Tubuh Joy semakin remuk redam. Dia berjingkat-jingkat menuju ranjangnya saat bayangan gelap di ranjang lain bergerak. Erangan Ratna bak kuli habis memikul satu ton batako.Dengan segera, Joy menarik selimutnya sendiri. Kehangatan di atas kasur itu membuat tubuhnya semakin rileks. Joy meringkuk seraya memikirkan pertanyaan Elang tadi.
Kenapa dia membiarkan Elang menciumnya? Bukannya menolak atau menyuruh Elang berhenti, Joy membuka mulut dan balas memagut bibir Elang. Ciuman yang sangat menyenangkan itu menjadi sumber kebahagiaan kecil Joy. Dia tidak perlu memikirkan mantan-mantannya. Bahkan pria yang membuang Joy kemarin terlupakan begitu saja.
Elang hadir dengan pesona lain. Kasih sayang dan kehangatan itu seperti selimut yang menyelubungi Joy. Bahkan sweater beraroma pria itu masih dipakai Joy.
Joy takut kehilangan. Lebih baik Elang menjadi teman saja. Tidak perlu ikatan apapun untuk memperkuat bahwa mereka bisa menjadi pacar. Tidak akan ada kata putus bahkan andaikata kelak mereka terpisah. Jalani saja, sebagai teman yang saling menyemangati.
Joy belum siap menjalin komitmen apapun dalam waktu dekat. Hatinya belum pulih, kendati Elang memang sosok yang baik.
"Pagi, Joy," seru Ratna akhirnya bisa mengumpulkan seluruh kekuatan untuk duduk.
"Hai, pa-gi," jawab Joy kikuk.
"Dingin, kerja." Ratna bicara tidak jelas. Lalu tubuhnya kembali ambruk ke posisi sebelumnya. Sayangnya semesta enggan bekerja sama. Alarm ponsel memekik. Ratna segera mematikan dan terjaga penuh seraya mengomel.
"Alarm sialan!"
"Ya besok matiin aja alarm-nya."
"Kalo nggak pasang alarm, bisa nggak bangun, Joy."
"Barusan lo bangun sebelum alarm bunyi." Joy merapatkan selimutnya serta menyembunyikan sweater Elang agar tidak ketahuan Ratna.
"Iya. Kebiasaan aja. Kalo alarm mati, aku cenderung kesiangan." Ratna akhirnya melipat selimut. Dia merapikan tempat tidur dan mengambil pakaian ganti, handuk, peralatan mandi. Meski masih pukul enam pagi, Ratna lebih suka bersiap-siap sejak awal. Dia tidak mau ada kata terlambat masuk kantor.
"Mandi, Joy. Keburu antri sama yang lain," ajak Ratna.
Pintu berdebam pelan, menyisakan sosok yang mencoba menebus jam tidurnya kurang.
*****
Ratna datang paling pagi di kantor. Di ruang rapat yang disediakan khusus untuk kelas training itu, Ratna berjibaku dengan laptop bututnya. Mau dibuang sayang, mau dibanting kasihan, dan mau beli yang baru, dana Ratna tidak mencukupi.
Meski Joy memberi cuma-cuma untuk semua pakaian dan kosmetik demi glow up, Ratna tidak bisa melupakannya. Dia tidak mengatakannya, tetapi dengan sukarela menjadikan dirinya budak Joy. Apa yang dibutuhkan cewek tajir yang misterius itu, Ratna bakalan menyanggupi. Dia menutup mata dan telinga tentang siapa Joy. Mengapa urusan finansialnya patut dirahasiakan. Ada banyak rahasia dari Joy yang tidak ingin terkelupas. Karenanya, demi balas budi pada kebaikan Joy, Ratna tutup mulut dan berlagak punya uang dan mengarang harga baju barunya di depan yang lain.
"Wiiii.... Siapa cewek cakep ini pagi-pagi?" seru Fadil sengaja bersiul. Mata gatalnya itu perlu dicolok dengan colokan charger laptop lama Ratna.
"Hai, Fadil." Ratna menyapa. teringat bahwa Fadil adalah cowok yang tawanya paling menggelegar sewaktu Ratna jatuh di asrama.
Cewek itu enggan bertengkar. Dia mengulum senyum sekilas dan kembali mencatat skenario film di papan komik. Rencana gambaran yang disusun bersama Ravi sejak beberapa hari lalu harus direalisasikan sesegera mungkin. Syutingnya tidak butuh lama, tetapi proses editing yang bakalan memakan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance
General Fiction"Cowok prik!" ini yang dikatakan Joy saat pertama kali bertemu Elang. Siapa sangka akhirnya mereka malah terlibat asmara yang membingungkan. Di satu sisi, Joy belum ingin punya pacar lagi. Di sisi lain, Elang mengharap gadis itu memberikan status je...