mendengus. "Kamu mau bangun sesiang ini juga di rumah mertua?"
"Mamanya Radeva juga beberapa kali bangun siang. Keluarga mereka santai." Pra menggeliat pelan sebelum meninggalkan mamanya untuk ke kamar mandi.
Hari ini dia harus menemui Eveline bersama Radeva demi mendapatkan harga diskon untuk wedding dress-nya. Tiga minggu lagi. Tiba-tiba saja tiga minggu lagi dia dan Radeva bukan lagi teman, dan bukan lagi sebatas calon pengantin. Tiga minggu lagi dia dan Radeva akan berada di ikatan yang serius. Sebuah pernikahan.
Pra menjepit rambutnya sambil menatap cermin. Sebuah jerawat kecil muncul di pipinya dekat bibir. Pandangannya beralih ke lehernya. Orang-orang bilang dia punya tubuh yang bagus. Dia dikaruniai tubuh yang bagus dan wajah yang cantik sehingga mudah untuk mendapatkan pacar.
Namun apakah dia cukup cantik di mata Radeva? Apakah dia cukup seksi di mata Radeva? Persoalan cantik dan seksi bisa berbeda untuk setiap orang. Pra belum pernah membicarakan soal itu dengan Radeva, sehingga dia nggak yakin apakah Radeva memandangnya sebagai perempuan yang cantik dan seksi juga.
Meskipun, Pra rasa dia punya leher yang jenjang dan tulang selangkanya menonjol tipis membuat look dari leher ke dada atasnya semakin bagus. Tulang bahunya juga bagus.
"Kenapa dia menahan diri selama ini? Apa aku bukan seleranya?" gumamnya pelan.
Pra berdecak kesal sendiri memikirkan itu. Dia memilih segera membersihkan diri sebab Radeva nggak suka kalau waktunya molor.
*
"Hari ini kamu sekalian ngukur. Kita cuma akan dua kali ganti baju nanti."
Pramita masih fokus menatap tablet Radeva yang menampilkan laman Google Sheet. Dia menjelaskan soal beberapa hal yang sudah direncakan untuk pernikahannya nanti.
"Undangan sudah beres dan tinggal ambil." Pra mencentang bagian itu, lalu bergulir ke bawah lagi. "Desain dekorasi juga sudah fiks. Kita centang aja bagian ini."
"Radeva, make up-ku kemarin gimana? Kamu suka?"
Radeva menoleh sekilas. "Suka," katanya.
"Itu temannya Eveline. Buat nikah nanti aku rencananya juga pakai jasanya dia, gimana menurutmu?"
"Bagus, kamu suka?"
Pra mengangguk kuat. "Kalau gitu booking MUA kita centang, MUA family kita centang. Aku sudah bilang ke dia jadi nanti tinggal transfer DP-nya."
Radeva mengangguk. Dia menghidupkan sein kanan saat melihat butik yang dimaksud Pramita sudah terlihat. Wanita itu segera meletakkan tabletnya dan bersiap-siap keluar.
"Kalau capek foto bilang, nanti aku sampaikan ke Eveline," kata Pra. Setelah mobil berhasil di parkir, dia nggak menunggu Radeva untuk turun. Kakinya melangkah lincah memasuki butik Eveline dan mencari-cari keberadaan temannya yang katanya sudah menunggu di ruangan depan.
Radeva yang ditinggalkan hanya menggeleng dengan tingkah wanita itu. Dia cepat menyusul Pra ke dalam setelah mengantongi ponsel dan dompetnya. Berbagai jenis wedding dress, dari yang sederhana sampai bikin silau mata langsung menyambutnya begitu memasuki area utama. Sebuah meja kursi terletak di pusat ruangan dan Pra sedang duduk di sana.
"Ah, calon pengantinku!" Radeva menoleh cepat ke sumber suara. Dari arah dalam seorang perempuan berambut panjang pirang kelihatan antusias melihatnya. Radeva mengingatnya meskipun samar-samar. Dia Eveline yang dimaksud Pra.
![](https://img.wattpad.com/cover/365169568-288-k738028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman On Top
ChickLitPramita pernah nembak Radeva karena alasan sepele, tetapi Radeva menolak karena alasan itu terlalu sepele. Lalu, tiba-tiba Radeva nembak Pra.