OH, TIDAK!Ratna menekap mulutnya. Sangat benci situasi di luar kendali. Ratna mendekatkan wajah ke layar ponsel, memastikan bahwa nama yang tertera jelas. Ratna menepuk dadanya, berharap tekanan di dada mereda. Dia menerima panggilan itu dengan kondisi panik.
"Ya, Bu?" Ratna mencicit.
"Untuk kelompok Bu Ratna besok presentasi pukul 07.30. Di ruang auditorium lantai 5. Harap tepat waktu karena dihadiri seluruh staf dan pimpinan BR untuk evaluasi kinerja."
Mateng, kon. Mateng, kon!
Ratna mengatupkan kedua bibirnya. Bagaimana dia mengumpulkan Ravi dan Elang kalau nomor ponselnya saja tidak punya. Bedah naskahnya pun belum jadi kalau ditelusuri sifat Elang. Begitu kelas training dibubarkan tadi, Elang langsung menghilang begitu saja. Persis hantu. Sudah datang paling telat, pulangnya paling kilat.
"Ya, Bu." Ratna menjawab. Suara bib menandakan panggilan telah berakhir. Namun, Ratna tetap diam seraya kakinya bergerak mengikuti laju Joy.
Dengan nanar, Ratna mencengkeram erat lengan Joy. Dia ingin perjalanan mereka menuju salah satu outlet baju diurungkan. Masalah penting dari pesan barusan adalah dia tidak punya nomor Ravi dan Elang untuk mengkoordinasikan keadaan.
"Joy, pilih baju-bajunya paling murah aja, ya. Asal warnanya oke. Kita enggak punya waktu karena besok pagi harus presentasi pagi."
"Oh, ya?" Joy masa bodoh. Matanya panas sekali memindai seluruh display rak baju-baju di depan mata.
"Punya nomor Elang atau Ravi, nggak?" tanya Ratna semakin pucat pasi.
"Enggak. Kenapa?"
"Aku butuh file buat presentasi. Alamak deh kalo sinopsisnya nggak siap. Kita butuh fondasi cerita kuat agar presentasinya menjual."
"Oh, ya?" ulang Joy dan memilih beberapa baju. Belum menemukan yang pas.
"Hubungi aja mereka."
"Aku nanya barusan ke kamu kukira kamu punya nomor Elang sama Ravi. Denger enggak sih apa yang aku bilang?" Ratna semakin cemberut.
"Tinggal presentasi aja. Kan itu, tugasnya Elang. Dia bilang sendiri tadi."
"Ya, masa ppt nggak punya?"
"Aduh, Ratna." Joy memutar kedua bola matanya. Hidup mereka tidak seribet apa yang ada di kepalanya. Joy lebih suka mereka santai saja menghadapi setiap misi, termasuk untuk besok.
"Kamu jadi cari baju enggak? Sekarang fokus cari baju biar besok nggak panik. Kelas training besok kabarnya lebih intens. Kita nggak bakalan punya waktu buat keliling kayak gini. Mumpung di luar, mending beli-beli apa yang dibutuhkan." Joy menarik salah satu gantungan baju. Dia mengepaskan pakaian itu ke tubuh Ratna.
Gaun terusan dengan bahu terbuka warna hijau neon memang menarik dipakai untuk tipikal Ratna. Dia gemar dengan warna-warna berani. Namun, Joy bersenang hati membantu kalau Ratna mode kalem soal pakaian. Lebih baik memadupadankan satu dua warna sesuai tema acara.
Namun, Joy beralih ke pakaian lainnya. Menelusuri display demi display dan berakhir membawa dua lusin pakaian. Dua di antaranya adalah milik Ratna karena tidak ada yang cocok dengan pendapatnya sendiri. Sisanya adalah milik Joy.
"Kamu bisa pakai kartu kredit aku dulu. Aku butuh poin, jadi kamu bisa ganti nanti," ujar Joy melirik sekilas ke sampingnya. Ratna hanya mengiyakan karena fokusnya teralihkan oleh pesan yang mendadak tadi.
"Iya deh," balas Ratna. Otaknya bekerja dengan cepat. Tidak punya nomor kedua anggota timnya Ratna tidak hilang akal. Dia nekat menelusuri laman sosial media milik Elang dan Ravi. Usaha yang bukan mudah karena Ratna tidak tahu nama lengkap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
Ficción General"Cowok prik!" ini yang dikatakan Joy saat pertama kali bertemu Elang. Siapa sangka akhirnya mereka malah terlibat asmara yang membingungkan. Di satu sisi, Joy belum ingin punya pacar lagi. Di sisi lain, Elang mengharap gadis itu memberikan status je...