Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading Gais 😚🍒
Pagi ini seorang gadis berseragam SMA berjalan ceria menelusuri koridor sekolahnya yang sudah ramai siswa di setiap sudut. Rambutnya digerai panjang, bando pink strawberry terpasang di atas kepalanya, ia juga menggunakan tas selempang gucci berwarna pink, sepatunya warna hitam bermerk balanciaga. Siapa sih yang tidak kenal dengan Jennifer Suh, anak dari komisaris kaya raya berdarah Korea Amerika.
"Hai Jenn!" sapa seorang gadis dengan kepang dua di rambutnya. Tersenyum mengejek seraya merangkul seorang laki-laki dengan mesra.
Keceriaan Jennifer luntur tiba - tiba. Cowok yang dirangkul Rica adalah mantan pacarnya selama seminggu dan kandas siang kemarin saat pulang sekolah.
"Maksud kamu apaan ya Ca?" sarkas Jennifer.
Rica terkekeh. "Do you have eyes? Look at this, Steven jelas lebih cocok sama aku dibandingkan sama kamu."
Kedua tangan Jennifer mengepal di sisi kanan dan kiri tubuhnya.
"Is okay, bastard boy need a bastard girl too."
Rica cemberut diejek begitu oleh Jennifer. Ia tidak terima, dongkol kemudian memilih pergi menarik Steven menjauh dari Jennifer.
Pembelajaran hari ini dimulai dengan Bahasa Inggris. Karena sudah kelas dua belas, mereka mengerjakan soal persiapan tes kuliah. Selama kelas dua belas ini memang pembelajaran dihabiskan dengan latihan soal - soal menuju tes perkuliahan agar saat waktunya tes mereka tidak kesulitan.
Jennifer sedang dalam mood yang jelek hari ini. Ia ingin segera cepat pulang, menghabiskan waktu untuk tidur saja agar hal menyebalkan yang ia temui di sekolah menghilang karena mimpi di saat tertidur.
🍒
Ponselnya bergetar kala ia berjalan keluar area sekolah. Kontak bertuliskan Papa 😚 meneleponnya. Jennifer segera mengangkat.
"Sayang, kamu sudah pulang?" Suara Papa terdengar dari seberang sana. Jennifer mengangguk.
"Iya Pa, kenapa?"
"Nanti yang jemput kamu bukan supir biasanya ya, tapi Om Naka. Soalnya sopir biasanya lagi izin ada acara keluarga."
"Hah yang bener Pa? Kenapa Om Naka?"
"Tidak apa-apa Jenn, diakan Om kamu juga. Mungkin pengen lebih deket sama kamu."
"Ah iya Papa, kalau gitu Jenni ke depan dulu. Makasih Papa."
"Hati-hati dijalan ya sayang."
Tut!
Jennifer mempercepat langkahnya, ia tidak tahu mobil Om Naka seperti apa tapi ia jelas tahu pria itu seperti apa.