Chapter 3 : Sang Penguasa Musuh

365 34 2
                                    

India? Apa yang sebenarnya Freya Cari di sana. Dia bukan orang yang akan pergi ke suatu tempat hanya dengan alasan liburan. Aku tau ada Sesuatu yang ingin dia lakukan di sana.

Shani mencuci wajahnya pada pagi hari yang dingin. Gadis Ayu tersebut menatap pantulan wajahnya pada Sebuah Cermin. Wajahnya masih terlihat sembap, Akibat terlalu banyak menangis semalam. Sakit memang, Tapi Tidak ada yang perlu di sesali. Setidaknya, Shani tau mereka tidak akan terlibat dengan Cara ini.

Lepas dari kamar mandi, Shani mengeringkan wajahnya dengan sebuah handuk kecil, Sembari berjalan menuju meja dekat ranjangnya. Buku Tua itu tergeletak di sana. Shani tidak sempat membacanya, Karena terlalu sibuk Untuk Acara Event sebelumnya. Meski Event tersebut, Adalah Acara terakhir Untuknya.

Shani duduk Dengan nyaman di kursinya. Sedikit ragu Untuk membuka buku itu kembali, tapi Seketika dia memantapkan Hatinya Untuk membaca Buku tersebut. Berbeda dengan Holders sebelumnya, Yaitu Freya. Shani perlu waktu yang Cukup lama Untuk memahami semua isi Buku Tersebut. Ketika Shani menutup halaman terakhir, Kepalanya berdenyut hebat. Rasa sakit yang luar biasa menyerang pikirannya Secara tiba-tiba. Tidak tau apa penyebabnya, Shani merintih dengan rasa sakit yang kuat. Tidak lama Dirinya terjatuh dari kursi, Tidak sadarkan diri.

Ketika Shani membuka matanya, Seketika matanya membulat Saat melihat dirinya ada di mana. Sebuah kota Megah namun tampak kacau dan pengap. Kota besar tersebut layak mendapat Julukan 'Kota Mati'.

Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa berada di sini? Ini ada di mana?

Di seberang jalan Sana, Shani terkejut menemukan Freya tengah berdiri menatap ke arahnya. Ekspresinya Tidak berubah, Dingin dan datar.

"Freya!" Seru Shani.

Shani melintasi jalan raya dan kebetulan jalan tersebut sepi. Sosok Freya Pergi saat Shani hampir menghampirinya. Shani mengejar Freya hingga Dia menemukan pemukiman daerah. sosok Freya Hilang. Shani menyusuri daerah tersebut, dimana manusia-manusia yang dibuang oleh masyarakat tinggal. Disana Shani melihat banyak pengemis, warga sakit-sakitan preman dan orang-orang yang seperti sudah menyerah dalam hidup.

Shani menemukan seorang pria gelandangan yang duduk di bawah pohon oak besar sambil memegang janji minuman keras. Tiba-tiba Shani teringat Dengan Catatan dalam Buku yang dia Baca. Semuanya Sama persis seperti yang tertulis.

Jangan-jangan aku sedang berada di dunia dimana Obyek Itu berada?

Sekarang Shani tidak merasa Bingung. Dia melakukan apa yang tertulis di dalam buku sesuai dengan instruksinya.

Shani menghampiri Pria gelandang Tersebut dan bertanya kepadanya, apakah dia tahu orang yang disebut 'Si Penguasa Musuh.'

Shani beruntung, Pria itu adalah orang yang benar, dia tersenyum murah hati Pada Shani. Dia berekspresi seakan-akan Shani adalah seorang teman lama yang baru saja menceritakan sebuah lelucon. pria itu tahu apa yang Shani cari.

Dia memandu dan mengajak Shani ke sebuah pintu saluran pembuangan kota. Kemudian dia membuka pintu besi bulat yang tertempel di aspal dan kemudian memberikan Shani sebuah senter. Lalu Dia meminta Shani Untuk bersiap, pasalnya dia tidak akan menemani Shani ke bawah, alih-alih, dia akan mendorong Shani jatuh dan kembali menutup pintunya.

Begitu berada di sistem pembuangan kotoran kota, Shani menyadari bahwa Dia tidak mencium bau busuk sama sekali-Bahkan Shani tidak mampu mencium bau apapun. Ketika Shani menyalakan senter, Shani tahu jika Dirinya berada di sebuah ruangan bundar yang sangat asing.

Disepanjang dinding ruangan itu, Shani melihat tubuh-tubuh yang membusuk terpaku di dinding layaknya pajangan. Kondisi mereka ada yang utuh dan ada juga yang terpotong-potong. Shani Sedikit tidak paham kenapa Dia memiliki firasat kalau mereka masih hidup. Namun Shani ingat Peringatan yang tertulis di dalam buku, 'Jangan terlalu memikirkan mereka dan fokus saja pada pencarian'.

Semakin lama Shani mengamati sekelilingnya, bau-bauan mulai tercium kembali. Ini menjadi pengalaman paling tidak mengenakan untuk hidung Shani. Perlahan tapi pasti, Shani mulai mencium bau yang bercampur antara kotoran manusia dan hewan, belerang, tubuh yang membusuk, daging yang terbakar dan yang lainnya. Hingga pada suatu titik, Shani sangat menegang untuk mencabut hidung dari wajahnya.

Shani berusaha Untuk tidak gemetar, Shani sekuat tenaga untuk tidak lari, dan menahan keinginan tuk muntah. Karena hal itu bukanlah yang terburuk dari semuanya. Datang entah dari mana, Shani juga mulai mendengar bisikan-bisikan yang berbunyi "Kami adalah sisa-sisa orang yang tidak mampu menghadapi si Musuh." Seakan bau-bauan yang busuk itu membawa gelombang suara bersamanya.

Kemudian, Shani berhati-hati karena daging-daging manusia yang dipasang di dinding ruangan mulai meledak dan membuat keruh bau tambah busuk tidak terkendali. Shani tidak pandai menghindar, cipratan darah mereka yang dicampur nanah dan belatung Mulai mengenai Shani dan menjadikan Shani layaknya kotoran berjalan.

Sisa-sisa dari Mayat-mayat itu kemudian tenggelam ke lantai.

Shani berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya pasti akan lebih buruk. Namun kenyataannya tidak. Dari kumpulan darah dan lumpur bekas ledakan daging-daging, muncul sosok elok layaknya malaikat. Dia berbentuk Pria, wanita atau hal yang sepenuhnya berbeda-itu tergantung pada Shan. Dia memancarkan aura menawan yang sangat kontras dengan keadaan disekitar.

Tidak mungkin untuk mengalihkan pandangan dari gambar ini, apalagi keadaannya yang telanjang akan membuat siapa pun terlena dalam pandangan pertama. Namun Shani tau, sosok ini hanyalah refleksi ideal yang berasal dari keinginan terdalamnya. Percaya diri, cantik hati, tersenyum lembut, sabar, Ini menjadi apa pun yang Shani impi-impikan.

Semakin lama Shani memperhatikannya, maka dirinya akan mulai dikuasai oleh rasa cemburu yang datang tiba-tiba. Rasa cemburu itu kemudian berubah menjadi emosi dan keinginan untuk menghancurkan sosok sempurna yang ada di depannya.

Shani menahan perasaan itu, tidak peduli seberapa kuat godaannya. Jika Shani tidak bisa mengendalikan diri, maka Dia akan mendapati dirinya kalah dan pada akhirnya Shani akan bergabung di antara gantungan-gantungan daging yang dia lihat sebelumnya.

Shani menanyakan satu pertanyaan kepada makhluk indah di depannya. "Apa yang bisa mereka (para obyek) hancurkan?"

Si Penguasa Musuh menertawakan Shani dengan nada remeh, penuh, dan menuding Shani sebagai anak kecil kemarin sore yang tidak tau apa-apa. Dia membahas Shani serendah-rendahnya dan terus menudingnya sebagai sampah tidak berguna yang tidak layak mendapat apapun di dunia ini.

Meski begitu, lautannya semakin lama berubah menjadi cerita yang tenang dan enak didengar, kemudian Shani menemukan dirinya terpikat dalam pesona si Holder ibarat anak kecil yang diberi permen.

Cerita itu mengingatkan Shani dengan kisah-kisah nostalgia yang sering diceritakan oleh orang yang Shani kagumi semasa Dirinya terlihat masih anak-anak. Semakin lama mendengarkan, Shani semakin paham bahwa orang-orang yang terkutuk di tembok tadi pastinya tidak bisa sampai ke titik ini.

Di akhir cerita, si Holder bertanya sambil tersenyum senang, "Apa yang akan kamu lakukan sekarang, anakku?"

Jika dia bertanya hal lain atau mengucapkan suatu hal yang berbeda. Maka takdir Shani sudah pasti. Dia akan tetap menghadiahkan obyek yang dilindunginya, namun tatkala Shani keluar dari tempat ini, si pria gelandangan yang mengantar Shani tadi akan menunggu di luar, bersiap mematahkan tulang dan mencabik-cabik dagingnya.

Shani hanya bisa berharap kalau si Holder akan mengucapkan kalimat yang benar, sebelum kemudian dia meletakkan sebuah objek di telapak tangan Shani dan menutup tangannya.

"Kau tidak boleh membuka tanganmu sebelum kau keluar dari tempat ini," katanya, sebagai pengganti selamat tinggal.

semua urusan sudah selesai, Shani kembali keluar. Berusaha Untuk Tidak menoleh ke belakang dan terusl berjalan. Tatkala di luar, Shani tahu kalau benda yang Dia pegang adalah sebuah mainan tentara plastik berwarna Hijau.

Mainan itu adalah objek ke-15 dari 538.

'Obyek itu akan senang menghadapi musuh terbesarmu, namun sebaiknya jangan kau jadikan satu dengan yang lain.'

SHANI : Holders New Generation ( BOOK 2 ) ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang