Shit

3 3 0
                                    

Hening... malam minggu yang begitu hening di Complex Ceremai.

Lelaki bertubuh tinggi nan gagah berjalan memutari Complex.

"Teror.. teror.. teror.. teror.." gumam kecil lelaki itu.

Ia berjalan memutari Taman, berhenti, duduk, lalu menelepon seseorang.

"Halo." Kata lelaki itu.

"Boss, semua nya udah sesuai rencana, kita tinggal nunggu jam dua malam." Kata suara di sebrang telepon.

"Baik, lanjutkan." Ujar lelaki itu, lalu mematikan telepon.

"Hitungan menit, Complex ini akan merasakan apa yang seharus nya mereka rasakan." Ujar lelaki itu dengan di akhiri kekehan kecil.

Tepat! Jam dua malam, semua lampu di Complex mati.

Banyak jendela yang pecah, lampu berjatuhan, darah di mana', teriakan yang menggema.

"BUNDAA!! BUNDAA!! TOLONG!!" Teriak Andini sambil meraba' dinding.

"ADE!! BUNDA DI BAWAH!! TURUN NYA HATI'!! BANYAK PECAHAN KACA!!" Balas teriak Bunda Andini.

Andini berjalan dengan hati', tapi seketika, ada tangan menuntun nya.

"Ayo, kakak bantu, awas hati'." Ujar lelaki itu sambil terus memberi arahan kepada Andini.

Dari suara, Andini mengetahui dia siapa, tak lain adalah Seno.

Gelap... Complex Ceremai begitu gelap, hanya terdengar teriakan ketakutan, dan darah berceceran di mana'.

Dari balik baju yang serba hitam, seorang lelaki tertawa puas melihat keadaan Complex Ceremai.

"Ini yang seharus nya kalian rasakan, bahkan, keluarga ku pun harus merasakannya." Gumam lelaki itu, lalu pergi.

Meninggalkan Complex Ceremai yang penuh dengan kesedihan dan sendu.

***
"Andini kemana?" Tanya Sayu di tengah keheningan saat menuju sekolah.

"Kata Bunda nya dia kena banyak luka, maka nya dia gak sekolah seminggu ini." Kata Randi menjelaskan.

Sayu, Satria, dan Dinda hanya mengangguk kecil.

Memang, setelah seminggu kejadian mengerikan di Complex Ceremai, keadaan mulai membaik, tapi tidak dengan Andini.

Kondisi nya buruk, begitu cukup menyedihkan.

"Gimana kalo pulang sekolah nanti kita jengukin Andini yaa!!" Ajak Dinda penuh antusias.

"Boleh." Jawab Satria, Sayu, dan Randi secara bersamaan.

***
"Assalamualaikum!! Bundaa!! Andini nya ada???" Teriak Dinda dari balik gerbang.

"Adaa!! Iyaa masuk aja!!" Balas teriak Bunda Andini dari dalam rumah.

Akhir nya mereka pun masuk, melihat Andini duduk sendiri di ruang Tv.

"Mba?" Panggil Dinda.

"Hmm?" Sahut Andini.

Semua nya tentu terkejut, melihat wajah Andini yang normal' saja.

"Mba udah sembuh tah?" Tanya Dinda seraya duduk, begitu pun yang lainnya.

"Udah, cuma masih males masuk sekolah aja." Kata Andini sambil terkekeh kecil.

"Eh btw, kalian tau seminggu yang lalu siapa yang neror?" Tanya Randi membuka topik.

Topik kali ini adalah 'teror'.

"Gak, tapi beneran gila sih teror nya." Kata Dinda seraya mengambil toples makanan.

"Yee nih anak kalo makanan aja langsung gercep." Kata Satria meledek Dinda.

"Gapapa sih, Mba Andini aja gak masalah, iya kan??" Tanya Dinda dengan wajah tengil nya.

Andini hanya mengangguk kecil, seraya terkekeh.

"Nihh, bunda bikin Cookies, ini ada rasa coklat, vanila, sama matcha." Kata Bunda Andini membawakan sepiring Cookies yang lezat.

"Wiihh makasih loh Bund, Bunda tau aja kita pulang sekolah lagi laper." Kata Satria seraya mengambil salah satu Cookies.

"Iyaa dong, makan ya, abis ini makan ayam, Bunda abis cobain resep baru." Kata Bunda Andini lalu meninggalkan mereka.

 The Ghost in the ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang