Pohon pinus

5 3 2
                                    

"Pohon apa ini? Besar sekali." Tanya Randi seraya memegang pohon besar yang menjulang tinggi.

Mereka berdua sedang berada di pedalaman hutan, nenek Sima sengaja membiarkan mereka, tanpa ikut menemani nya.

"Pohon Pinus." Jawab Andini yang masih fokus melihat kertas yang ia ambil dari kotak yang bu Sri berikan.

"Kenapa ada kain hitam yang dililit di sini?" Tanya Randi seraya melihat pohon dari bawah hingga atas.

"Kain hitam?" Tanya Andini yang langsung mendongak melihat kearah Randi.

"Iya, ini." Tunjuk Randi.

"Ayo pergi dari sini, ini bukan tempat kita." Ajak Andini langsung menggenggam tangan Randi dan membawa nya berlari.

"E-eh." Randi berlari meski di dalam kepala nya banyak pertanyaan yang ingin dia tanya.

"Mau kemana kita?" Dengan nafas yang terengah' setelah berlari cukup jauh.

"Ini bukan hutan yang kita tuju." Kata Andini sambil melihat peta memastikan.

"Kita cuma mau cari tau, kenapa banyak gangguan nya sih?" Tanya Randi menggaruk kepala nya yang tak gatal.

"Kembali kan kami, kami salah jalan." Andini terus mengucap kalimat tersebut berkali'.

"Ganteng.. sini..marii.." entah suara dari mana, namun suara itu berhasil membuat Randi menoleh.

Sedangkan Andini? Ia masih sibuk dengan kalimat tadi.

Randi berjalan menelusuri suara yang memanggil nya.

"Kemari Randi.. kami menunggu mu.. pulang lah nak.. tinggal kan Andini.."

Suara itu membuat pikiran Randi di ambil alih.

Randi terus berjalan, hingga ia kembali di pohon pinus besar.

"Loh kok aku ada di sini?" Tanya Randi saat dia mulai sadar.

"Dinn!! Andiniii!!" Teriak Randi melihat sekeliling.

"Aa, A Randi!!" Kini Andini yang meneriaki Randi, ia melihat sekeliling yang hanya di penuhi oleh pohon' pinus besar.

"Kembali lah Randi.. ini bukan tempat mu.. kembali lah bersama'.. jangan saling meninggalkan satu sama lain.."

Entah itu suara siapa, Randi langsung bergegas berlari ke sembarang arah, berharap bisa bertemu kembali dengan Andini.

Hari mulai gelap, tetapi Andini belum juga bertemu dengan Randi.

Kaki' nya sudah bergetar melemas, ia kehabisan tenaga.

Tak peduli dengan kesehatan nya, Andini terus berlari sekuat tenaga, dengan sisa tenaga yang ada, ia memaksa kan diri nya untuk terus berlari.

"A..! A Randi..!" Teriakan nya kini berubah menjadi lirihan.

Pandangan nya mulai gelap, sekeliling nya hanya pepohonan, apakah diri nya akan terjatuh di hutan yang bukan mereka tuju?

Di sisi lain, Randi masih bertenaga, berlari, mencari di mana keberadaan Andini.

"Sedikit lagi Randi.. terus berlari.. kau akan menemukan Andini.." suara itu mencoba membantu Randi dengan memberitahu arah yang benar.

Betul! Randi melihat seorang perempuan yang tengah terjatuh lemas di tengah' pohon Pinus.

"Andiniii!!!" Teriak Randi seraya berlari menuju Andini.

"Terima kasih, terima kasih," kata yang terus keluar dari mulut Randi
"saya sudah menemukan teman saa, terima kasih." Kata Randi sambil bercucuran air mata.

                                ***

"Sepi yaa gak ada Andini, gak ada yang ngomel'." Kata Sayu memandangi taman bermain yang kini hanya ada Dinda, Satria, dan diri nya.

"Iya ihh, Mba Andini liburan masa cuma ngajak A Randi doang, gak ajak kita." Kata Dinda menyilangkan tangannya di dada, seraya memajukan bibir nya.

"Yaudah, mau gimana lagi? Cuma seminggu doang juga." Kata Satria kini beralih tempat duduk di ayunan.

"Jaga ucapan kalian, jangan sakiti adik ku, siapa pun yang menyakiti adik ku, akan mendapatkan akhir yang miris." Entah suara itu berasal dari mana, tapi yang pasti, suara tersebut menggema.

Semua langsung melihat ke sekitar, mencari tahu.

"Pulang! Pulang kalian!! Perbaiki adab dan cara bicara kalian! Pulang!" Suara itu kini berubah menjadi teriakan yang menyeramkan.

Semua berlari terpontang-panting, namun.. ada hal yang membuat salah satu di antara mereka, menyadari, ada yang janggal dengan perempuan itu.

                                 ***

"Bodoh! Kemana aja Aa? Aku nyariin." Kata Andini merangkak duduk sembari mengumpat.

"Your languange,Andini." Kata Randi seraya membantu Andini untuk duduk.

"Kemana aja?" Andini kembali mengulang pertanyaanya.

"Entah, suara misterius membawa ku pergi ke pohon Pinus tadi." Ucap Randi mengangkat bahu nya.

"Sudah, kita lanjutkan, menurut peta, kita sudah ada di hutan yang benar, kita naik ke atas lalu terus mengikuti jalan, hingga menemukan padang rumput yang luas."

Randi hanya mangangguk kecil, membantu Andini berdiri, lalu memegangi tangan nya agar tidak jatuh.

"Cape gak? Istirahat dulu ya?" Ucap Randi bertanya,

"Jangan paksain buat jalan terus, kasian badan nya." Sambung Randi.

"Lanjut, sebentar lagi kita sampe di padang rumput nya." Kata Andini tegas.

Entah kenapa, Randi merasa, Andini berbeda, Andini menjadi lebih tegas, tidak cerewet, perhatian, berbeda dengan Andini yang dulu.

 The Ghost in the ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang