[29] CUMA PENGEN DISAYANG

5 1 0
                                    

"Lo ngobrol apa aja sama Luna?" Elang berusaha membuka topik. Sejak masuk ke dalam mobil sampai sekitar lima belas menit lebih, keduanya hanya saling diam membisu. Walau banyak hal ingin diungkapkan, bibir keduanya terasa kelu.

"Nothing."

"Salah paham sama gue nggak?"

"Siapa?"

"Elo, Joy."

"Kenapa gue harus salah paham sama elo, El?"

Pria kharismatik itu memijat tengkuk. Tersenyum kecewa atas jawaban Joy. "Padahal gue berharap lo salah paham, cemburu, terus marah-marah ke gue. Kan, jadi lebih seru."

"Nggak salah denger nih gue? Bukannya cowok nggak suka diributin hal-hal sepele macam itu?"

"Cowok lain mungkin kebanyakan gitu. Tapi, gue malah seneng kalo lo yang over. Berasa disayang..."

Joy menahan senyum geli. "Cuma pengen disayang?"

Elang mengangguk layaknya bocah, yang lama sendirian menunggu diberi hadiah. Joy mendekatkan diri, kemudian mengecup sekilas pipi Elang. Sikap mendadak gadis ini berhasil membuat Elang kelabakan. Hampir saja mobil menyerempet kendaraan lain, akibat ia kurang fokus pada kemudi dan jalanan di depan sana. Untung masih aman.

"Gue lebih suka kayak gini, ketimbang harus buang energi buat berdebat atau berantemin sesuatu."

Mobil berhenti di pinggir jalan yang mulai agak sepi. Lampu di sekitaran juga temaram. Suasananya benar-benar sangat mendukung untuk meluapkan gejolak kelelakian Elang yang memberontak minta lebih. Pria itu melepas sabuk pengaman miliknya dan juga Joy. Gadis di sampingnya tersentak sesaat. Dua tangan Elang menarik pinggang Joy agar lebih dekat, meski terhalau bagian tengah mobil. Namun, tidak ada lagi jarak antara kedua wajah mereka.

Pelan tapi pasti, Elang memagut bibir Joy yang begitu kenyal dan menggoda. Wangi lipgloss beraroma manis menyeruak seketika. Menambah hasrat Elang kian melambung tinggi. Rangkulan tangan Elang makin mencengkram kuat. Ciuman itu semakin terasa menggairahkan nalurinya. Terlebih, bibir Joy terasa begitu manis dan basah. Batin Elang seolah meraung menuntut kenikmatan lebih. Dan lagi-lagi Joy dibuat takluk, terlena, tanpa mampu menolak. Tubuhnya yang terasa dingin akibat AC mobil, sekarang menghangat perlahan. Napas keduanya terengah usai melepas ciuman mereka. Belum cukup rasanya jika harus berhenti sampai di sini. Elang tidak sanggup menahan diri. Begitu pula Joy. Bibir mereka kembali bersentuhan, kali ini semakin brutal dan panas. Tak sampai di situ, ciuman Elang turun menjamah leher jenjang Joy. Satu tangannya berusaha melepas kancing bagian atas kemeja gadis itu. Aroma Black Amber, parfum khas dari tubuh Joy menggelitik indra penciuman Elang. Membuat kecupan demi kecupan makin dalam.

Suara decitan ban mobil terdengar cukup nyaring. Terpaksa menghentikan segalanya. Elang mengangkat muka, menatap ke depan sana. Ia mengumpat, sadar ada yang tidak beres. Pria ini mengenali mobil berwarna biru metalik dengan lambang ikan besar di bagian bemper belakang.

"Tunggu di sini. Jangan turun!" ujarnya pada Joy.

Joy membenarkan kancing baju sambil terus mengamati langkah Elang, yang baru saja keluar dari mobil. Beberapa orang turun dari mobil biru di depan. Elang tampak terlibat percekcokan sengit dengan empat orang tersebut. Joy tidak tahu pasti apa yang mereka bicarakan. Seharusnya ia menuruti perintah Elang agar tetap di dalam mobil, kalau saja dua matanya tidak melihat salah seorang dari mereka meninju rahang dan pipi Elang secara bertubi, sampai nyaris tersungkur jatuh.

Badan Elang limbung. Satu orang lainnya melakukan hal sama, tapi berhasil dihalau. Joy turun begitu sadar apa niat mereka sebenarnya. Ia tidak bisa tinggal diam melihat Elang dihajar dan dikeroyok.

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang