Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading
"Apa sakit?" tanya Doyoung sesaat setelah Maureen membuka mata di pagi hari.
Maureen mendengus kesal. Bisa-bisanya pria itu menanyakan hal memalukan sesaat setelah ia membuka mata. Menjengkelkan. Ia membuang muka, enggan menatap bare face yang sebenarnya sangat mempesona itu.
"Hey, aku bertanya serius Maureen."
Maureen mengeratkan giginya, ia benar-benar malu. Kedua tangan nya makin mengeratkan selimut. Padahal sebenarnya ia ingin buang air kecil.
"Apa pertanyaanku salah?" tanya Doyoung lagi. Mengubah posisinya miring menatap Maureen dengan serius.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku ingin buang air kecil," ucap Maureen. Rasanya sangat tidak tahan. Tapi saat ia menggerakan kakinya. Sakit dan linu rasanya, terlebih bagian vagina. Cenat - cenut seperti habis kena tonjok.
"Maaf, aku membuatmu sakit." Doyoung menggendong Maureen ala Bridal style. Tubuh telanjang Maureen bisa terlihat sangat jelas. Juga jejak karya yang Doyoung buat, membuat pria itu tersenyum simpul.
"Kenapa kau tersenyum?" kesal Maureen.
Doyoung menggeleng, ia meletakkan Maureen perlahan di atas closet yang sudah terbuka tutupnya.
"Jika kau butuh bantuan, panggil aku." Doyoung mengelus kepala Maureen, tak lupa memberikan wanita itu kecupan di bibir.
Pipi Maureen terasa panas. Kulkas se dingin Doyoung tiba-tiba menjadi hangat seperti itu. Sepertinya sistem kulkasnya sedang eror.
🐇
Senja perlahan mulai menghilang. Tapi itu bukan pertanda yang buruk bagi seorang pria yang masih gencar hunting foto dari ufuk timur sampai ufuk barat. Langkahnya terhenti untuk sekedar istirahat. Ia bersandar pada pepohonan yang tertutup semak tinggi.
