28

119 26 18
                                    

“Sebenarnya apa sih, yang kakak mau dari hubungan ini selain karena paksaan kedua orang tua kita?” Sertak Hana, setelah kepulangannya tadi.

Hana maju selangkah mendekat ke
arah Hanan yang masih mematung di tempatnya, ia tak peduli lagi jika jantungnya akan bekerja cepat atau kakinya menjadi lemas karena berada dalam radius yang sangat dekat dengan pria itu. Ia juga tidak peduli, saat ini ia hanya ingin memastikan pertanyaan yang terus didengungkan hatinya akhir-akhir ini. la ingin mendengar jawaban yang pasti jawaban yang tidak akan membuat pikirannya terus menerka setiap saat atau angan-angannya yang terus memanjang semakin hari.

Pandangan Hana jatuh kepada kedua netra Hanan tanpa ada niat berkedip, keterkejutan Hanan juga tercetak jelas di raut wajah pria itu. Jakunnya bergerak naik turun, menandakan ia sedang berusaha menelan ludah berkali-kali.

"Kak–,"

"Aku." Hana enggan mengedipkan kedua matanya, ia berusaha menajamkan indera pendengarannya walaupun
dengan suara pelan pun ia yakin
akan mendengar apa yang pria itu
ucapkan karena jarak mereka yang begitu dekat sekarang. Tapi ia tidak ingin melewatkan walau sepatahkata pun karena jawaban yang akan ia dengar adalah penentu langkah yang ia akan ambil selanjutnya.

"A–aku, aku gak tau.” Ungkap Hanan yang membuat Hana menarik nafas Kecewa, kata-kata itu lagi-lagi menyelimuti hati Hana. 

Ia kira dari manisnya sikap Hanan akhir-akhir ini karena laki-laki itu memiliki perasaan padanya, namun lagi-lagi itu semua hanya angan-angan semuanya semata. la mengangguksekali sebelum mendongakkan wajahnya, berusaha mengangkat sudut bibirnya walau rasanya sangat susah. Berusaha untuk tetap tersenyum saat hati diselimuti rasa kecewa mungkin saja adalah salah satu hal paling rumit yang pernah dilakukan anak cucu Adam di muka bumi.

Namun apalagi yang bisa ia lakukan selain itu? Menangis untuk memohon agar pria itu cepat membuka hati untuk dirinya yang sudah lelah untuk mencintai seorang diri? Seumur hidupnya ia tidak akan melakukan hal itu. Ia tidak akan merendahkan dirinya hanya untuk mengemis cinta seorang makhluk yang bahkan tidak pernah mencintainya. Hana memberikan senyuman kecil kepada Hanan sebelum berbalik meninggalkan pria itu, yang harus ia lakukan setelah ini adalah berhenti berangan-angan dan mulai berpikir realistis tentang kehidupannya ke depan. Ia tidak ingin terus hidup

bersama harapan-harapan kosong dari pria seperti Hanan, ia harus lebih menjaga hatinya agar berhenti mengartikan sesuatu dengan cepat. Jika Hanan memang mencintainya, mungkin itu sudah takdir dari Allah karena hanya Dia-lah sang pengatur isi hati. la terus melangkahkan kakinya
pelan hingga merasakan telapak
tangannya menghangat. Detik
berikutnya tubuhnya terasa dipaksa untuk berbalik hingga tatapannya kembali bertemu dengan tatapan Hanan yang lembut namun mampu menembus hingga relung hatinya.

“Sekarang kak Hanan, mau apa lagi?" Decak Hana, bingung atas sikap moody dari Hanan.

"Kalau kamu bertanya bagaimana
perasaanku saat ini, jujur aku juga
masih belum tau jawabannya. Aku
tidak tau kenapa aku bisa ingin terus bersikap seperti itu, aku suka setiap melihat kamu salah tingkah, tapi masih belum berani mengartikan semua itu sebagai perasaan apa. Tapi yang pasti untuk saat ini,” 

"Aku tidak mau kehilangan kamu."
Sambung Hanan, dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh, Hana. Hana yang sejak awal sudah berusaha mencerna kata demi kata yang keluar dari bibir Hanan tidak dapat mencegah laju air matanya lagi. la terus menatap kedua netra Hanan dan menemukan ketulusan di dalamnya, meskipun cintanya belum terbalas, ia tetap merasakan kebahagiaan yang teramat besar mengetahui pria di hadapannya berusaha untuk membuka hati untuknya.

"Aku butuh sedikit lagi waktu untuk meyakinkan perasaanku, aku mohon kamu mau memberi aku waktu sedikit saja untuk menjawab pertanyaanmu
tadi?" Pinta Hanan, nampak Hana berpikir sejenak dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya. la kembali menatap Hanan dalam, berusaha untuk menemukan jawaban di sana. Detik selanjutnya ia menganggukkan kepala karena bibirnya masih terasa kelu untuk berbicara. Hingga akhirnya Hanan mengangkat sebelah tangannya terangkat menghapus sisa-sisa air mata Hana.

Hana;N (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang