MENIKAH

334 43 6
                                    

***

Pukul 10:12 siang. Mama prapaya berjalan menuju kamar biu yang berada tepat disebelah kamar bible.

Pintu kamar sedikit terbuka, mama prapaya langsung masuk. biu masih terlelap, selimut tebal menutupi keseluruhan tubuh kecuali wajahnya.

"Anak semanis dan selembut kamu." Ucap prapaya dengan suaranya yang sengaja ia pelankan. Jari-jemarinya hendak menyentuh biu namun seketika itu juga ia urungkan. Kini ia menatap foto yang ada diatas meja tepat di dekat ranjang biu. "Ibu dan ayah kamu meninggal karenaku. Mereka sangat prustasi karena terror yang aku lakukan. Mereka mengakhiri hidup dan meninggalkanmu. Aku benar-benar merusak semuanya padahal ayah kamu adalah sahabat baik suamiku. Bagaimana bisa aku melakukan ini semua tanpa memikirkan apapun. Kenapa dulu aku menjadikan keluargamu target?" Menjeda, prapaya memejamkan matanya beberapa detik lalu membukanya. "karena cotroen terus mendesak sehingga aku menjadi sangat bodoh. Maafkan aku biu." Prapaya bicara pelan sambil menahan tangisannya. Ia juga menatap foto itu tanpa berkedip. Sesekali ia memejamkan mata serta kedua tangannya mengatup kuat.

Biu mendengar semuanya. Ia sedang berpura-pura tidur. Rasanya Ia ingin menangis tapi ia menahannya karena ia tidak ingin menggangu prapaya yang sedang meluapkan emosi. Entah itu sebuah ungkapan emosi atau sebuah ungkapan penyesalan.

"Tolong maafkan aku. Tidak apa-apa jika kalian berdua mengutukku dari sana. Aku ikhlas menjalani hukuman ku." Prapaya bicara sambil menyentuh ayah dan ibu biu yang di foto. "Aku berjanji untuk selalu menjaga biu dan memberikannya kebahagian. Aku akan menebus kesalahan ku. Tapi ada yang ingin aku beritahu kepada kalian." Kini prapaya menoleh ke arah biu yang terlihat masih saja terlelap namun kenyatannya biu sedang berpura-pura.

'𝘔𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢?' Ucap biu didalam hati.

Kini prapaya kembali menatap foto. "Sepertinya bible dan biu saling mencintai."

'𝘔𝘢𝘬-𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥𝘯𝘺𝘢?' Biu merasakan keresahan.

"Apakah kalian menyetujuinya? Kalau aku sangat menyetujuinya tapi tidak tahu dengan suamiku. Apakah dia setuju tentang hubungan ini, tapi bagaimana dengan kalian? apakah kalian menyetujuinya? aku harap kalian menyetujuinya."

'𝘔𝘢𝘮𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘮𝘢𝘮𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘵𝘶𝘫𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯?' Tanpa sadar biu meneteskan air mata dam itu membasahi bantal.

"Aku akan menanyakan ini nanti, jika suamiku setuju itu berarti kalian juga setuju." Ucap prapaya lalu ia menoleh ke biu kemudian ia menatap kembali foto. "Terimakasih karena kalian anak manis ini ada didunia ini. Dia sangat lembut dan juga mempesona." Mama prapaya tersenyum lalu ia berjalan keluar kamar.

Biu membuka mata setelah mendengar suara pintu ditutup. "Terimakasih juga karena sudah mencintai ku ma." Biu menyeka pipinya yang basah. Turun dari ranjang lalu ia menatap foto diatas meja. Foto dirinya, ayah dan ibunya. "Ibu, ayah, sekarang aku sangat bahagia karena mama prapaya sudah mencintaiku secara nyata dan bukan pura-pura lagi. Ayah dan ibu mendengarnya kan? Tapi aku sangat malu karena mama membertitahu sebuah rahasia kepada ayah dan ibu." Wajah dan telinga biu memerah. "Ayah, ibu aku sangat merindukan kalian."

Biu menatap luka di bibirnya didepan kaca serta ia menyentuh keningnya yang luka goresannya masih jelas terlihat. "Lukanya lumayan tapi gak apa-apa." Ucapnya sambil tersenyum. "Tapi aku susah untuk makan karena perihnya sangat mengganggu." Sambungnya.

Brother or Love (𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang