[30] PANIK BUKAN MAIN!

2 0 0
                                    




Joy terbangun saat mendengar suara ketukan pintu. Mengecek ponsel untuk melihat jam berapa sekarang. Dengan langkah berat ia mencoba mengumpulkan seluruh nyawa yang masih awang-awangan akibat rasa kantuk. Begitu pintu dibuka, Ratna menerobos masuk sembari mengomel betapa lamanya Joy membukakan pintu. Seharusnya ia bawa kunci cadangan, tapi lupa menyimpan ke dalam tas, karena harus buru-buru pagi tadi.

"Dari mana?" Joy mencari tahu. Ia mengucek mata sebentar, untuk memastikan dirinya benar-benar sudah bangun. Anehnya, ada bau tak asing menelisik indra penciuman Joy. Hidungnya mengendus mencari tahu aroma khas tersebut secara mendetail. "Gila! Lo minum?! Mabuk?!" pekiknya spontan. Kelopak mata Joy semakin melek saking terkejutnya.

Tubuh Ratna kepanasan. Ia membuka pakaian satu persatu dan melempar sembarangan. Bibirnya meracau tak karuan. Joy mengurut kening. Tidak diragukan lagi, teman sekamarnya sedang setengah mabuk.

"Bener-bener dah nih anak!" Joy bicara sendiri. Ia duduk di tepi ranjang kawannya. Membuka kaitan belakang sandal yang dipakai Ratna. Melepas dan meletakkannya di bawah peraduan. Ratna langsung memeluk guling dan menjelajah alam mimpi. Beberapa kali ia mengigau tak jelas, sambil mengusap-usap bibir dan menyebutkan nama Ravi. Joy menebak-nebak kemungkinan terbesar. Pasti tidak jauh-jauh dari pria itu. Ia menyelimuti Ratna dan membiarkan temannya terlelap. Besok pagi Joy akan menginterogasi Ratna.

***

Keesokan pagi, Ratna bangun kesiangan. Joy bahkan baru ganti baju dan bersiap memoles wajahnya dengan sedikit sentuhan make up. Wangi parfum memenuhi ruangan.

"Aduh! Jam berapa ini?!" Ratna terlonjak histeris. Sadar kalau cahaya matahari di balik jendela semakin menampakkan diri. "Loh, kok aku cuma pake daleman doang?! Bajuku, celanaku, ke mana semuaaaaaaa?!"

"Udah gue simpen di keranjang kotor. Semalem lo buang sembarangan ke lantai."

"Apa iya?" Ratna tak begitu ingat. Kepalanya masih terasa pening. Ingin sekali ia menjambak dan menyalahkan Ravi karena sudah membangkitkan sisi penasaran Ratna. Namanya juga baru pertama ke klub.

Joy menunjuk segelas air bercampur madu di atas meja. Menyuruh Ratna meminumnya sampai habis. Ratna menurut setelah diberitahu kalau minuman ini bisa meredakan mabuk.

"Kalau masih pusing, minum ibuprofen." Joy mengingatkan.

Buru-buru Ratna memakai sembarangan baju dan bawahan. Lalu, meraih handuk serta peralatan mandinya. Melesat kilat menuju kamar mandi dan terpaksa harus menunggu antrian. Untung sisa satu orang di dalam sana. Berharap orang tersebut lekas keluar, agar Ratna tidak terlambat masuk kelas.

Beberapa saat berlalu. Joy duduk bersilang kaki, meletakkan betis di atas paha yang sebelah. Dua tangan terlipat di dada. Ratna masuk, cepat-cepat memilah pakaian di lemari. Memakainya asal, yang penting rapi dan cocok. Ia baru sadar ada yang berbeda dengan tatapan mata Joy. Teman sekamarnya terlihat agak menakutkan.

"Kok kamu belum berangkat?" tanya Ratna hati-hati.

"Duduk lo. Gue mau ngomong."

"Ngomong apaan? Nanti kita telat loh."

"Telat ke mana?"

"Ke kelas. Gimana sih?"

"Lo lupa kalau hari ini kita nggak diwajibkan masuk kelas, karena proses tugas lapangan? Dan kita udah selesai syuting kemaren. Tinggal cek ulang dan editing hasil gambar." Terpaksa Joy menjelaskan secara rinci.

Barulah Ratna sadar jadwal mereka. Rambut basahnya juga menimbulkan kecurigaan Joy. Pandangan mata gadis itu menghunus tajam. Seakan ingin mengekspos sesuatu yang sulit dijelaskan oleh Ratna. Ratna menggigit bibir. Dua tangannya sibuk meremas bagian ujung cardigan. Tidak biasanya Joy bersikap begini, serasa sedang menghadap guru BP.

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang