Woman On Top 22

1.5K 215 24
                                    

Pra: Aku nggak bisa ikut kamu kerja?

Dev: Hari ini mau full meeting.

Pra:

Radeva memanggil...

Pramita berdeham-deham kecil sebelum memutuskan menjawab panggilan dari Radeva. Dia diam sejenak dan Radeva menyapanya lebih dahulu.

"Pra."

"Hm."

"Hari ini nggak punya rencana mau melakukan apa?"

Sontak Pra menggeleng. "Nggak ada." Dia menghela napas kecil. "Aku bisa mati kebosanan kalau seperti ini setiap hari."

"Kenapa nggak nonton? Atau belanja, atau ketemu sama temen-temenmu buat ngopi."

Pra berdecak pelan. "Nggak tau deh, mereka lagi sibuk-sibuknya. Kemarin aku coba ajakin nongkrong nggak ada yang bisa."

Sejenak nggak ada balasan dari Radeva, hanya terdengar suara resleting dan benda yang jatuh bergelinting. Lalu disusul suara Bang Defandra yang protes dengan bunyi mengganggu pagi hari.

"Nanti jam istirahat mau ketemu?"

"Di mana?"

"Yang dekat-dekat kantor."

"Aku yang ke sana?"

"Iya."

"Boleh." Pramita menjawabnya tanpa berpikir panjang. "Aku harus pakai baju apa? Akau harus dandan yang cantik sekali atau biasa aja?"

Terdengar suara tawa Radeva yang pelan dan pastinya cowok itu sedang menggelengkan kepalanya sekarang. Lalu, terdengar jawaban singkat.

"Yang biasa aja."

Pramita bergumam panjang, sampai terdengar lagi suara Radeva yang kalem.

"Kamu yang biasa aja udah cantik sekali."

Di posisinya yang masih rebahan, Pra langsung terbatuk-batuk. Dia menatap ke langit-langit kamar, nggak memikirkan apa pun. Lalu terdengar lagi suara Radeva yang bilang akan berangkat kerja, dan Pra hanya bergumam kecil menjawabnya. Kemudian panggilan itu terputus.

Radeva... benarkan lelaki itu mencintainya? Bagaimana bisa? Kenapa selama ini bahkan Radeva diam saja saat Pramita pacaran dengan orang lain? Kenapa Radeva nggak pernah cemburu, atau paling enggak marah? Kenapa Radeva bahkan membiarkan Pra memilih Manggala.

Benarkah Radeva mencintainya?

"Haruskah aku bertanya? Atau biarkan saja?"

Pramita menghela napas. Beginilah jika dia nggak punya cukup kegiatan untuk menyita pikirannya. Sesungguhnya Pramita hanya seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, yang senang sekali memikirkan sesuatu secara berlebihan alis overthinking. Hanya saja selama ini dia selalu berhasil mengalihkan pikirannya sendiri melalui banyak hal yang dia kerjakan.

Maka, Pra memilih untuk beranjak dari kasur dan keluar kamar, menyapa mamanya yang masih membuka kulkas dan mengambil snack, lalu menenggelamkan dirinya pada acara televisi yang membosankan. Sekitar pukul setengah sepuluh dia mandi, berdandan cukup lama, lalu berangkat ke kafe mana pun yang dekat kantor Radeva.

*

Ini sudah hampir pukul satu, dan Pramita sudah menunggu hampir satu jam. Namun bahkan pesannya belum dibalas dan panggilannya yang ketiga kali masih belum dijawab. Dia menarik napas berkali-kali saat merasakan jengkel yang luar biasa. Jarinya mengetik di layar ponselnya dengan mata nyalang dan mood yang berantakan.

Woman On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang