Ratna menyandarkan punggungnya ke pintu. Dia bergetar hebat atas drama yang melintas barusan. Siapa sangka di antara sekian persen peluang tidak bertatap muka dengan Erika, harus terjadi.
Erika memang sempat menghilang semenjak kasus ayahnya. Pindah di tempat lain. Kendati Erika tidak tampak lagi, hidup Ratna tidak tenang. Dia kerap dibayangi mimpi buruk sepanjang waktu.
Apa yang akan Ratna lakukan, katakan dan hadapi bila Erika muncul di depannya. Ratna selalu berlatih untuk menghindar. Luka fisik masih membekas di punggungnya saat didorong Erika. Akibatnya pinggang Ratna tertusuk ujung meja yang berlapis besi pecah dan berkarat. Kini, setiap cuaca menjadi dingin, pinggangnya terasa sakit.
Ratna mengerjapkan mata. Mencerna reka adegan yang barusan dia lakukan.
"Wow, aku keren juga," ucapnya seraya mengangkat lontong sayur yang sisa satu bungkus. "Seharusnya aku bisa membalas Erika sejak dulu. Bukan lari pengecut gini."
Kemudian keberaniannya semakin menyusut.
Bagaimana kalau Erika tidak tinggal diam? Wanita galak itu akan terus mengusiknya selama mereka masih satu asrama dan satu kantor.
Ratna mulai tidak betah. Menyingkir atau disingkir. Itu pilihannya.
"Nggak. Aku nggak boleh kalah. Masa lalu ya masa lalu. Ratna yang sekarang adalah Ratna yang baru. Ratna yang mengejar masa depan. Erika cuma batu loncatan, sehingga aku bertekad jadi editor hebat di BR. Kalau nggak karena dia juga, aku nggak akan menemukan cita-cita aku!"
Ratna mengepalkan tinju. Tidak mau kalah dengan masa lalu yang menyeramkan. Dia menyentuh bibirnya yang berdenyut kena tonjok Erika tadi.
Cewek sinting itu langsung mengenali Ratna dan tanpa ancang-ancang malah merendahkan Ratna tidak layak hidup. Merasa kesal, Ratna berniat pergi. Kenyataannya kesabaran Erika terlalu tipis ketimbang tisu. Lalu, terjadilah keributan itu.
"Tapi.... Semoga aku nggak kena hukuman penjaga asrama. Mampuslah kena sanksi!"
Ratna lupa akan aturan-aturan asrama. Dia telah mengizinkan laki-laki masuk kamar perempuan.
Kini bertengkar sampai menumpahkan makanan ke tubuh Erika.
Sikapnya memang tidak dibenarkan, khususnya pada kesalahan pertama. Bagaimana dia tidak membawa laki-laki yang notabene adalah sesama penghuni kamar dan kamar kedua cowok itu persis di depan pintu kamarnya sendiri.
"Ratna! Bukain pintu." Pintu digedor dari luar. Ratna segera membuka kunci dan membiarkan Joy masuk.
"Nggak bawa kunci?" tembak Ratna akhirnya meletakkan kuah lontong sayur ke mangkuk bersih.
"Males bawa-bawa. Tadi kenapa nih?" Joy benar-benar penasaran. Dia ingin tahu apa yang terjadi.
Ratna memang kotak Pandora, sehingga kerap mengejutkan siapapun.
"Cuma orang gila aja. Kamu makan aja, Joy. Aku nggak laper." Ratna menyerahkan semangkuk lontong sayur yang aromanya sangat lezat.
Padahal tadi perutnya keroncongan hebat. Gara-gara Erika, Ratna kehilangan selera makan dan kini sisa satu bungkus. Mana cukup dibagi dua.
"Oh." Joy bergumam pelan. "Nggak mau makan bareng aja?" usul Joy mengarahkan mangkuknya ke Ratna.
Bagi Joy, lebih baik semangkuk berdua daripada salah satunya tidak makan sama sekali. Apalagi Ratna yang keluar membeli makanan.
"Nggak usah. Aku nggak mood makan."
"Yakin?"
Ratna mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
Genel Kurgu"Cowok prik!" ini yang dikatakan Joy saat pertama kali bertemu Elang. Siapa sangka akhirnya mereka malah terlibat asmara yang membingungkan. Di satu sisi, Joy belum ingin punya pacar lagi. Di sisi lain, Elang mengharap gadis itu memberikan status je...