01

331 105 23
                                    

إنَّ أوَّلَ ما يُحاسَبُ به العَبْدُ يَوْمَ القِيامةِ مِن عَمَلِه صَلاتُه، فإن صلَحَتْ فقدْ أَفلَحَ وأَنجَحَ، وإن فَسَدَتْ فقدْ خابَ وخَسِرَ، فإن انْتَقَصَ مِن فَريضتِه شيءٌ قالَ الرَّبُّ تَعالى: انْظُروا هلْ لعَبْدي مِن تَطَوُّعٍ، فُيُكَمَّلُ بها ما انْتَقَصَ مِن الفَريضةِ، ثُمَّ يكونُ سائِرُ عَمَلِه على ذلك

Artinya: "Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah sholatnya. Apabila benar (sholatnya) maka ia telah lulus dan beruntung, dan apabila rusak (sholatnya) maka ia akan kecewa dan rugi. Jika terdapat kekurangan pada sholat wajibnya, maka Allah berfirman, 'Perhatikanlah, jikalau hamba-Ku mempunyai sholat sunnah maka sempurnakanlah dengan sholat sunnahnya sekadar apa yang menjadi kekurangan pada sholat wajibnya. Jika selesai urusan sholat, barulah amalan lainnya." (HR An-Nasa'i, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Hana, menutup buku yang baru
saja dibacanya, Sholat dhuha? la
memang pernah mengerjakannya.
Namun tidak sering, Ia juga baru
tau bahwa manfaat dari sholat
sunnah yang satu ini begitu luar
biasa. Selain karena sholat ini
adalah sholat yang dikerjakan
para awwabin (kembali kepada Allah SWT dengan taubat dan istighfar.), empat rakaat sholat
dhuha juga akan mendapat
jaminan dari Allah sepanjang hari
itu. Masya Allah, Hana kembali
merasakan sensasi tetesan embun
dalam hatinya.

"Nis sholat dhuha yuk!" ajak Hana,
pada sahabatnya yang saat ini sibuk menyalin tugasnya.

"Aku belum selesai nih Na," ujar
Nisa, sembari menunjukan buku
tugas bersampul kertas biru itu.

"Yah, terus aku sama siapa dong?
Kamu sih Nis, pekerjaan rumah
malah dikerjakan di sekolah,"Kesal Hana, sembari mengerucutkan
bibirnya lucu.

"Duh Hana, aku ini gak sejenius
kamu. Dan lagi ini PR Fisika. FI -SI-KA Na, bisa pecah kepalaku kalau harus mikir sendiri," tukas Nisa, dengan wajah sedramatis mungkin.

Hana tidak bisa menyembunyikan
tawanya melihat tingkah sahabatnya yang terlalu berlebihan ini. Entah mengapa Nisa sangat anti pada pelajaran Fisika. Padahal untuk mata pelajaran yang lain, Ia mampu
memahaminya dengan baik.

"Ya udah deh, aku ke mushola sendiri aja." putus Hana, lalu beranjak dari duduknya ia harus  segera bergegas, waktu istirahat akan berakhir 15 menit lagi.

Hana menunaikan sholat dhuha
4 rakaat, setelah berdzikir dan
berdoa ia segera merapikan
mukena nya kembali. Sesaat setelah itu, ia menuju pelataran
masjid sekolahnya sementara memasang kaos kaki dan conot
tak sengaja ia mendengar dua
wanita sedang berbincang di
sebelahnya.

"Ya Allah, dia itu sempurna banget.
Calon imam idaman dah," puji
salah satu dari dua wanita itu, Hana yakin mereka siswi 1 tingkat di atasnya.

"Iya, andai aku bisa jadi pacarnya.
Ganteng, pinter, sholeh, subhanallah paket komplit," sambung siswi yang lain menimpali.

Karena penasaran, Hana memutuskan untuk mengikuti
arah pandang kakak kelasnya itu,
dan dia lekas menemukan sosok
yang membuatnya bingung srdari pagi tadi, Hanan dia lagi, dia lagi kali ini jantungnya lagi-lagi berdetak dengan cepat.

"Yah, jantung kamu kenapa sih?, harus ya aku periksakan kamu ke dokter," batin Hana, sembari mengusap bagian atas dada kirinya.

Kata-kata yang barusan ia dengar
kembali mengusik pikirannya, ah
bahkan telah meresap ke dalam
hatinya mungkin? Sesempurna itukah seorang Hanan Hizbullah? Dan apa tadi yang ia dengar? Ingin menjadi pacarnya? Hana tertawa dalam hati, jika Hanan mereka sebut laki-laki sholeh maka tidak ada harapan untuk menjadi pacarnya.

"Karena laki-laki sholeh tidak akan pernah pacaran." Ujar abinya, yang membuat Hana terngiang sedari tadi

Sejak saat itu Hana semakin rajin
sholat dhuha, ia pun semakin
rajin belajar ilmu agama. Ternyata
semakin ia belajar semakin ia
merasa dirinya bodoh sekali masih banyak hal yang ia tidak ketahui
tentang agamanya. Ah, ia pun
semakin jatuh cinta lagi dan lagi
pada agama ini.

Sangat sempurna, bah akan Abi dan umminya bahagia sekali melihat perubahan dalam diri anak perempuannya yang tidak hanya menjalankan ibadah wajib, namun kini ibadah sunnah juga dijalankan seperti sholat dhuha, tahajud dan puasa senin kamis.
Hana masih ingat raut wajah terkejut abi dan umminya saat ia bergabung untuk makan sahur di senen dini hari itu.

"Hana kok sudah bangun, nak? Laper? " tanya ummi heran.

"Hana mau sahur juga ummi," jawab Hana dengan senyum manisnya.

"Tapi nanti upacara kan? Emangnya kuat?" Abinya turut menimpali.

"Ah Abi, Hana kan sudah besar
insyaallah pasti kuat dong."

Abi dan ummi tersenyum, mereka mengelus rambut panjang Hana
dengan lembuy, setiap hari saat jam istirahat Hana selalu pergi ke masjid sekolah untuk menunaikan sholat dhuha kecuali saat tamu bulanan nya hadir. Entah bersama Nisa, atau hanya dia sendiri, dan di waktu dhuha itu juga Hana selalu bertemu dengan sosok laki-laki yang kini mulai mengusik hari-harinya atau hati lebih tepatnya.

Di waktu dhuha di setiap harinya, ia semakin terpesona pada laki-laki itu, Hana sengaja tidak memberi tahukan hal ini kepada siapapun termasuk Nisa dan ummi yang biasanya selalu menjadi tempatnya bercerita.

'Biarlah rasa itu hanya ia dan
Tuhan-Nya yang tahu. Biarlah rasa
itu hanya akan tenggelam dalam
lautan doa di sujud sepertiga
malamnya'.

Hana;N (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang