Happy Reading
Warning!
Mature Area 21+"Nara sayang, Mama berangkat arisan dulu ya. Kamu disini sama Oppa kamu, kemungkinan Mama sama mama Seohyun pulangnya besok."
Nara mengangguk. Ia mencium punggung tangan Mama. "Hati-hati ya Ma."
Ting!
Tong!Nara terkekeh senang, ia berlari ceria membukakan pintu rumahnya. Seorang pria tinggi datang membawa bucket bunga dan paper bag besar. Kini ia sudah tidak hanya berstatus sebagai tetangganya. Namun sebagai pacarnya.
"Selamat sore cantik," sapa Haechan sambil menyodorkan bucket bunga pada Nara.
Deja vu.
Hal ini pernah terjadi tapi saat itu Haechan yang dingin, bukan yang hangat seperti ini. Mata Nara berbinar ia bukannya senang malah menitikkan air mata.
"Loh kok nangis sayang? Kamu kenapa?" tanya Haechan. Bucket bunganya ia pegang dengan tangan kiri bersamaan dengan paper bag besar. Sedang tangan kanannya merengkuh pinggang Nara. Menuntun pelan gadis itu ke dalam rumah kemudian duduk di sofa.
"Aku terharu aja sih. Soalnya waktu itu hal ini pernah kejadian." Nara menghapus air matanya.
Haechan tampak mengingat-ingat sesuatu.
"Waktu aku datang kerumahmu buat jagain kamu pas mama kita arisan juga kah?"
Nara mengangguk. "Tapi Oppa waktu itu dingin banget. Kan Nara jadi sedih."
"Kamu tau gak sih? Sejujurnya itu Oppa lagi berusaha menetralkan rasa gugup. Rasanya deg-deg an satu rumah sama cewek cantik." Haechan mengelus pipi Nara.
"Gombal!" seru gadis itu.
"Oppa serius, sayang."
"Mana buktinya?" tantang Nara.
Kedua tangan Haechan dengan mudah menaikkan tubuh gadis itu ke atas pangkuannya. Seketika ia ingat pesan Minji kemarin. Nara akan mimisan jika belum siap, jadi Haechan harus membuat gadis itu rileks dulu.
Nara menatap Haechan dengan rona merah di wajahnya. Sudah dipastikan gadis itu gugup serta malu-malu kucing.
"Maafin Oppa ya sayang, karena sering nyakitin hati kamu." Haechan menatap Nara sungguh-sungguh.
Mata Nara tenggelam pada tatapan tulus Haechan, wajahnya maju dan memberikan kecupan kecil pada bibir Haechan.
"Gak papa, Oppa. Sebenarnya aku sempat kepikiran."
"Kepikiran apa?" tanya Haechan sambil menyelipkan rambut Nara ke belakang telinga gadis itu.
"Kepikiran kalau aku bakalan ngejalanin cinta sepihak buat selamanya." Mata Nara berkaca-kaca.
"Aku sayang Oppa."
Haechan tersenyum, ia juga sama mencintai gadis kecil di hadapannya. Entah sejak kapan cinta itu tumbuh. Tapi Nara benar-benar membuat ia hampir gila karena selalu memikirkan keberadaan gadis itu.