Chapter 14 : Akhir Sebuah Kisah

198 28 0
                                    

Shani membuka matanya, Dan ketika dia tersadar—dirinya sudah kembali berada di ruang tamu kediaman Heatherleg. Tidak lama dokter tua itu muncul dari dapur sambil membawakan secangkir Teh hangat, lalu menyajikannya di hadapan Shani.

"Kau sudah sadar, Gadis kecil?" Tanya Heatherleg.

"Kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Shani.

"Aku menemukanmu tidak sadarkan diri di depan pintu. Aku tau hanya satu hal yang bisa membuat Holders seperti itu."

Shani teringat sesuatu dan kemudian meraba-raba kantong bajunya. Sesuatu terasa ada dalam genggamannya, Shani kemudian mengeluarkan sebuah Gantungan Kunci yang dia dapatkan sebelumnya.

"Jauhkan benda itu dariku, sebagai mantan Holders yang gagal, Aku tau bagaimana mengerikannya Obyek di tanganmu itu." Ucap Heatherleg berlalu ke dapur. Ruang tamu dan dapur di rumah Heatherleg tidak terhalang oleh apapun, Jadi Shani bisa tau kalau pria tua itu sedang mencuci piring yang kotor.

"Apa kau tau tempat yang cocok untuk menyimpan semua obyek itu?" Tanya Shani.

"Aku pikir kau sudah mendapatkannya." Balas Heatherleg.

"Temanku Freya menaruh obyek yang ia dapatkan dalam sebuah kotak hitam di dalam lemarinya, Tapi aku pikir—benda itu tidak akan bisa menampung semua obyek."

"Aku memberikan Tempatnya pada temanku. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya sejak 20 tahun yang lalu. Aku juga tidak tau apakah dia masih hidup atau sudah mati." Ucap Heatherleg.

"Dimana temanmu itu tinggal?" Tanya Shani.

"Dia tinggal di—" Ucapan Heatherleg terpotong Saat melihat pansay keluar dari kamar.

"Terimakasih sudah merawatku selama aku tinggal di sini, Aku berjanji akan membayarmu lain kali." Ucap Pansay.

"Sudah Saya bilang, Anda tidak perlu membayar. Jika Anda bisa lebih baik dari ini." Ucap Heatherleg.

Heatherleg kemudian beranjak mendekati Pansay, "Tubuh anda mungkin terlihat sehat, Tapi Otak dan mata Anda tidak akan bekerja dengan baik jika Anda terus terkekang oleh masa lalu." Ucap Heatherleg.

"Terimakasih, Tapi aku jauh lebih baik sekarang. Aku sudah banyak merepotkan kalian, Aku permisi." Pansay kemudian berpamitan untuk pulang ke tempatnya.

"Karmanya sebentar lagi akan berakhir, Dan itu bukan sesuatu yang baik untuknya. Tapi malah akan menjadi akhir dari hidupnya." Ucap Heatherleg.

"Dia memang tidak tertolong sejak awal." Ucap Shani melihat kepergian Pansay.

"Lalu, Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Heatherleg.

"Aku akan pulang ke New York. Aku akan kembali memulai pencarianku di sana." Ucap Shani.

"Kau tidak bisa mencari semua obyek itu di Satu tempat. Takdir sang holders mencakup alam semesta. Obyek-obyek itu bisa berada di mana saja. Bahkan tempat yang tidak pernah kau duga sekalipun. Mereka akan bersembunyi dalam rasa takut dan trauma-mu. Bahkan mereka bisa menjadi sesuatu yang tidak akan pernah kau sangka." Ucap Heatherleg.

"Aku akan mengingatnya." Ucap Shani sedikit tersenyum.

"Sayang sekali kau harus pergi, Tadinya aku ingin kau menemaniku di sini. Pria tua sepertiku sangat mudah untuk bosan."

"Kau mungkin harus memikirkan untuk menikah lagi, dokter." Ucap Shani bergurau.

"Jangan meledekku, Siapa yang mau menikahi pria tua dan renta ini.."

Shani sedikit tertawa, "jangan merendahkan dirimu, Kau masih terlihat kuat di usiamu yang sekarang." Ucap Shani.

"Kau sangat pintar memuji orang." Ucap Heatherleg.

***

Pada malam hari yang berbadai, Pansay memutuskan untuk tidur di rumahnya setelah menginap selama seminggu di kediaman Heatherleg. Pria itu terlihat lebih sehat pada siang hari, Namun pada tengah malam itu, Pansay merasakan sesuatu yang mendatanginya. Pansay membelalakkan matanya secara paksa, namun tubuhnya terasa berat untuk bangun. Pandangannya tertuju pada pusat langit-langit kamarnya yang remang. Meski begitu, Tidak ada rasa panik dalam diri pria itu. Sudah lama dia tau kalau ajalnya memang sudah dekat.

Bukan suatu refleksi spontan, Namun lebih menunjukkan adanya ketegangan. Pansay memang merasakan ada sesuatu yang mendatanginya, Dan ia sedang menunggu dengan gelisah. Apakah gerangan? Ia tidak tau. Terlalu halus dan rumit untuk dinamai. Namun ia dapat merasakannya, bergerak perlahan dari langit, mendatanginya melalui suara derasnya air hujan di luar jendelanya, bebauan, dan keremangan yang memenuhi setiap sudut kamarnya.

Kini tubuh pansay Bisa bergerak sedikit, meski hanya jari jemarinya saja yang terangkat. Ia berusaha mengenalinya, Yang semakin mendekat dan mencoba mempengaruhi dan menguasainya. Dengan sisa-sisa keperkasaannya, ia mencoba berjuang untuk mengalahkan dan mengusirnya. Tapi sang malaikat maut nampaknya telah menentukan ajal dari pria itu. Pada detikan terakhir sebuah jam dinding, Pansay menghembuskan nafas terakhirnya di atas ranjang kamar tidurnya. Pansay tewas di tempat tidurnya dalam damai, sebagaimana layaknya seorang lelaki terhormat meninggalkan dunia. Layaknya seorang lelaki yang terbunuh oleh kekuatan kegelapan, itulah pansay. Dia sadar telah membunuh Nyonya Wessington dengan kekejamannya dan bagian terakhir dari hukumannya, telah mendatanginya sekarang.

***

Heatherleg mengantarkan Shani sampai ke bandara. Pria tua itu melihat Shani sebagai putrinya sendiri. Tak ayal ketika Shani pergi, Pria tua itu nampak sayu.

"Aku tau waktumu sangat sibuk, Tapi mampirlah ke sini jika kau ada waktu." Ucap Heatherleg.

"Aku tidak bisa berjanji.." balas Shani.

"Temanku tinggal di Inggris, kau bisa datang padanya Atas namaku, Jika dia masih hidup—tolong sampaikan salamku padanya." Ucap Heatherleg.

"Tentu, Aku akan menyampaikannya. Tapi ngomong-ngomong, Aku pikir kau harus pulang ke kampung halamanmu." Ucap Shani.

"Tempat ini sudah menjadi kampung halamanku. Menghabiskan sisa hidupku di tempat ini bukanlah hal yang buruk." Ucap Heatherleg.

"Terserah kau saja, Aku pergi dulu, Sampai jumpa." Shani melambaikan tangannya pada Heatherleg. Dia yakin ini adalah pertemuan sekaligus perpisahan terakhir dengan pria tua itu, Karena setelah ini—Shani akan kembali menemui petualangan yang lebih mendebarkan, bertemu dengan orang-orang yang baru, serta mengetahui apa yang tidak di ketahui.

***

Sebulan kemudian, di jalanan kota Delhi, sebuah Angkong hantu yang di bawa oleh empat pelayan dengan pakaian hitam putih, serta seorang perempuan yang duduk di dalamnya dan seorang pria berwajah pucat berjalan beriringan di jalanan kota yang padat. Mereka layaknya Udara kosong yang tertembus oleh puluhan orang yang lewat.

"Agnes?" Ucap Pansay. "Maukah kau menarik ke belakang atap angkongmu dan katakan padaku apa arti semua ini?"

Atap penutup itu terbuka secara perlahan. Nyonya Wessington mencondongkan badannya ke depan. Dia memberikan gerakan memutar kepala yang aneh, Lalu dia berbicara dengan nada yang getir dan samar. "Kita sudah kembali menjadi seperti dulu lagi Jack, bukankah ini menyenangkan?" Ucapnya.

Pansay dengan wajah pucatnya mendongak ke arah langit yang biru. "Ya, Ini menyenangkan." Ucapnya tersenyum simpul.

Nyonya Wessington dan pansay berbicara layaknya sahabat lama. Meski banyak orang yang berlalu lalang, Tapi mereka bergerak di dunia mereka sendiri, Tanpa bergesekan dengan kehidupan manusia. Mereka bergabung dengan keramaian orang yang berlalu lalang. Pagi berganti pagi, dan dari malam ke malam, Angkong hantu itu dan pansay berkeliling Delhi bersama-sama. Mereka adalah Hantu gentayangan yang mati akibat karma yang mereka buat sendiri. Dan ini adalah Akhir dari kisah mereka.

SHANI : Holders New Generation ( BOOK 2 ) ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang