Dia tak menjanjikan sesuatu padaku Tapi aku percaya, Allah akan memberi yang terbaik untukku
Hari ini adalah hari keenam
setelah pinangan itu, artinya besok malam Hana sudah harus memberikan jawaban untuk
keluarga Pak Ridwan. Namun hingga saat ini Hana belum mempunyai jawaban yang tepat padahal sholat istikharah sudah dilaksanakannya, tapi sepertinya Allah belum berkenan memberikan jawaban untuk saat ini. Hana yang saat ini sedang berada di kamarnya berdiri dengan gusar menatap ke arah taman kecil di halaman rumahnya, berharap ia mendapat ketenangan dari bunga-bunga yang tak terlalu
nampak karena hari sudah malam."Dek, Ummi boleh masuk, ya?"
terdengar suara Umminya di luar
pintu kamarnya, sembari mengetuk pelan." Iya Ummi, silahkan" jawabnya pelan, namun masih terdengar.
"Adek lagi ngapain?" tanya
Umminya setelah membuka pintu
kamar, Hana hanya menggeleng
sambil tersenyum kecil sebagai
jawaban."Dipanggil Abi di ruang tengah tuh," ucap Umminya denga. lembut, sembari mengusap pelan punggung sang putri.
"Iya, bentar lagi Hana kesana
Ummi." Ujarnya membuat Umminya tersenyum dan segera meninggalkan kamar Hana, Hana segera menyusul Umminya setelah sebelumnya menyisir rambutnya yang cukup panjang setelah sampai pada sofa tersebut Hana mendudukkan dirinya di samping Abinya begitu tiba di ruang tengah, hingga Abinya menutup buku yang sedang dibacanya."Gimana dek? Kamu sudah punya
jawaban untuk besok?" tanya
Abinya kemudian, Hana menggelengkan kepala pelan lalu segera masuk ke dalam pelukan Abinya. la benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang, Abinya membiHanann Hana memeluknya erat lalu mengelus rambut panjang Hana yang terasa begitu halus di tangannya. la sebenarnya tidak ingin memaksakan jika Hana ingin menolak lamaran itu walaupun sebenarnya la berharap Hana bisa bersama Hanan. la yakin pemuda itu mampu menjadi imam yang baik bagi putrinya."Istikharah lagi Nak, Abi yakin Allah akan memberi jawaban yang
terbaik untuk kamu, Abi sama Ummi sudah tidak muda lagi. Harus ada seseorang yang bisa menggantikan posisi kami untuk menjaga kamu," ucapnya kemudian, membuat matanya memanas hingga melepas pelukannya, berusaha untuk menatap wajah Abinya. Ya, lagi-lagi ia lihat harapan yang besar disana."Hana takut tidak bisa mencintai dia dan dia tidak mencintai Hana Abi," jawabnya lirih, mencoba menahan tangis yang sebentar lagi akan membasahi mukanya.
"Cinta bisa tumbuh setelah kalian
menikah, hal itu akan mudah begitu kalian sudah halal dulu Abi sama Ummi juga menikah karena dijodohkan, Mas Kalil juga. Buktinya sampai sekarang pernikahan kami insyaAllah tetap bahagia kan?" Jelas sang Abi, berharap agar sang anak menyetujui perjodohan itu."Tapi ini ceritanya lain Abi" batinnya Hana, yang tak bisa diucapkan.
"Bukannya waktu SMA kamu pernah suka sama Nak Hanan kan," timpal Umminya sembari menahan senyum, ia melihat wajah terkejut Abi serta Kakaknya.
Malam itu Nisa mengunjungi rumah Hana, namun sayangnya Hana sedang tidak ada di rumah gadis itu sedang menghabiskan waktu bersama kakaknya jadilah saat ini ia ditemani oleh Ummi Hana.
"Ummi katanya Hana dilamar ya?"
tanya Nisa sesaat setelah menyesap teh yang disugukan Ummi Hana."Iya Nis, Hana pasti sudah cerita ya." Tebak sang ummi, yang di jawab anggukan dari Nisa.
"Namanya Hanan Hizbullah ya
Ummi?"Tanya Nisa, sembari menatap Ummi."Iya bener, namanya Hanan Hizbullah."
"Ummi masih ingat kan dulu Nisa
pernah cerita kalau Hana pernah
suka sama seseorang pas SMA?"
Tanya Nisa sekali lagi, mampu membuat ummi berpikir sejenak hingga pada akhirnya ia menginggatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana;N (TERBIT)
Fiksi RemajaMenceritakan prihal Hana yang menaruh harapan besar kepada sosok pemuda dengan tubuh tinggi yang kemudian menjadi jodohnya sendiri. "Abi, Ummi?" Tanya Hana bingung, ketika melihat pemuda yang bertahun-tahun ia coba lupakan, kini tepat berada di hada...