[24] PEDEKATE ALA ELANG

0 0 0
                                    




Tengah malam, Joy terbangun. Merasa tidak nyaman karena belum melepas bra seperti rutinitas wajib yang dilakukannya menjelang mimpi indah. Ia menggeliat pelan, melepas pengait beserta pakaian dalam yang lumayan mengganggu kenyamanan tidurnya.

Gadis itu mengerjapkan kelopak mata saat mendengar suara getar ponsel di meja. Joy mengabaikan, ia terlalu malas dan sangat mengantuk. Akan tetapi, ponselnya tetap tidak mau diam. Memaksanya bangun merogoh meja dekat peraduan. Ada panggilan masuk dari Elang. Beberapa panggilan sempat tidak terjawab. Mau bagaimana lagi, Joy telanjur kecapekan. Selesai mandi dan ganti baju, ia bahkan belum sempat makan malam dan langsung rebah di atas kasur tadi.

"Hmm..." jawabnya masih setengah menahan kantuk. Suara paraunya malah mirip desahan yang menggetarkan jiwa.

"Keluar sekarang, atau gue yang nerobos masuk ke kamar lo."

"Hah?" Joy bingung, belum paham maksud perkataan Elang. Ia menatap jam di bagian layar atas ponsel. Sudah hampir jam satu malam. Dan pria ini masih sempat-sempatnya mengganggu waktu rehat Joy.

Akhirnya ia bangkit. Joy meneguk air minum di gelas sebentar untuk meredakan dahaga dalam kerongkongannya. Gadis itu melihat kasur Ratna, kosong melompong. Namun, Joy tidak ambil pusing. Mungkin Ratna sedang ke kamar kecil.

Di luar, Elang sudah menunggu. Punggungnya ia sandarkan pada sisi tembok. Joy menguap berusaha menghalau sisa-sisa rasa kantuk.

"Kenapa?"

"Ikut gue yok," ajak Elang tiba-tiba.

"Mau ke mana? Ini udah jam berapa, El?! Badan gue juga remuk redam rasanya. Butuh pijatan kayaknya," keluh Joy.

"Yaudah ntar gue pijitin. Gue bosen dan nggak bisa tidur. Cari angin bentar ke luar."

Joy hanya menghela napas pendek. Ujungnya, tetap menuruti ajakan Elang. Ia masuk ke dalam sebentar untuk ambil jaket. Lagipula, sudah telanjur terbangun di jam segini, Joy pasti kesulitan memejamkan mata lagi.

"Kita mau ke mana sih?" tanya Joy kembali memastikan. "Yang jelas napa."

"Jalan-jalan aja. Keliling tanpa tujuan."

"Ckck. Kenapa gue harus ikut?"

"Sepi kalo nggak ada temen ngobrol."

"Ravi?"

"Tuh anak gak ada di kamar. Nggak tau ngilang ke mana. Gue juga baru balik dari nongkrong, tapi masih jenuh.

Tatapan Elang jatuh persis di kancing piyama Joy dengan model kerah V. Gadis itu lupa memakai kembali dalaman yang sempat ia lepas tadi.

"Lepas jaket lo."

"Dingin, El."

Pria itu mengambil sesuatu di jok belakang. "Pake punya gue aja!" katanya, kemudian menyodorkan sweater tebal bertudung warna hitam. "Gue nggak mau orang lain melototin lo pake nafsu."

Joy melirik sinis. Apa maksudnya? Sampai ia sadar akan kekhilafannya. Batinnya merutuk akibat ulahnya sendiri. Mau tidak mau, ia melepas jaket biru muda miliknya dan mngganti dengan sweater tebal hitam kepunyaan Elang.

"Gue lupa..." lirih Joy menanggung malu. Bukan sengaja ingin mengekspos atau bahkan menggoda, memang dasarnya ia kadang tak ingat memakai kembali bra yang baru ditanggalkan.

"Beruntung lo jalan sama gue. Kalo cowok laen, bisa-bisa diterkam duluan lo!"

"Ya namanya juga lupa!" Joy mengomel menyalahkan diri sendiri. "Thanks udah diingetin." Ia tetap berterima kasih atas perhatian Elang.

Suasana malam seperti ini memang paling menenangkan. Dibandingkan siang atau sore hari yang selalu hiruk pikuk. Elang mengemudikan mobil dengan santai. Sementara Joy menikmati pemandangan jalanan di sekitar. Sebuah lagu berjudul Better On My Own milik Keisya mengalun merdu dari head unit di bagian tengah mobil.

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang