Fallin On The Massacre || Kim Doyoung 🐇 End

821 15 0
                                    

• Jangan lupa vote and komen •

~ Happy Reading ~

Hari ini kedai ibu libur karena tanggal merah. Jadi Maureen hanya bermalas-malasan di atas kasurnya. Sebenarnya, wanita berusia 20 tahun itu tengah susah payah memainkan ponsel. Ia juga baru tahu jika ia punya ponsel. Ia benar-benar pusing dan bingung bagaimana cara memainkan ponsel dalam genggamannya kini. Sedari tadi hanya scroll kanan kiri atas bawah dan ia tidak paham selain itu.

"Arghh, menyebalkan sekali." Maureen bersungut kesal. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas nakas kemudian memilih berbaring sambil menatap langit-langit kamar.

"Maureeeeen!" Suara ibu menggelegar dari bawah.

Maureen segera menegakkan tubuhnya. Ibu kenapa sih memanggil jam-jam santai seperti ini, bukannya tadi ibu bilang ingin bersantai dan tidak diganggu ya.

Dengan malas Maureen melangkah keluar kamarnya. Ia memegang railing dan agak terkejut menyadari seseorang duduk bersama dengan ibu dan dua orang tua lagi. Mata Maureen melebar sempurna.

"Maaf aku terlambat," ucap Maureen sambil menyalami orang tua satu persatu.

"Bukan salah mu sayang, kami kesini di saat kamu sedang bersantai." Seorang wanita paruh baya yang tampak tersenyum ramah bintang lima menanggapi dengan santai.

Maureen tersenyum tipis nan canggung. Ia kemudian duduk di sebelah ibunya. Sedikit melirik heran pada pria yang tengah duduk di antara kedua orangtuanya.

"Jadi disini, kami datang dengan tujuan melamar Maureen untuk menjadi istri dari anak kami."

"Uhuk!" Maureen tersedak udara.

Ibunya tertawa, mengelus punggung anaknya.

"Kau ini, tidak usah kaget sampai segitunya. Bukankah Doyoung itu teman mu sejak kecil? Kalian juga terbiasa mandi berdua sejak kecil."

Damn!

Maureen malu setengah mati. Sedangkan Doyoung hanya menggaruk tengkuknya sambil berdehem. Berbeda dengan kedua orangtua nya yang tertawa keras seperti ibu Maureen. Memalukan!

"Bagaimana, apa kau menerima Doyoung? Semua terserah padamu, ibu pribadi sih sangat menerima. Dia benar-benar pria yang tampan, gagah, mempesona, mapan, masa kau tidak mau menerimanya?" Ibu berbicara panjang lebar dan berakhir memaksa.

Kepala Maureen menunduk, ia sebenarnya malu. Apalagi di depannya ada Kim Doyoung. Yang sebenarnya pria itu juga agak malu-malu kelinci.

"Baiklah, aku menerimanya."

🐇

Ting!
Tong!
Ting!
Tong!

Bel gereja berbunyi keras, acara sakral akan segera di mulai.

Di dalam sebuah gedung gereja yang megah dan tinggi, seorang pria berdiri di altar dengan gagah. Menatap lurus ke depan, sejauh jarak 50 meter ada pintu besar berbahan emas. Dua orang petugas berdiri di depan pintu, lekas keduanya membuka pintu besar nan berat perlahan-lahan sampai sepenuhnya terbuka.

Bisa dilihat jelita dengan balutan gaun putih yang menjuntai berjalan perlahan dituntun oleh wanita paruh baya yang merupakan ibunya.

"Ibu, aku malu." Maureen mendesis pelan.

NCT 127 HIGH WAY TO HEAVEN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang