Hari libur terasa membosankan, tak seperti biasanya. Joy harus mulai berbenah kamar baru di asrama. Sejak semalam pindahan, sebenarnya ia masih merindukan kasur empuk nan besarnya di rumah. Tapi, mau bagaimana lagi? Sudah peraturan mutlak semua calon karyawan harus menjalani masa training beberapa waktu. Juga diwajibkan tinggal di asrama sampai training selesai. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa sebab. Alasannya, supaya semua calon karyawan bisa lebih saling mengenal satu sama lain. Selain itu, bagi yang rumahnya jauh, tidak ada alasan datang terlambat karena macet atau sejenisnya.
Walaupun kamarnya tidak terlalu luas. Setidaknya bersih. Sebelumnya Ratna yang membersihkan kamar ini sampai debu-debu tidak lagi tampak. Ada dua ranjang tingkat ukuran standar. Di bagian tengah terdapat meja kursi. Di sudut lain tersedia lemari kayu berwarna putih. Ada fasilitas pendingin ruangan di tiap kamar. Sedangkan di luar, ada dua dua dispenser air panas dingin untuk seluruh calon karyawan.
Pagi ini Joy harus mulai merapikan dua koper besar pakaiannya, dan satu koper lagi berisi sepatu sandal. Belum lagi peralatan skin care, make up, aksesoris beserta kawan-kawannya yang terpisah dari koper-koper tersebut. Ratna sampai terbengong waktu melihat kedatangan Joy semalam. Malah lebih cocok disebut pindahan rumah, bukan ke asrama.
Rasa malas cukup menggelayuti pikiran Joy. Namun, ia tak punya pilihan lain sekarang. Padahal, seharusnya Joy bisa main bulu tangkis bersama teman-temannya di akhir pekan begini.
"Butuh bantuan, Joy?" tawar Ratna. Ia tampak sibuk mengusap-usap rambut basahnya. Ratna senang mandi pagi. Katanya, untuk mencegah penyakit vertigo yang bisa menyerang siapa saja.
"Nggak," balas Joy singkat.
"Aku lapar. Mau beli sarapan dulu di depan. Kamu nitip apa?"
"Apa aja, asal bukan ikan."
"Oke."
Gadis itu menyisir rambut sebentar. Lalu beranjak pergi begitu saja. Pintu sengaja dibiarkan terbuka supaya tidak terlalu pengap, karena Joy masih beberes.
"Sepi banget sih," gadis itu merutuk hampa.
Untung ia bawa speaker bluetooth berukuran agak kecil. Disambungkan ke ponsel sudah bisa menikmati lagu dengan suara lumayan kencang. Sambil mendengarkan suara seksi Daddy Yankee, semangat Joy mulai naik perlahan. Ia merapikan baju dan memindahkannya ke lemari bagian kanan. Lemari bagian kiri sudah diisi pakaian milik Ratna.
"Kayaknya lemarinya kekecilan dah," gumamnya menyalahkan lemari.
"Bukan lemarinya yang kekecilan. Baju lo yang kebanyakan." Suara seseorang terdengar nyaring dari ambang pintu. Memaksa Joy menoleh kilat.
"Dilarang ngintipin kamar cewek, El."
"Gue nggak ngintip tuh. Pintunya kebuka lebar."
"Mau ngapain lo pagi-pagi ke kamar gue? Kangen?"
Elang tersenyum mencibir. "Belom apa-apa udah bahas kangen-kangenan. Sabar dong, perjalanan masih panjang," godanya.
"Nggak lucu."
"Ratna ke mana?"
"Ke luar beli makanan."
"Oh..."
Pria itu masuk, kemudian langsung menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Joy memicing curiga.
"Tenang, gue ada perlu something sama elo."
"Perlu apa? Harus banget tuh pintu ditutup dan dikunci?"
"Biar nggak ada yang ganggu."
"Mesum lo."
"Pikiran lo yang kotor tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
Narrativa generale"Cowok prik!" ini yang dikatakan Joy saat pertama kali bertemu Elang. Siapa sangka akhirnya mereka malah terlibat asmara yang membingungkan. Di satu sisi, Joy belum ingin punya pacar lagi. Di sisi lain, Elang mengharap gadis itu memberikan status je...