Suara ketukan sepatu pantofel mahal menggema di lorong rumah sakit itu. Pria tampan dengan wajah tegas tersebut berjalan sedikit tergesah untuk sampai pada ruangan salah satu anak buahnya.
Sang bawahan dengan sigap membuka pintu ruangan tersebut, mempersilahkan sang tuan untuk masuk lalu ia menyusul.
"Bagaimana keadaanmu?"
Suara dalam itu terdengar sesaat ia mendudukkan diri di samping ranjang pasien. Orang yang ditanya dengan susah payah sedikit menundukkan kepala, memberi hormat pada sang tuan.
"Saya sudah lumayan membaik, tuan."
Sang tuan mengangguk singkat, ia mengambil ponsel mahalnya, lalu mendial nomor seseorang.
Halo tuan?
"Bagaimana?"
Sudah aman tuan, pria itu sekarang sudah berada di markas.
Senyum miring tersungging apik di bibir tebalnya.
"Kau tahu 'kan apa yang harus kau lakukan?"
Saya tahu tuan, saya akan melaksanakannya sekarang.
Pria itu mengangguk sekali, walau orang di seberang sana tak dapat melihatnya.
"Bagus, ku tunggu laporan selanjutnya darimu."
Siap tuan.
Panggilan terputus, pria tampan itu menatap anak buahnya yang masih terbaring lemah tersebut.
"Kau tak perlu khawatir, bajingan itu akan aku kasih pelajaran." ucapnya dengan suara rendah, sedikit tersirat amarah disana.
"Terima kasih tuan, jika saya sudah sembuh total. B-boleh kah saya ikut memberikan pelajaran pada bajingan itu?" tanyanya takut-takut.
Namun, pria yang dipanggil tuan itu hanya mengangguk sekali.
"Lakukan sesukamu."
***
Kaki jenjang itu melangkah santai namun tegas. Ia memasuki salah satu restoran mewah yang menjadi langganannya sejak dulu. Dua tangannya ia masukkan kedalam saku celana mahalnya. Memberi kesan tampan serta dominan secara bersamaan.
Oh, tak lupa di belakangnya ada dua bodyguard bertubuh besar yang setia mengikuti kemana tuannya melangkah.
Setelah sampai, ia mendudukkan diri disalah satu tempat favoritenya. Tempat khusus untuknya yang tidak pernah di duduki oleh orang lain. Sebab tempat itu memang hanya dikhususkan oleh pemilik restoran hanya untuk si pria tampan yang berkuasa tersebut.
Ia memesan makanan favoritenya, menunggu dengan sabar kala pelayan itu meninggalkan dirinya setelah menulis apa saja yang ia pesan.
Hazel tajamnya mengedar, dan berhenti di satu titik— yaitu pada pemuda cantik yang sedang duduk sendirian disana.
Jika dilihat, pemuda itu sedang melamun dengan muka ditekuk dan bibir yang dimajukan. Menggemaskan.
Entah kerasukan apa, pria tampan itu berdiri dari duduknya. Berjalan mendekati pemuda cantik itu, mengabaikan tatapan bingung dua bodyguardnya.
Ia menarik kursi, hal tersebut menarik atensi si pemuda manis tersebut. Anak itu mendongak dan menatapnya dengan bola mata polos yang menggemaskan.
"Sendirian saja?" tanya si tampan setelah duduk berhadapan dengan si cantik.
Anak itu hanya mengerjab polos, lalu tak lama ia mengangguk singkat.
"Yang seperti anda lihat." jawabnya sedikit ketus, dan itu mengundang senyum kecil dari pria yang duduk di hadapannya.
Pria itu ingin berbicara lagi, namun di urungkan sebab tiba-tiba seorang pelayan datang untuk mengantarkan pesanannya.
"Ah maaf tuan, tadi saya mencari anda disana. Tapi saya tak menemukan anda." ujar pelayan itu sopan.
Pria itu hanya mengangguk singkat dengan wajah datarnya. Tentu membuat pelayan itu takut, ia nampak meletakkan pesanan pria itu dengan pelan. Setelah selesai, pelayan wanita itu pun pamit undur diri.
Tak tahu saja, bahwa tindakannya barusan membuat pria tampan itu marah. Sebab ia tak suka ada orang yang mengganggunya ketika berbicara.
Tapi apa boleh buat, ia tak mau meluapkan emosinya disini, didepan si cantik yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
"Maaf tuan, tapi mau apa anda pindah kesini?" tanya anak cantik itu.
"Memangnya tidak boleh jika saya pindah kesini?" tanyanya balik dengan satu alis terangkat.
"Tentu saja tidak boleh! Disini aku sedang menunggu temanku, tapi anda malah datang dan duduk sembarangan disitu." cercanya terlihat galak, walau sebenarnya menggemaskan.
Pria itu terkekeh, merasa lucu dengan anak cantik di depannya. Ia pun menganggukkan kepalanya pelan.
"Tapi saya tak mau pindah darisini."
Pemuda cantik itu merengut dengan tak suka, ia menghela napas malas sebelum berdiri dari duduknya. Niatnya ingin pergi, namun sebelum ia melangkah pria itu bersuara lagi.
"Mau kemana?"
Pemuda cantik itu menatapnya dengan datar, "Bukan urusanmu, tuan!" setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan pria tampan tersebut.
Tak tahu saja bahwa si tampan itu mengamati pergerakannya dengan senyum miring tercetak jelas.
Kim Taehyung. CEO terkenal tegas dan sedikit kejam yang sialnya tampan dan digilai banyak orang. Tapi yakin ia hanya seorang CEO?
Jeon Jungkook. Pemuda cantik yang masih duduk dibangku SMA, si primadona sekolah yang di sukai oleh banyak orang termasuk tuan Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dápper • taekook [END]
Romance"I will make you mine." Banyak yang menggilainya, banyak yang terang-terangan menggodanya. Tapi, ia sama sekali tak tertarik pun melirik. Sebab, ia lebih tertarik pada pemuda cantik yang dengan terang-terangan menatapnya tak suka.