Beberapa saat sebelumnya...
Elang hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat punggung Ratna yang semakin masuk ke dalam kerumunan penonton balapan. Sementara itu suara beberapa orang di belakangnya agak mengganggu telinganya. Pria itu menoleh, melihat Joy sedang bicara dengan dua orang pria bertopi hitam, salah satunya bertato di bagian lengan kiri. Elang kenal siapa orang itu. Mau tidak mau, ia mendekat dan langsung menepuk pundak si pria bertato.
"Kehabisan stok?" tanya Elang mengejek.
Pria bertato melirik sambil menampilkan senyum tidak peduli. "Why? Lo siapanya?"
Elang menatap Joy sebentar. Anehnya gadis itu tidak peduli sama sekali dan tidak ada rasa takut tertinggal di matanya.
Hampir saja mereka baku hantam kalau Joy tidak segera melerai. Joy berdiri di antara kedua pria dengan mata berkilat memandang wajah Elang.
"Sandi, temen gue," katanya singkat dan cukup menjelaskan. "Yang kasih tau gue info tempat balapan malam ini, dia. Makanya gue sama Ratna bisa ke sini nyusulin kalian."
"Cowok baru lo, Joy? Gue baru tau temen gue jadian sama musuh bebuyutan geng gue."
Joy setengah memutar badan, menarik napas sejenak sebelum menjawab. Namun, suara teriakan teman-teman Sandi terpaksa menghentikan niatnya untuk mengklarifikasi jawaban yang tepat. Sandi dan satu temannya kembali ke area mereka. Bersamaan dengungan sirine terdengar nyaring memekakkan telinga. Setelah itu alunan musik Bad Romance milik Lady Gaga, mengiringi pertandingan di putaran terakhir mereka.
"Serius? Lo temenan sama si brengsek modelan Sandi? Lo tau hobinya apa?"
"Apa?" Joy pasang tampang tidak acuh.
"Cari mangsa, tiap lihat yang bening dikit langsung ditawarin minum. Terus besoknya, tuh cewek bangun di hotel. Tau kan, maksud gue?"
"Oh..."
"Cuma oh? Lo nggak takut jadi salah satu korbannya? Udah tiga cewek yang hamil tapi nggak dapet pertanggungjawaban. Mending lo jauhin dia deh."
"Gue rasa dia nggak akan berani."
"Maksud lo?"
"Lo nggak tau apa-apa tentang gue, El. Jadi, nggak usah sok peduli."
"Terserah deh. Ribet nasihatin cewek kayak lo."
"Lebih ribet lagi ngadepin cowok possessive kayak lo."
"Gue? Possessive? Sama lo? Ngimpi."
"Terus, barusan apa?"
"Cuma ngingetin."
"Alasannya?"
"Lo temen satu kelompok gue. Satu bermasalah, bisa jadi semua ikut pusing, kan? Kita masih punya beberapa minggu buat kelarin projek di kelas training. Inget itu baek-baek."
"Oh..."
Elang diam sesaat.
"Lo sendiri nggak ngerasa bermasalah gitu?" balas Joy telak. "Besok pagi kita presentasi. Dan kalian masih sempet-sempetnya begadang buat balapan. Menyenangkan banget, ya? Gue sih nggak peduli sebenernya. Cuma kasian aja sama si Ratna."
"Kerjaan dan hobi itu harus seimbang. Biar hidup nggak monoton dan ngebosenin."
"Ehm... klise."
Elang malas melanjutkan perdebatan. Kalau diteruskan, bisa dua hari dua malam mereka begini. Tidak ingin kehilangan momentum mendebarkan, sekaligus meninggalkan Joy sendirian, akhirnya Elang meraih pergelangan tangan Joy dan mengajaknya menonton putaran final.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
General Fiction"Cowok prik!" ini yang dikatakan Joy saat pertama kali bertemu Elang. Siapa sangka akhirnya mereka malah terlibat asmara yang membingungkan. Di satu sisi, Joy belum ingin punya pacar lagi. Di sisi lain, Elang mengharap gadis itu memberikan status je...