18

99 42 33
                                    

Ternyata ranjang Hana memang tidak terlalu besar untung menampung dua orang, Hanan bisa melihat Hana merasa kurang nyaman dengan posisi mereka yang hanya berjarak tidak lebih
dari lima centimeter sehingga kini
gadis itu memposisikan tubuhnya membelakangi dirinya. Pikiran Hanan kembali melayang pada kejadian tadi sore, pertemuannya dengan Anes dan Hana serta teman-temannya yang tidak disengaja. Jujur saja, saat berada di dekat Anes jantungnya masih berdebar kencang yang berarti perasaannya masih sama seperti beberapa tahun silam.

Namun ia tidak bisa menampik perasaan baru yang membuat hatinya berdesir setiap berdekatan dengan Hana seperti yang ia rasakan sekarang. la juga merasa kesal melihat besarnya perhatian yang.diberikan Iqbaal pada Hana. Tadi ia benar-benar ingin menarik Hana ke sisinya dan mengingatkan sekali lagi pada Iqbaal bahwa gadis yang laki-laki itu sukai adalah ISTRINYA.

Itu yang ingin sekali ia lakukan, tapi sebagian dari hatinya menahannya karena ia tahu akan ada yang. tersakiti jika ia benar-benar melakukannya. Dan itu adalah Anes, sejak dulu bahkan hingga saat ini ia tidak akan pernah bisa melihat gadis itu tersakiti, apalagi jika dirinya yang menjadi penyebabnya. la benar-benar gusar, nan bingung dengan perasaannya sendiri.Sebenarnya untuk siapa hatinya saat ini?

"Em kak, Hana boleh tanya? " Suara Hana yang tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut.

" Apa? " jawab Hanan sambil menatap langit-langit kamar Hana, dengan penuh tanda tanya.

“Kenapa tadi kakak khawatir? " Tutur Hana, membuat Hanan terdiam, hanya pertanyaan Hana yang terngiang di pikirannya. Kenapa tadi dia khawatir saat Hana tidak kunjung terlihat di rumah mereka dan ponselnya tidak bisa dihubungi? Jawabannya adalah dia juga tidak tahu. la tidak tahu mengapa dia selalu merasa cemas dan khawatir saat gadis itu tidak berada dalam jarak pandangnya.

"Karena Abi sudah mengamanahkan kamu sama aku, jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk sama kamu, aku juga kan yang harus tanggung jawab.” Ungkap Hanan tanpa rasa keraguan, dan hanya kalimat itu yang bisa ucapkan sebagai jawaban dari pertanyaan Hana. Benarkah hanya karena amanah? Sekali lagi ia tidak tahu. Karena ia tidak berani mendefinisikan makna dari rasa cemas dan khawatir nya dengan definisi apapun.

" Oh, jadi cuma karena itu ya, amanah memang berat ya kak" Jawaban Hana memang terdengar santai, bahkan gadis itu tertawa tapi entah mengapa Hanan bisa merasakan hal lain dari nada suaranya. la bisa merasakan gadis itu kecewa? Tapi kenapa Hana
harus kecewa? Apa karena gadis itu, tidak mungkin kan Hana menyukainya? Gadis itu selalu terlihat biasa-biasa saja saat berada di dekatnya. Berbeda saat Hana bersama dengan Wahyu apalagi Iqbaal. Gadis itu terlihat ekspresif dan lebih terbuka, memikirkan hal itu membuat hatinya sedikit nyeri.

Setelah beberapa saat Hanan tidak
kunjung bisa memejamkan matanya, ia menolehkan wajahnya ke samping dan melihat Hana sudah tidur dengan nafas yang mulai teratur. Sepertinya gadis itu sudah terlelap tanpa ia bisa cegah tangan kirinya telah sempurna melingkar di pinggang gadis itu.

Entahlah ia juga tidak mengerti dengan apa yang ia lakukan, terlepas bagaimana reaksi Hana ketika tiba-tiba ia terbangun dan perasaan gadis itu padanya, ia tidak peduli. Hatinya hanya ingin merasakan gadis itu berada dalam
pelukannya untuk saat ini dan mungkin seterusnya.

Suasana canggung benar-benar terasa di dalam mobil hitam milik Hanan, saat ini ia dan Hana sedang berada dalam perjalanan pulang ke rumah mereka. Setelah sarapan tadi, ia dan Hana berpamitan pada mertuanya. Hanan bisa merasakan gadis itu menghindarinya sejak tadi, bahkan gadis itu selalu mengalihkan pandangannya saat Hanan berusaha menatapnya.

" Kamu kenapa? " tanya Hanan, yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

" Hah? Aku gapapa kok.” Timpal Hana yang membuat Hanan menghela nafas karena sadar dirinya adalah salah satu jenis spesies laki-laki yang tidak akan bisa memahami kata Gapapa yang diucapkan oleh seorang bernama wanita. Sedangkan Hana kini sibuk dengan pikirannya dan yang sedang mengganggu pikirannya adalah, bagaimana bisa saat ia terbangun tadi ia berada dalam pelukan Hanan? Bahkan tangannya juga berada di pinggang laki-laki itu. Apa semalam ia membalikkan badan dan memeluk Hanan karena mengira laki-laki itu adalah guling kesayangannya? Ya Allah dia malu sekali jika benar dirinya yang memeluk Hanan terlebih dahulu.

Hana;N (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang