[15] DIA KUDU TANGGUNG JAWAB

2 0 0
                                    


Joy tidak bisa mendesak Ratna dengan gedoran pintu dramatis. Ini salah keduanya yang belum juga memberi alasan kenapa bertindak sejauh ini. Dengan segera, Joy memutuskan duduk di aula tengah sambil menikmati tontonan TV. Untunglah di saku celananya tersimpan selembar uang. Joy bisa membeli camilan dan minuman sebagai kawan ngemil.

Tidak ada tontonan yang menarik. Namun, Joy bertahan sambil memaksakan diri tetap sibuk. Beberapa jam lagi, dia akan coba lagi mengetuk pintu kamar.

"Bagi dong!" Elang tanpa permisi menjejalkan tangannya ke kantong keripik kentang. Dia mengambil tanpa dikira-kira. Lumayan banyak untuk makhluk yang minta-minta.

Apalagi keduanya terlalu dekat untuk duduk berdampingan. Ada banyak kursi lain yang bisa menampung bokongnya yang penuh otot itu, tetapi dengan sengaja memilih di sebelah Joy. Maklum, AC di asrama terlalu dingin. Dia cuma mengenakan kaos singlet hitam saja.

"Lo ngerampok gue?" tanya Joy semakin keberatan.

"Enggak."

Suara renyah bersumber dari mulut Elang yang asik memamah biak camilan.

Joy sengaja menjauhkan kantong keripiknya dari jangkauan Elang. Sama sekali tidak ingin membagi makanan. Sebab, dia juga lapar.

"Pedes amat keripiknya, Joy." Elang tersedak bubuk bumbunya. Tanpa sungkan maupun izin pada empunya, Elang menyambar sebotol minuman yang tersaji di meja.

"Woi, punya gue!"

Elang mengabaikan. Dia menelan air itu banyak-banyak dan akhirnya tenggorokannya lega.

"Lo tega ngebiarin temen lo mati keselek?" tanya Elang.

"Lo sengaja ngebiarin gue mati dengan perut keroncongan gara-gara makanannya diambil paksa?" Joy tidak mau kalah.

"Kalori keripik sama dengan semangkok nasi, Joy. Nggak akan bikin mati malnutrisi." Elang membantah.

"Oke, minuman gue kalo gitu. Gue dehidrasi gara-gara pasokan minumannya kurang."

"Lo nggak akan mati," ulang Elang seraya menyengir.

"Lo punya virus menular kagak? Gue ga mau minum bekas punya lo."

"Lha emang lo pikir lo sehat sampe gue numpang nempelin mulut botol bekasnya lo?"

"Gue sehat."

"Sama. Gue juga sehat walafiat, Joy. Kita berbagi liur pun, lo bakalan aman dari segala penyakit." Cengiran Elang semakin lebar.

"Apanya bagi-bagi liur? Jangan ngaco!"

"HM.... Pikiran lo kotor banget. Pikir lo, kita berbagi liur karena ciuman? Ini yaaaa... Botol yaaaa. Bukan bibir!" Elang monyong-monyong memamerkan bibirnya yang penuh, berisi dan menawan di depan Joy.

Joy mengerang semakin risih.

Menggoda Joy memberikan getaran yang menyenangkan. Elang kembali menatap layar 45 inchi.

"Lo nonton apa sih, Joy? Dari tadi ganti-ganti channel terus," protes Elang semakin pusing.

"Gue nggak tahu apa yang harus ditonton. Nggak ada yang asik."

"Ya udah gue aja yang nonton." Elang merebut pengendali jarak jauh. Dia menyembunyikan benda persegi itu di belakang punggungnya, antisipasi Joy mengganti channel seenaknya saat sudah seru untuk dilihat.

"Serah lo." Joy sibuk memakan sisa keripiknya. Dia memang kepedasan, tetapi menahan api di mulutnya agar padam dengan sendirinya. Erangan cewek itu terus bergema.

Lantas matanya terpaku pada adegan luar biasa spektakuler.

Dua tokoh itu berenang di sebuah danau dalam kondisi minim benang. Matanya yang saling mengunci dan salah satunya mencumbu pasangannya. Adegan itu diiringi musik romantis dari film, serta erangan kencang Joy yang pas dengan klimaksnya si tokoh cewek saat orgasme di tengah air.

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang