17

110 44 6
                                    

Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku.
Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku)
đan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran." (Qs. AL Baqarah: 186)

Hana sedang dalam perjalanan pulang ketika tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, ia segera menepikan motor lalu memasang jas hujan di tubuhnya. Banyak orang yang memilih berteduh karena volume hujan yang turun begitu besar.

Namun Hana lebih memilih
melanjutkan perjalanannya karena waktu sudah hampir maghrib, ia tidak nyaman jika berada di luar rumah ketika waktu maghrib apalagi dalam kondisi
hujan seperti itu. Berbincang dengan mertuanya sungguh menyenangkan,  membuat ia tidak sadar jika hari mulai  sore, alternatifnya ia akan pulang ke rumah orang tuanya malam ini yang jaraknya lebih dekat dari tempat ia berada sekarang dan ia akan memberi tahu Hanan terlebih dahulu. Tapi sayangnya ponselnya telah kehabisan daya, tak apalah ia akan menghubungi Hanan nanti ia tiba di rumah ketika adzan maghrib berkumandang dan disambut dengan raut wajah khawatir abi dan umminya.

"Kamu cepetan mandi terus ganti
baju ya biar gak masuk angin.” Titah sang ummi yang di angguki oleh Hana sebagai jawabannya, lalu melesat masuk ke kamarnya mengambil baju untuk mengganti bajunya yang sedikit basah.

Setelah sholat isya dan makan malam bersama orang tuanya, ia segera masuk ke dalam kamarnya, duduk di kursi riasnya dan meletakkan kepalanya di meja ia mulai memikirkan kehidupan
pernikahannya lagi. Apakah akan tetap seperti itu? la dan Hanan terus bersama ketika laki-laki itu masih menyimpan perasaan untuk wanita lain dihatinya. 

Rasanya benar-benar menyesakkan padahal saat SMA dulu hal ini yang ia inginkan, bersanding dengan laki-laki impiannya tapi setelah Allah mengabulkan doa-doanya, kehidupannya benar-benar tidak sesuai dengan harapannya. Yah ia adalah manusia biasa manusia yang sering kufur jika sudah diberi nikmat oleh Allah. la menepuk dahinya pelan ketika teringat sesuatu ia lupa memberi
tahu Hanan bahwa ia akan menginap disana malam ini. la segera membalikkan badannya untuk mengambil ponsel di tasnya yang ia letakkan di ranjang. Namun tubuhnya terperanjat ketika melihat seorang laki-laki sedang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan meletakkan sebelah
tangannya di pinggiran pintu, sejak kapan berada disana?

"K-kak Hanan? Ngapain disini?" tanyanya gugup sambil menghampiri Hanan dan berdiri di hadapan laki-laki itu, Hanan diam dan menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan membuat jantungnya lagi-lagi berdetak tak terkendali.

"Kak Hanan? " ulangnya lagi, karena laki-laki itu tak kunjung menjawab dan malah terus menatapnya.

" Menurut kamu? " tanya Hanan
lalu memajukan langkahnya membuat Hana juga reflek mengikuti langkahnya, langkah Hana terhenti karena tubuhnya sudah membentur dinding kamarnya.

"K-kak Hanan, " ucap Hana gugup, kedua bola matanya menatap Hanan yang masih menatapnya dengan tatapan tajamnya yang mengunci tatapannya agar tidak berpaling membuatnya menelan ludah berat. Jarak mereka yang sangat dekat membuat Hana dapat merasakan aroma parfum Hanan yang Hanan kenakan.

"Kenapa gak izin kalau mau menginap disini? Tanya Hanan dingin, membuat Hana kehabisan kata-kata.

"A-aku lupa kak" jawab Hana terbata- bata, posisi mereka saat ini benar-benar membuat jantungnya terasa sedang melompat-lompat di dalam sana, ia hanya takut jantungnya terlepas dari tempatnya atau kemungkinan terburuknya organ tubuhnya yang satu itu bertukar posisi dengan salah satu ginjalnya. Dia tidak mau itu terjadi, dia takut dioperasi. 

“Ya Allah, jaga jantung hamba, batinnya berdoa.” Batin Hana sembari merapalkan doa.

“Dek, Kamu marah sama Mas?" Tanya Hanan, membuat Hana menggeleng cepat, bola matanya bergerak gelisah karena tatapan Hanan benar-benar membuatnya mati kutu.

"Terus, kenapa ponsel kamu tidak
bisa dihubungi?.” Desak Hanan, dengan nada yang semakin melembut

"Bateraiku habis, Mas" Hanan menatapnya sebentar sebelum
menarik Hana ke dalam pelukannya, jangan ditanya bagaimana kondisi Hana saat ini. Seluruh sel sarafnya mungkin sedang pingsan hingga ia tidak bisa memikirkan apapun dan tubuhnya terasa kaku.

"Jangan seperti ini lagi, tadi aku
benar-benar khawatir sama kamu, aku nggak bisa berpikir jernih kalo kamu gak ada kabar gini.” Racau Hanan, yang kini berada dalam pelukannya.

Jantung Hana berdebar tak menentu, pipinya memanas mendengar kalimat Hanan yang baru saja diucapkannya
beruntung posisi mereka saat ini
membuat laki-laki itu tidak bisa melihat wajahnya yang mungkin sudah memerah. Jika tidak ia akan semakin malu, tapi tadi apa?
Laki-laki itu mengkhawatirkannya?
Yang benar saja.

" Hana suami kamu-- " Suara dari arah pintu itu membuat Hana mendorong bahu Hanan pelan untuk kembali menciptakan jarak di antara mereka. Ia menatap seseorang yang berdiri dengan senyuman canggung di ambang pintu. Ya Allah itu umminya.

“Duh maaf ya ummi ganggu kemesraan kalian, lagian kalian sih, mau mesra-mesraan pintunya gak ditutup dulu" goda sang ummi, Hana tidak berani mengangkat wajahnya sedangkan Hanan menggaruk bagian belakangnya sambil tersenyum canggung pada mertuanya.

" Ya sudah lanjutin sana " Kali ini Hana mengangkat wajahnya yang sudah merenggut menatap umminya, lalu Umminya segera berlalu dari sana setelah sebelumnya mengedipkan sebelah mata padanya. Bermaksud menggoda putrinya yang sedang malu itu, Hana melihat Hanan berjalan menuju kasurnya. Lalu la melepas jaketnya dan meletakkannya di pinggir ranjang mata Hana terbelalak saat laki-laki itu kini sudah merebahkan tubuhnya di kasur miliknya.

" Kak Hanan mau ngapain? " tanyanya gugup.

" Tidur, aku sudah ngantuk" jawab
Hanan santai.

"Kenapa tidur disini? "

" Diluar hujan, aku males nyetir kalau kita pulang ke rumah jadi tidur disini saja"

" Ya kan gak harus tidur disini juga, lagian kamar Mas Nafis kosong" Sinis Hana, sembari menatap sengit kearah sang suami.

" Maksud kamu aku tidur disana? "
Hana mengangguk cepat.

"Dan membuat orang tuamu curiga? " Ah benar juga, mana ada suami istri tidur di kamar terpisah.

" Tapi aku tidur dimana? "

" Biasanya dimana? "

" Ya di kasur itu lah kak"

" Ya udah tidur disini"

" Tapi ranjangku sempit " ucapnya
sambil menatap single bedanya itu
gelisah.

"Sepertinya kalau hanya untuk dua orang tidak masalah.” Jawab Hanan, membuat Hana menghela nafas. Ya sepertinya malam ini ia benar-benar harus berbagi tempat tidur kecilnya dengan laki-laki itu. la segera beranjak untuk menutup pintu dan mematikan lampu lalu merebahkan tubuhnya di samping Hanan terpaksa memunggungi
laki-laki itu karena keadaan ranjang yang begitu sempit.

" Em kak, Hana boleh tanya? " ujar
Hana saat merasa laki-laki itu juga
belum memejamkan mata seperti
dirinya.

" Apa? "

" Kenapa tadi kakak khawatir? "
ucapnya menyuarakan pertanyaan
yang sudah memenuhi pikirannya hingga membuat suasana hening beberapa saat.

"Karena Abi kamu sudah mengamanahkan kamu sama aku. Jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk sama kamu, aku juga kan yang harus tanggung jawab " Mendengar jawaban Hanan membuat hatinya kecewa, jadi hanya karena amanah? Padahal saat tadi laki-laki itu memeluknya dan berkata bahwa ia khawatir, ia berharap itu karena Hanan, Ah sudahlah. sepertinya memang ia tak boleh berharap lebih pada hubungan itu.

Hana;N (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang