29. Menjelang Hari Pernikahan

3.6K 245 3
                                    

Selamat datang dan selamat membaca cerita 'Sepenuh Hati'

Sebelum membaca jangan Lupa pencet bintangnya dulu ya, terimakasih

***

Tak terasa waktu cepat berlalu, kini acara pernikahan Salsa dan Rony sudah di depan Mata, Akad nikah akan digelar 2 Hari Lagi di kota kelahiran Salsa yaitu Yogyakarta. Kota dimana Salsa dilahirkan dan juga Salsa dibesarkan, tak hanya itu saja Kota Jogja adalah saksi bahwa anak perempuan ini meraih mimpinya untuk menjadi sebuah penyanyi terkenal Dan sekarang Mimpi itu sudah tercapai akibat perjuangan yang Salsa lakukan selama bertahun-tahun.

Rony dan Keluarga akan tiba di Yogyakarta sekitaran besok pagi, Hari dimana acara Siraman, Pengajian dan juga Permohonan Restu kepada kedua Orang tua masing-masing akan dilangsungkan.

"Oey abangkuh, gimana kau sudah siap belum jadi Suaminya Arana Salsabila?" Tanya Diva, adik Rony yang paling Rony sayangi dan yang paling ia jaga dari Kecil hingga sekarang sudah besar.

Kini Rony berada di Kamar tidak sendiri melainkan bersama Adiknya yang tiba-tiba saja masuk tanpa permisi atau sekedar mengetuk pintu "Yasudahlah, ya walau agak deg-deg an dikit. Tapi okelah" Diva mendudukan dirinya di Sofa kamar milik Rony.

"Yasudahlah ayo, orang-orang juga sudah di Mobil semuanya kenapa kau malah masih asik disini dengan Ponselmu" Rony menatap adiknya tajam yang dibalas tatapan yang tak kalah Tajam dari Diva. Sepertinya akan terjadi peperangan atara kedua adik Kakak ini, oleh karena itu mari kita siapkan diri dan kesabaran setebal kamus bahasa indonesia ketika melihat adik kakak ini bertengkar.

"Heh, kau nggak sadar diri kah Div? Lihat kau saja masih enak-enak duduk di Sofa ku. Berdiri nggak! Tadi kau nyuruh aku keluar kenapa kau sendiri masih disini, malah duduk-duduk? Kek mana sih kau Div, nyuruh orang tapi kaunya kagak sadar"

"Terserahku Lah, kenapa kau atur-atur aku. Emang kau Presiden? Enggak kan, mending kau tuh bang pakek lah Sepatu kau itu. Diva disini tuh mau mantau abang yang kelamaan kayak siput, ternyata bener ya apa kata kak Salsa. Kalau abang itu kayak Sosis, udah Letoy lama lagi. Dasar manusia Sosis" Rony berdiri dari duduknya di Kasur miliknya menuju Sofa yang sedang di duduki adiknya dengan berkacak pinggang.

"Hah!! Apa kau bilang abang manusia Sosis? Bisa nggak usah ikut-ikut nggak, itu cuman Salsa doang yang boleh panggil aku Manusia Sosis. Dan kau" Rony menunjuk Diva dengan telunjuknya.

"Nggak boleh sebut abangmu ini Manusia Sosis, karena kalau kau panggil abang dengan sebutan manusia Sosis. Siap-siap uang jajan kau berkurang" Lanjutnya dengan jari telunjuk yang sudah diturunkan. Diva memelototkan matanya tak percaya.

Rony berlalu ke kasurnya untuk memakai Sepatunya, Diva menyusul keberadaan Rony masih dengan tatapan yang sama, tajam "Kak, jangan dipotong dong uang jajan Diva. Oke, oke Diva nggak bakal nyebut abang Manusia Sosis, tapi plis ya jangan dipotong" Kini tatapan tajam itu menjadi tatapan sendu dengan nada merengeknya.

Rony terkekeh melihat adiknya yang hampir menangis karena ancamannya, sebenarnya ia hanya berbohong untuk memotong uang saku yang ia kasih untuk adiknya. Tidak mungkin ia akan memotong uang jajan itu, karena Divalah yang selalu membantunya mengurus Studio milik keluarganya yang sekarang ia pegang.

"Haha, nggak nggak gua bercanda aja. Udahlah gausah banyak Drama, ayo ke Mobil" Akhirnya Rony dan Diva keluar dari Kamarnya berlalu masuk ke dalam Mobil untuk berangkat ke Bandara dan akan langsung terbang malam ini juga.

Sepenuh Hati [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang