TERLUKA

644 110 13
                                    

WARNING 📍

Ada sebuah kata yang kasar di bagian chapture ini. Jadi saya minta maaf sebelumnya. Jika teman-teman tidak suka maka skip saja bagian chapture ini 🙏

_________________________________________

𝗕𝘂𝗶𝗹𝗱𝗣𝗼𝘃

Sebenarnya aku hancur karena aku merasa apapun yang aku lakukan sepertinya salah. Jika mama prapaya dan ayah mario di rumah ini aku akan bicara dan membujuk mereka untuk menghargai keinginan ku. Ingin bekerja, tidak apa-apa jika hanya cukup untuk diri sendiri.

Setelah hari itu aku kembali lagi ke rumah ini sudah 5 hari lamanya. Ya, selama itu aku dan  Bible seperti orang yang tidak saling kenal. Makan bersama tapi tidak saling bicara, bahkan aku dapat merasakan dingin sifatnya itu hari demi hari semakin menakutkan.

..

Saat aku berusia 7 tahun aku pernah berpikir akan memasuki gedung tinggi, bagus, dan sangat sempurna di segala bentuk.  Menatap layar TV sambil tersenyum dan saat itu tangan dan mulut ku penuh dengan cokelat.

" 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨? "

" 𝘐𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴. " Kata ku seraya tanganku terus menunjuk ke arah TV.

" 𝘐𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳. "

" 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢. "

" 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘶𝘭𝘶. "

" 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳? 𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘪𝘵𝘶𝘯𝘨. "

" 𝘉𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘪𝘵𝘶𝘯𝘨. "

" 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩 "

" 𝘉𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢. "

Ah memori manis itu kembali melintas dalam pikiran ku. Duduk di bawah langit mendung dan di atas rumput hijau dan di sekitar ku penuh bunga indah membuat ku sedikit nyaman.

𝘎UKGUKGUK

Anjing yang berwarna hitam itu melompat ke arah ku dan langsung menggigit kaki ku. Diriku tidak bisa menghindar, dan aku terus saja mencoba mendorong anjing itu menjauh seraya terus berteriak meminta tolong.

" Beng, jangan lakukan itu. Menjauh, pergilah.! " 

Anjing itu langsung pergi berlari menjauh, dan pinping segera menghampiriku. " Aish, berdarah. "   Pinping segera membantu aku berdiri dan memapah aku masuk ke dalam rumah.

" Saya telpon dokter ya. "

" Jangan. " Aku langsung menghentikan langkah pinping setelah mendudukkan ku di sofa.   " Tidak perlu, lukanya tidak terlalu dalam. Di oleskan obat merah sepertinya tidak apa-apa. "

" Lukanya terlihat lumayan dalam, kamu harus di obati dokter. "

" Jangan,  jangan hubungi dokter. "

" Baiklah, kalau begitu saya telfon tuan bible saja. "

Brother or Love (𝗧𝗔𝗠𝗔𝗧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang